KONTRASEPSI TUBEKTOMI
(STERILISASI)
Oleh:
1.
Achmad Samsul Arif
2.
Dwi Nadzirotul Ulfah
3.
Eko Wahyu Fitrianto
4.
Taufik Rahman
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Kontrasepsi
mantap berupa tubektomi kerap menjadi momok bagi wanita. Kabarnya, wanita yang
tubektomi akan mengalami risiko disfungsi seksual.
Menurut
sebuah studi baru yang okezone lansir dari Health24, wanita yang telah
menjalani sterilisasi untuk mencegah kehamilan, tidak memiliki risiko disfungsi
seksual setelah itu.
Para
peneliti menemukan fakta bahwa partisipan wanita yang telah menjalankan
prosedur tubektomi menunjukkan risiko rendah terhadap masalah-masalah seksual
tertentu. Bahkan, mereka cenderung lebih bahagia dengan kehidupan seks daripada
wanita lain.
2.
Rumusan
Masalah
Masalah
yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai KB tubektomi
Tujuan
: makalah ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah pelayanan
KB
Manfaat
:
Makalah
ini dibuat untuk memperluas pengetahuan kita semua (pembaca) mengenai KB
tubektomi yang merupakan metode kotrasepsi mantap wanita. Sehingga
diharapkan,dengan makalah ini, para pembaca dapat mengerti dan paham mengenai
metode kontrasepsi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Sterisilisasi
adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang disterilisasi namun
kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita
kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup.
Penelitian
menemukan bahwa wanita yang menjalani tubektomi biasanya memberikan nilai lebih
tinggi untuk kehidupan seks mereka. Sebesar 36 persen dilaporkan "sangat
tinggi kepuasan seksualnya”. Kepuasan tersebut hanya dirasakan 30 persen wanita
yang tidak menjalani tubektomi.
Tidak
jelas mengapa wanita tubektomi umumnya memiliki fungsi seksual lebih baik.
Tapi, peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih menikmati seks
karena mereka bebas dari kecemasan atas potensi kehamilan yang tidak
direncanakan.
A.
PENGERTIAN
Kata
tubektomi berasal dari tuba dan ektomi, tuba = saluran telur wanita ektomi =
membuang / mengangkat. Namun sekarang definisi ini sudah diperluas dengan
pengertian sterilisasi tuba.
Tubektomi
adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba di blokir sehingga sel
telur tidak bisa masuk ke dalam rahim.
Tubektomi
adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seseorang perempuan secara permanen
Tubektomi
adalah kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang
tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut
permanen karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila
kemudian Anda ingin punya anak.
Tubektomi
adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seorang perempuan secara permanen (Saifuddin, 2003).
Tubektomi
adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang
tidak akan mendapat keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002).
B.
CARA
STERILISASI
Tuba
falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium dengan
uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak
menuju uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi
embrio yang kemudian melekat di uterus.
Cara
memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara. Tuba bisa ditutup
dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan memotong atau
mengikat. Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan mempergunakan
laparoskopi kemudian menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau dengan
memasang ring.
Terdapat
beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu : laparoskopi,
mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC),
mini-laparotomi (operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan
merangsang jaringan ikat, sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan
/ teknik melalui vagina (sekarang tidak dipakai lagi karena tingginya angka
infeksi), Minilaparotomi (Sayatan kecil sekitar 3 cm daerah perut bawah
(suprapubik)/ subumbilikal (pada lingkar pusat bawah), Laparoskopi (sayatan
besar)
Pembedahan
biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat menggunakan alat bantu
berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil
bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut
untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat
untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba
falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang
disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang
lebih besar.
C.
MEKANISME
KERJA
Dengan
mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
D.
KEUNTUNGAN
·
Sangat efektif (0,5
kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
·
Tidak mempengaruhi proses
menyusui (breastfeeding)
·
Tidak bergantung pada
faktor senggama
·
Baik bagi klien apabila
kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
·
Pembedahan sederhana,
dapat dilakukan dengan anestesi lokal
·
Tidak ada efek samping
dalam jangka panjang
·
Tidak ada perubahan
dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
E.
KERUGIAN
Kerugiannya,
bila situasi Anda berubah dan ingin punya anak, peluang Anda sangat kecil. Oleh
karena itu, pertimbangkan baik-baik bila Anda akan menjalani operasi ini.
Jangan memutuskan ketika Anda sedang kalut atau krisis. Bila Anda memiliki
keraguan, diskusikan dengan dokter dan pasangan Anda.
F.
KETERBATASAN
·
Harus dipertimbangkan
sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali
dengan rekanalisasi
·
Klien dapat menyesal di
kemudian hari
·
Risiko komplikasi kecil
(meningkat apabila digunakan anestesi umum)
·
Rasa
sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
·
Dilakukan oleh dokter
terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi)
·
Tidak melindungi diri
dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
G.
ISU-ISU
KLIEN
·
Klien mempunyai hak
untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
·
Informed consent harus
diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh klien sebelum
prosedur dilakukan
H.
EFEK
SAMPING
·
Reaksi
alergi anestesi
Penanggulangan
KIE:
Menjelaskan
sebab terjadinya bahwa adanya reaksi hipersensitif atau alergi karena masuknya
larutan anestesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian anestesi lokal
yang melebihi dosis
Reaksi
ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi besar atau
kecil.
·
Infeksi
atau abses pada luka
Penanggulangan
KIE:
Menjelaskan
sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar sterilitasi alat operasi dan
pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik perawatan luka pasca operasi
Gejala
ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya strerilitas alat dan ruangan,
kurang sempurnanya persiapan operasi teknik dan perawatan luka pasca operasi
·
Perforasi
rahim
Penanggulangan
KIE :
Menjelaskan
sebab terjadinya dikarenakan elevator rahim didorong terlalu kuat kearah yang
salah, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta
keadaan anatomi tubuh yang rumit (biasanya posisi rahim hiperretrofleksi,
adanya perlengketan pada rahim, pasca keguguran)
Terangkan
mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia
·
Perlukaan
kandung kencing
Penanggulangan
KIE :
Menjelaskan
sebab terjadinya dikarenakan tidak sempurnanya pengosongan kandung kencing
Terangkan
mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia
·
Perlukaan
usus
Penanggulangan
KIE :
Menjelaskan
sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik operasi
yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan anatomi tubuh
yang rumit
Terangkan
mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia
·
Perdarahan
mesosalping
Penanggulangan
KIE :
Menjelaskan
sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di daerah mesosalping
I.
YANG
DAPAT MENJALANI TUBEKTOMI
·
Usia >26 tahun
·
Paritas>2
·
Yakin telah mempunyai
besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
·
Pada kehamilannya akan
menimbulkan risiko kes yang serius
·
Pasca persalinan
·
Pasca keguguran
·
Paham dan secara
sukarela setuju dengan prosedur ini
J.
YANG
TIDAK BOLEH MENJALANI TUBEKTOMI (KONTRAINDIKASI)
·
Hamil
·
Perdarahan vaginal yang
belum terjelaskan
·
Infeksi sistemik atau
pelvik yang akut
·
Tidak boleh menjalani
proses pembedahan
·
Kurang pasti mengenai
keinginannya untuk fertilitas di masa depan
·
Belum memberikan
persetujuan tertulis
·
Laparoskopi juga tidak
boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan paru yang berat
·
Jika ada permintaan
sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi ada ibu atau janin
maka permintaan tersebut bisa di tolak
K. WAKTU DILAKUKAN
·
Setiap waktu selama
siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
·
Hari ke-6 hingga ke-13
dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
·
Pascapersalinan;
minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu, laparoskopi
tidak tepat untuk klien pascapersalinan
·
Pascakeguguran;
Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap saja)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa
tubektomi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari 200 wanita yang
disterilisasi namun kemudian hamil. Pada kasus yang sangat jarang terjadi itu,
tuba falopi wanita kembali menyambung setelah dipotong atau ditutup. Dengan
kategori ;
·
Sangat efektif dan
mantap
·
Tindakan pembedahan
yang aman dan sederhana
·
Tidak ada efek samping
·
Konseling dan informed
consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan
Keuntungan tubektomi
:
·
Sangat efektif (0,5
kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
·
Tidak mempengaruhi
proses menyusui (breastfeeding)
·
Tidak bergantung pada
faktor senggama
·
Baik bagi klien apabila
kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
·
Pembedahan sederhana,
dapat dilakukan dengan anestesi lokal
·
Tidak ada efek samping
dalam jangka panjang
·
Tidak ada perubahan
dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
Kontraindikasi :
·
Hamil
·
Perdarahan vaginal yang
belum terjelaskan
·
Infeksi sistemik atau
pelvik yang akut
·
Tidak boleh menjalani
proses pembedahan
·
Kurang pasti mengenai
keinginannya untuk fertilitas di masa depan
·
Belum memberikan
persetujuan tertulis
·
Laparoskopi juga tidak
boleh dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung dan paru yang berat
·
Jika ada permintaan
sterilisasi saat persalinan dan ternyata timbul komplikasi pada ibu atau janin
maka permintaan tersebut bisa di tolak
DAFTAR PUSTAKA
Arjoso,
S. 2003. Umpan Balik Laporan Pencapaian Program KB Nasional Propinsi Jawa
Timur. Surabaya : BKKBN.
Elizabeth,
Hurlock. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Yusuf,
A. 2005. Keluarga Berencana. http://www.google.com. BKKBN, diakses : 13 Juli
2006.
Joewono, HT. 1995. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
NRC-POGI-Depkes-BKKBN-YBPSP-JHPEIGO.
Noerdin, M. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera.
Jakarta : BKKBN.
Saifuddin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
JNPKKR/POGI-BKKBN-DEPKES-JHPIEGO/STARH PROGRAM.
http://majalahkesehatan.com/sterilisasi-wanita-tubektomi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar