ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN TRAUMA MEDULA SPINALIS
( Tugas Mata Kuliah IKD 3)
Disusun Oleh :
FIRJINIA TITIN
MUNAWAROH
PRODI D3 KEPERAWATAN
SEMESTER II
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010
TRAUMA MEDULA SPINALIS
I. DEFINISI
A. Medula spinalis terdiri atas 31 segmen
jaringan saraf dan masing-masing memilik sepasang saraf spinal yang keluar dari
kanalis vertebralismelalui foramen inverterbra.Terdapat 8 pasang saraf
servikalis,12 pasang torakalis,5 pasang lumbalis,5 pasang sakralis,dan 1 pasang
saraf kogsigis.
Cedera Medula Spinalis / cedera tulang belakang adalah cedera mengenai
servikalis,vertebralis dan lumbalis akibat trauma : jatuh dari
ketinggian,kecelakakan lalu lintas,kecelakakan olah raga,dsb ( Http /
Tulus-Andi.Blogspot.com ).
Trauma pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis
vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang
( Arif Muttagin,2008 : 298 ).
Trauma Medula Spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan
yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebebkan transeksi
lengkap dari medula spinalis dengan quadriplegia ( Fransisca B.Batticaca,2008 :
30 ).
B. KLASIFIKASI
1.Cedera
tulang stabil
Cedera
yang komponen vertebralnya tidak akan tergeser oleh gerakan normal sehingga
sumsum tulang tidak rusak dan biasanya resikonya lebih rendah.
2.Cedera
tulang tidak stabil
Cedera
yang dapat mengalami pergeseran lebih jauh dimana terjadi perubahan struktur
dari oseoligamentosa posterior,komponen pertengahan,dan kolumna anterior.
II.ETIOLOGI
1.Kecelakaan lalu lintas / jalan raya ( Penyebab
paling sering ).
2.Kecelakaan dalam olah raga.
3.Luka tembak / tusuk.
4.Jatuh dari pohon / bangunan / tangga.
5.Kejatuhan benda keras.
6.Gangguan lain yang dapat menyebabkan
cedera medula spinalis seperti spondi liosis servikal dengan mielepati,yang
menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap medula
spinalis,mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun non
infeksi,osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra,tumor
infiltrasi maupun kompresi.
III.TANDA & GEJALA
*Cedera tulang belakang harus selalu
diduga pada kasus dimana setelah cedera
klien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan punggung .
*Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah lesi.
*Kelemahan umum / kelemahan otot ( trauma dan adanya kompresi saraf ).
*Nyeri / nyeri tekan otot.
*Mengalami deformitas.
*Pada pernapasan timbul gejala napas
pendek,kekurangan O2,sulit bernapas,dan timbul tanda pucat,sianosis.
*Perubahan tanda vital.
*Dapat mengalami
IV.PATOFISIOLOGI
Akibat suatu trauma mengenai vertebrata mengakibatkan patah tulang
belakang.paling banyak survikalis lumbalis.fraktur dapat berupa patah tulang sederhana kompresi
dislokasia,sedangkan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar / kontusio
laelrasi dg / tanpa perdarahan.blok syaraf simpatis pelepasan mediator kimia iskemia,dan inpok semia syok spinal
gangguan fungsi kandung kemih.
Lokasi cedera
medula spinalis umumnya mengenai C1 dan C2,C4,C6, dan T11 atau L2.Mekanisme
terjadinya cidera sebagai berikut.
-Fleksi-rotasi ,dislokasi,dislokasi
fraktur,umumnya mengenai torakulumbal,terjadi pada T12-L1.Fraktur lumbal a/
fraktur yang terjadi pada dhaerah vertebra bawah.bentuk cedera ini mengenai
ligamen,kerusakan pembuluh darah,fraktur vertebra,dan mengakibatkan iskemia
pada medula spinalis.
-Hiperekstensi, umumnya mengenai klien dengan usia
dewasa yg memiliki perubahan degeneratif vertebra,usia muda yangmendapat
kecelakaan lalu lintas dan usia muda yang mengalami cedera seperti menyelam.
-Kompresi, cedera kompresi sering disebabkan
karena jatuh atau melompat dari ketinggian,dengan posisi kaki atau bokong (
duduk).tekanan mengakibatkan fraktur vertebra dan menekan medula spinalis.
V.Penatalaksanaan
1.Lakukan tindakan segera pada cedera medula spinalis.
Tujuannya a/ mencegah kerusakan lebih lanjut pada medula spinalis.sebagian
cedera medula spinalis diperburuk oleh penanganan yang kurang tepat,efek
hipotensi atau hipoksia pada jaringan saraf yang sudah terganggu.
-Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan.
-Beri bantal,guling atau bantal pasir pada sisi pasien u/ mencegah
pergeseran.
-tutup dengan selimut untuk menghindari hawa panas badan.
-pindahkan pasien ke RS yang memiliki fasilitas
penanganan kasus cedera medula spinalis.
2.Perawatan khusus
-Kontusio / transeksi / kompresi medula spinalis.
a).metil prednisolon 30 mg / kg BB bolus intra
vena selama 15 menit dilanjutkan dg 5,4mg /kg BB/ jam, 45 menit.setelah bolus
,selama 23 jam hasil optimal bila pemberian dilakukan < 8 jam onset.
b).Tambahkan profilaksis stres ulkus : antasid / antagonis H2
3.Tindakan operasi diindikasikan pada :
-Fraktur servikal dg lesi parsial medula spinalis
-Cedera terbuka dg benda asing / tulang dlm kanalis spinalis.
-Lesi parsial medula spinalis dg hematomielia yang progresif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I.Pengkajian
A.Identitas
Trauma medula spinalis dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin.
B.Keluhan utama
Keluhan utama yang menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan adalah
nyeri,kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,inkontinensia defekasi dan
urine,deformitas pada daerah trauma.
C.Riwayat
penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan
lalu lintas,olah raga,jatuh dari pohon atau bangunan,luka tusuk,luka tembak dan
kejatuhan benda keras.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila
klien tidak sadar tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol
yang sering terjadi pada beberapa klien yang suka kebut-kebutan.
D.Riwayat
penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
degeneratif pada tulang belakang,seperti
osteoporosis,osteoartritis,spondilitis,spondilolistesis,spinal stenosis yang
memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang.
E.Riwayat
penyakit keluarga
Kaji apakah dalam keluarga px ada yang menderita hipertensi,DM,penyakit
jantung untuk menambah komprehensifnya pengkajian.
F.Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan
akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara
optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
G.Pola aktivitas
-Aktifitas dan istirahat
* Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok
spinal ) pada bawah lesi.
* Kelemahan umum / kelemahan otot ( Trauma dan
adanya kompresi saraf ).
-Makanan / cairan
* Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.
* Peristaltik usus hilang ( ileus paralitik ).
-Eliminasi
* Inkonti nensia defekasi berkemih.
*Retensi urine
-Hygien
* Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
H.Pemeriksaan fisik
* Keadaan umum,TTV,status kesadaran pada klien dengan
cidera spinal stabil tidak mengalami perubahan,tetapi pada klien yang
diindikasikan cedera spinal tidak stabil dapat mengalami perubahan.
* Inspeksi adanya deforamitas pada leher /
punggung.
* Kaji adanya memar ( Pada fase awal cedera ) baik
pada leher,muka dan bagian belakang telinga,tanda memar pada wajah,mata / dagu
merupakan salah satu tanda adanya cedera hiper ekstensi pada leher.
* Pemeriksaan reflek
-Reflek patela biasanya melemah karena kelemahan
pada otot hamstring.
-Reflek bulbokavernosus didapatkan positif
menandakan adanya syok spinal.
-Pemeriksaan s.perkemihan dan pencernaan terdapat
incontinensia defekasi dan mikturisi.
* Pemeriksaan lokalis :
a).look ~ adanya perubahan warna kulit,abrasi dan memar pada punggung.
b).feel ~ prosesus spinosus di palpasi untuk
mengkaji adanya suatu celah yang dapat diraba akibat sobeknya ligamentum
posterior menandakan cedera yang tidak stabil sering didapatkan adanya nyeri
tekan pada area lesi.
c).move ~ gerakan tulang punggung,spinal tidak
boleh dikaji.disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan & kelumpuhan
pada seluruh ekstemitas bawah.
I.Pemeriksaan diagnostik
1.Foto Rontgen posisi AP,lateral dan oblig
dilakukan u / menilai :
* Diameter anteroposterior kanal spinal.
* Kontur,bentuk dan kesejajaran vertebra.
* Pergerakan frogmen tulang dalam kanal spinal.
* Keadaan simetris dari pedikel dan prosesus
spinosus.
* Ketinggian ruangan diskus inter vertebralis.
2.CT scan dan MR 1 untuk menunjukkan tingkat
penyumbatan kanalis spinalis.
II.Dx Keperawatan
1.Resti injuri / cedera korda spinalis b/d
kompresi korda sekunder dari cedera spinal servikal tdk stabil,manipulasi
berlebihan pada leher.
2.Aktual / resiko tinggi pola napas tdk
efektif b/d kelemahan otot-otot pernapasan,kelumpuhan otot diafragma.
3.Nyeri b/d kompresi akar saraf,spasme otot /
tekanan di dhaerah distribusi ujung saraf.
4.Hambatan mobilitas fisik b/d paraplegia sekunder
dari kompresi spinal.
5.Gangguan pemenuhan eliminasi urine b/d gangguan
fungsi miksi sekunder dan kompresi medula spenalis.
6.Aktual / Resti otot dan kontraktur sendi b/d
paraplegia,kelemahan motorik.
7.Kecemasan b/d prognosis kondisi sakit,rencana
pembedahan.
III.Intervensi
1.Diagnosa : Resti injuri / cedera korda
spinalis b/d kompres korda sekunder dari cedera spinal servikal tidak stsbil.
Tujuan
: Dalam waktu 2 X 24 jam resiko
injury tidak terjadi.
Kriteria Hasil : TTV dalam batas normal,klien sadar GCS ( 4,5,6 ) tidak ada
tanda-tanda syok spinal.
Intervensi : 1.Monitor TTV
R/ Penurunan denyut jantung & tekanan darah tanda awal dampak dari
kompresi korda.
2.Monitor tiap jam akan adanya syok spinal pada
fase awal cedera selama 48 jam.
R/ Cedera pada vertebra servikal dapat mengakibatkan terjadinya syok
spinal.
3.Lakukan Teknik Pengangkatan cara log rolling
atau long back boord pada setiap
transportasi klien.
R/ Teknik ini mempunyai prinsip memindahkan kolumna vertebralis sebagai
satu unit dengan kepala & pelvis dengan tetap menjaga kesejajaran tulang
belakang untuk menghindari kompresi korda.
4.Imobilisasi leher terutama pada klien yang
mengalami cedera spinal tidak stabil.
R/ Pemasangan fiksasi kolar servikal dapat menjaga kestabilan dalam
melakukan mobilitas leher.
5.Beri penjelasan tentang kondisi klien.
R/ Usaha untuk meningkatkan kooperatif klien terhadap intervensi yang
diberikan.
6.Kolaborasi dengan Tim medis.
-Pemeriksaan radiologi
R/ Pemeriksaan utama dalam menilai sejauh mana kerusakan yang terjadi pada
cedera spinal servikal.
2.Diagnosa : Aktual / Resiko tinggi pola
nafas tidak efektif b/d kelemahan otot-otot pernapasan,kelumpuhan otot
diafragma.
Tujuan : Dalam waktu 2 X 24 jam tidak terjadi
ketidak efektifan pola nafas
Kriteria Hasil : RR dalam batas normal (
12-20x / menit) tidak ada tanda-tanda sianosis,analisa gas darah dalam batas
normal,pemeriksaan kapasitas paru normal.
Intervensi : 1.Observasi fungsi
pernapasan,catat frekuensi pernapasan,dispnea atau perubahan tanda-tanda vital
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai
akibat stres fisiologi dapat menunjukkan terjadinya spinal syok.
2.Pertahankan perilaku tenang,bantu klien untuk
kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia,yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan / ansietas.
3.Pertahankan jalan napas; posisi kepala tanpa
gerak.
R/ Klien dengan cedera sevikalis akan membutuhkan bantuan u/ mencegah
aspirasi / mempertahankan jalan napas.
4.Observasi warna kulit
R/ Menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan
segera.
5.Lakukan pengukuran kapasitas vital,volume tidal,
dan kekuatan pernapasan.
R/ Menentukan fungsi otot-otot pernapasan.
6.Berikan oksigen dengan cara yang tepat
R/ Metode dipilih sesuai dengan
keadaan.insulisiensi pernapasan.
3.Diagnosa : Nyeri b/d kompresi akar
saraf,spasme otot/tekanan di dhaerah distribusi ujung saraf.
Tujuan : Dalam waktu 1X24 jam nyeri berkurang /
hilang atau teradaptasi.
Kriteria hasil : Secara subjektif
melaporkan nyeri berkurang / dapat diadaptasi,skala nyeri 0-1 ( 0-4 ) dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan nyeri,klien tidak gelisah.
Intervensi : 1.Jelaskan dan bantu klien
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasif.
R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangai nyeri.
2.Lakukan manejemen nyeri keperawatan :
* Ajarkan tehnik relaksasi pernapasan
dalam pada saat nyeri muncul.
R/ Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari
iskemia spinal.
*Ajarkan teknik distraksi
pada saat nyeri.
R/ Distraksi ( pengalihan perhatian ) dalam menurunkan stimulus internal.
*Lakukan manajemen sentuhan
R/ Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.
*Pasang korset lumbosakra
R/ Penahan lumbal yang lembut dapat memberi keringanan pada lumbal karena
titik beratnya ditarik ke dekat tulang belakang.
3.Kolaborasi dengan dokter,pemberian analgesik
R/ Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Batti caca, Fran
sisca B .2008 . Asuhan
Keperawatan Klien dengan gangguan system persyarafan.Jakarta : Salemba Medika
Http :/
Tulus-Andi . blog spot . com/2009. Asuhan Keperawatan Spinal cord injury .
Diakses tanggal 2 september 2009.
Mansjoer, Arif.2000 . Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Muttaqim, Arif .2008 .Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem saraf
. Jakarta : Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar