MODEL KONSEP
TEORI
KEPERAWATAN KOMUNITAS
BETTY NEUMAN

Disusun Oleh:
1.
Prayudha
Norfatmawati
2.
Siti Aminah
3.
Ujang Kisworo
4.
Galuh P
5.
Wahyu Elya
SEMESTER : VI B
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN
CENDIKIA MEDIKA
JOMBANG
2011
TEORI BETTY NEUMAN
A. TINJAUAN TEORI
1. Perkembangan Sistem Model Neuman
1. Perkembangan Sistem Model Neuman
Model sistem Neuman
memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk
holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi aspek (variable)
fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang
berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap
stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal.
Komponen utama dari model
ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien dipandang sebagai
suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback
sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif
sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas
atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin
keilmuan
Tujuan ideal dari model ini
adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila stabilitas
tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka maka klien
selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan
diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk
mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor
yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa
potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat diidentifikasi.
2. Konseptual Model Neuman
Neuman menyajikan
aspek-aspek model sistemnya dalam suatu diagram lingkaran konsentris, yang
meliputi variabel fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual, basic structure dan energy resources, line of resistance, normal
line of defense, fixible line of defense, stressor, reaksi, pencegahan primer,
sekunder, tertier, faktor intra, inter dan ekstra personal, serta rekonstitusi.
Adapun faktor lingkungan, kesehatan, keperawatan dan manusia merupakan bagian
yang melekat pada model ini yang saling berhubungan dan mendukung ke arah
stabilitas sistem.Gambar sistem Neuman ada pada gambar berikut ini.
a. Manusia menurut Neuman
Neuman memandang manusia
atau klien secara keseluruhan (holistic) yang terdiri dari faktor fisiologis,
psikologis, sosial budaya, faktor perkembangan, dan faktor spiritual.
1.
Faktor Fisiologis meliputi struktur dan fungsi tubuh.
2.
Faktor psikologis terdiri dari proses dan hubungan
mental.
3.
Faktor sosial budaya meliputi fungsi sistem yang
menghubungkan sosial dan ekspektasi
kultural dan aktivasi.
4.
Faktor perkembangan sepanjang hidup.
5.
Faktor spiritual pengaruh kepercayaan spiritual. Faktor-faktor ini berhubungan secara dinamis dan
tidak dapat dipisah-pisahkan.
Klien juga dipandang mengalami kondisi yang
bervariasi,sesuai stress yang dialami. Ketika stressor terjadi individu banyak
membutuhkan informasi atau bantuan untuk mengatasi stressor. Pemberian motivasi
merupakan rencana tindakan perawat untuk membantu perkembangan klien.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar
dan lingkaran-lingkaran konsentrik yang saling berkaitan . Struktur dasar
meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang lebih umum dari karakter sehat
dan sakit yang merupakan gambaran yang unik dari system klien. Secara umum
gambaran keunikan sistem klien dari Neuman adalah range temperatur normal,
struktur genetik , pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktr ego dan
pengetahuan atau kebiasaan.
Neuman selanjutnya
menyatakan bahwa Normal Lines of Defense adalah :
1.
Merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu
keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan
karena adanya stressor yang disebut keadaan wellness normal dan digunakan
sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk
sistem klien.
2.
Berbagai stressor dapat menginvasi normal line
defense jika flexible lines of defense tidak dapat melindungi secara adekuat.
Jika itu terjadi maka sistem klien akan bereaksi yang akan tampak pada adanya
gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk
mengatasi stressor tambahan.
3.
Normal lines of defense terbentuk dari beberapa
variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. b. Lingkungan menurut Neuman
Menurut Neuman lingkungan
adalah seluruh faktor-faktor internal dan eksternal yang berada di sekitar
klien . Neuman mengatakan baik lingkungan internal maupun ekternal pada manusia
memiliki hubungan yang harmonis dan keduanya mempunyai keseimbangan yang
bervariasi, dimana keseimbangan atau keharmonisan antara lingkungan internal
dan eksternal tersebut dipertahankan. Pengaruh lingkungan terhadap klien atau
sebaliknya bias berdampak positif atau negative. Stressor yang berasal dari
lingkungan meliputi 3 hal yaitu intrapersonal, interpersonal dan extrapersonal.
Neuman membagi lingkungan
menjadi 3 yaitu :
1). Lingkungan internal yaitu lingkungan intrapersonal yang ada dalam
system klien.
2). Lingkungan eksternal
adalah lingkungan yang berada diluar system klien.Kekuatan-kekuatan dan
pengaruh interaksi yang berada di luar sistem klien.
3). Lingkungan yang
diciptakan merupakan pertukaran energi dalam system terbuka dengan lingkungan
internal dan eksternal yang bersifat dinamis.Lingkungan ini tujuannya adalah
untuk memberikan stimulus positif kearah kesehatan klien.
Stressor adalah kekuatan
lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial untuk menyebabkan
sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :Stressor
intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan
lingkungan internal.
Misalnya : respon autoimun.
Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih
yang memiliki pengaruh pada sistem.
Misalnya : ekspektasi peran.
Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau
individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal.
Misalnya : sosial politik.
Stressor interpersonal dan extrapersonal berhubungan dengan lingkungan
eksternal. Created environment mencakup ketiga jenis stressor ini.
c. Sehat menurut Neuman
Definisi sehat digambarkan
dengan model komponen. Sehat adalah kondisi dimana
bagian dan sub bagian keseluruhan manusia yang selalu harmoni.Kesehatan manusia
dalam status baik atau sakit, selalu berubah dalam lima variable : fisiologi,
psikologi, sosiobudaya, spiritual dan perkembangan. Sehat relative dan dinamik
dengan stabilitas yang bervariasi.
Garis normal sebagai parameter status sehat. Sehat adalah individual kadang seimbang atau stabilitas klien atau berubah.
Garis normal sebagai parameter status sehat. Sehat adalah individual kadang seimbang atau stabilitas klien atau berubah.
Garis pertahanan manusia
dapat permiabel, berbeda dengan individu lain dan menghasilkan status kesehatan
yaitu garis pertahanan normal.Sehat untuk individu lain mungkin berarti retensi
komponen yang tercontitusi, contoh penggunaan protesa setelah amputasi dapat
menghasilkan garis normal. Sehat untuk individu adalah hubungan antara faktor
genetik dan pengalaman.Tipe definisi sehat mengikuti individu ,tidak ada
standart absolute. Status yang terbaik adalah status optimal untuk klien
bervariasi dari beberapa poin dalam hubungannya dengan konsep dasar
d. Keperawatan menurut
Neuman
Neuman menyatakan bahwa
keperawatan memperhatikan manusia secara utuh dan keperawatan adalah sebuah
profesi yang unik yang mempertahankan semua variabel yang mempengaruhi respon
klien terhadap stressor. Melalui penggunaan model keperawatan dapat membantu
individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level
maksimum dari total wellness. Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan
integrasi dari semua variabel yang mana mendapat perhatian dari keperawatan .
Neuman (1981) menyatakan bahwa dia memandang model sebagai sesuatu yang berguna
untuk semua profesi kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi
bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan
perspektif yang luas dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan
untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah.
e. Aktivitas Keperawatan
Perawat dalam model Neuman
dipandang sebagai “aktor” atau pemberi intervensi yang mempunyai tujuan
mengurangi pertemuan individu dengan stressor yang jelas atau meminimalkan
efeknya. Perawat mungkin memilih untuk mengintervensi dengan cara menguatkan
kemampuan klien untuk berespon terhadap stressor. Jadi tanpa memperhatikan
apakah pertemuan dengan stressor itu menghasilkan hasil yang positif atau
negatif, perawat memberikan pelayanan sebagai peserta yang aktif dalam
mendukung pertahanan klien dengan membantu klien berespon yang sesuai terhadap
stressor yang datang. Partisipasi aktif dari klien membenarkan arti dari
pengalamannya dengan perawat.
Selanjutnya pembuatan tujuan
kolaborasi dan kemajuannya adalah istilah yang digunakan Neuman untuk
menjelaskan aktivitas antara perawat dan klien. Neuman menyatakan bahwa sekali
masalah utama telah didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan harus
dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang harus diambil sebagai prioritas.Yang
membuat keputusan adalah proses kolaborasi antara perawat dan klien terlibat
dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang sesuai. Perawat membantu klien
berbeda tergantung pencegahan primer, sekunder atau tersier yang diperlukan.
Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi secara
berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak garis
pertahanan normal (tingkat pencegahan primer), perawat mungkin mengkaji faktor-faktor
resiko dan mencari kemungkinan untuk mengajari atau membantu klien sesuai
dengan kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal
(tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk menentukan sifat
dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptif. Jika
stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan tertier)
perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi efek, barangkali dengan
menggunakan sumber-sumber rehabilitasi.
Ringkasnya perawat atau
profesi kesehatan lain menggunakan model Neuman adalah pengevaluasi aktif dan
pemberi intervensi aktif. Klien dipandang sebagai aktif tetapi lebih rendah dibanding
perawat berhubungan beberapa perubahan status kesehatan. Keperawatan
digambarkan sebagai profesi yang unik, keunikannya dihubungkan dengan sifat
holistic manusia dan pengaruh dari variable yang berinteraksi dalam lingkungan
internal maupun eksternal. Perawat mengkaji semua factor yang berpengaruh pada
klien..Contoh Neuman menyatakan bahwa lapang persepsi pemberi pelayanan
professional dan klien harus dikaji karena persepsi klien dan caregiver mungkin
bervariasi. Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi tindakan caregiver.
Pengkajian persepsi berarti
bahwa perawat mengkaji prasangka, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki klien
yang berhubungan dengan kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal ini
penting bahwa pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena ini
akan sangat berguna pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat oleh
Neuman.
f. Hubungan antara keempat
konsep sentral.
Perawat dilihat sebagai
parsitipan yang aktif dan sebagai faktor dalam lingkungan interpersonal yang
mempengaruhi klien. Kesehatan adalah keadaan dinamis yang dipengaruhi oleh
waktu dimana individu tersebut mencari cara untuk memepertahankan beberapa
bentuk stabilitas. Keadaan ini merupakan keadaan yang harmonis pada semua aspek
mausia, keadaan yang tidak harmonis akan menyebabkan keadaan kesehatan
berkurang. Stressor didapat dari lingkungan internal dan eksternal dimana keduanya
ada dalam system klien.Sifat dari stressor kebutuhan klien harus dikaji oleh
perawat sebelum menetapkan perencanaan. Salah satu kekuatan dalam model ini
terletak pada hubungan antara variabel klien dengan konsep yang termasuk dalam
system.
Kegunaan dari model ini
adalah :
1)
Dapat mengkonseptualisasikan klien / system klien
dalam keadaan kesehatan berubah – ubah
2)
Lingkungan internal dan ekternal adalah system yang
dinamis untuk klien
3)
Perawat melakukan pengkajian , pencegahan dan
intervensi pada klien /system klien. Empat meta paradigma konsep keperawatan saat ini dan semuanya
digunakan dalam fungsi keperawatan
3.
Garis
Pertahanan flexible/-Flexible Lines of Defense :
1)
Digambarkan sebagai lingkaran putus-putus paling luar
yang berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari
stressor.
2)
Diibaratkan sebagai suatu accordion yang bisa
menjauh atau mendekat pada normal line of defense. Bila jarak antara flexible
lines of defense dan normal lines of defense meningkat maka tingkat proteksipun
meningkat.
3)
Melindungi normal line of defense dan bertindak
sebagai buffer untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien.
4)
Bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu yang
relatif singkat.
Lines of Resistance Merupakan
serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi
struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan
melalui garis normal pertahanan (normal line of defense). Misalnya adalah
mekanisme sistem immun tubuh.Jika lines of resistance efektif dalam merespon
stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka
energi berkurang dan bisa timbul kematian.Hubungan dari berbagai variabel
(fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat
mempengaruhi tingkat penggunaan flexible lines of defense terhadap berbagai
reaksi terhadap stressor.
4.
ANALISA
Pada bab ini akan dikelompok
uraikan analisis internal, analisis kekuatan dan kelemahan.
- Analisis Internal
Asumsi didefinisikan sebagai
dalil yang diterima tanpa harus dibuktikan,beberapa tipe asumsi, tetapi asumsi
dengan banyak kesesuaian antara implisit dan explicit . secara garis besar
asumsi diidentifikasi Neuman sebagai berikut:
a.
Setiap orang adalah individual unik dengan range
respon yang normal.
b.
Beberapa tipe stressor mungkin dalam garis
keseimbangan individual ( garis pertahanan normal ). Stressor alamiah mungkin
berdampak keluar yang mana seseorang mungkin menggunakan garis pertahanan yang
flexible.
c.
suatu waktu manusia dalam respon normal yang mana
mereka dalam garis pertahanan normal.
d.
Garis pertahanan flexible adalah system reaksi yang
digunakan untuk pertahanan stressor, ketika garis pertahanan flexible tidak
dapat digunakan untuk pertahanan stressor, stressor mempengaruhi keseimbangan
seseorang.
e.
Garis pertahanan internal individu stabil dan
menghasilkan individu yang normal.
f.
Kesakitan adalah hubungan yang dinamis antara
fisiologi, psikologi, sosio budaya dan perkembangan status.
g.
Pencegahan utama/primer adalah mengidentifikasi dan
semua faktor resiko berhubungan dengan stressor.
h.
Pencegahan sekunder berhubungan dengan gejala dan
stretegi intervensi.
i.
Pencegahan tersier berhubungan dengan adaptasi atau
hasil rekontruksi.
Asumsi direfleksikan dalam element
dasar pada modul ini. System klien dalam intraksi dengan lingkungan. Dalam
perawatan kesehatan professional dapat dari sebuah model yan spesifik yang mana
intervensi antara stressor dan klien, contoh seorang terapi fisik mungkin mengindentifikasi
stressor akan mempengaruhi otot atau tolong maka intervensi spesifik akan
diatur dari pengetahuan.
Beberapa implikasi dapat
diasumsikan lebih baik, contoh individu klien mempunyai nilai dan usaha
stabilitas atau kesehatan yang prima. Kesehatan professional klien lebih baik
mempunyai respon yang besar untuk status kesehatan ini. Tambahan, perawatan
kesehatan professional adalah dapat membantu klien mencapai dan bertahan dalam
kondisi sehat.
Komunitas dan keluarga yang
direferensikan Neuman, tetapi dapat diasumsikan hanya untuk klien. Neuman
mempunyai pernyataan walaupun mengasumsikan konssep yang original dalam
terminology klien. Dia berharap akan meluaskan. Dia percaya mereka menampilkan
yang lebih baik dalam system yang lain. Asumsi untuk system perawatan kesehatan
yang lebih besar yaitu komunitas atau keluarga menjadi petunjuk, contoh neuman
melaporkan dari Ontorio Canada dan propinsi Manitoba mempunyai kreteria dasar
untuk praktek perawatan kesehatan masyarakat dalam system model Neuman, yang
mana sukses dalam implementasi ( Neuman, komunikasi personal).
2. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Konsep
a. Kekuatan
1)
Neuman menggunakan diagram yang jelas , diagram ini
digunakan dalam semua penjelasan tentang teori sehingga membuat teori terlihat
menarik. Diagram ini mempertinggi kejelasan dan menyediakan perawat dengan
tantangan – tantangan untuk pertimbangan
2)
Model system Neuman lebih flexible bias digunakan
pada area keperawatan, pendidikan dan pelatihan keperawatan
b. Kelemahan
1) Model Sistem Neuman dapat
digunakan oleh semua profesi kesehatan, sehingga untuk profesi keperawatan
menjadi tidak spesifik
2) Penjelasan tentang perbedaan
stressor interpersonal dan ekstrapersonal masih dirasakan belum ada perbedaan
yang jelas
3) Model system Neuman tidak
membahas secara detail tentang perawat klien, padahal hubungan perawat klien
merupakan domain penting dalam Asuhan Keperawatan
B. ALASAN
Kelompok
kami memilih teori betty neuman dalam
keperawatan komunitas karena dalam teori ini mencakup 4 elemen penting dalam proses keperawatan. Elemen tersebut meliputi manusia, lingkungan, kesehatan, pelayanan. Keempat
elemen ini tidak bisa di pisahkan satu sama yang lainnya.Sedangkan dalam teori
– teori yang tidak ditemukan keempat elemen tersebut. Dalam teori Neuman kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas. Teori Neuman membantu individu,keluarga,kelompok dalam
mencapai dan mengelola tingkat maksimal dari kesejahteraan total dengan
intervensi yang sesuai.
Model system Neuman dikembangkan
berdasarkan pada teori umum dan memandang klien sebagai suatu system terbuka
yang bereaksi terhadap tressor dan lingkungan. Variabel klien adalah
fisiologis, psikologis, social budaya, perkembangan dan spiritual.Intervensi
keperawatan terjadi melalui tiga cara pencegahan yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tertier sehingga Model ini bisa digunakan dipelayanan keperawatan
komunitas.
C. Model
Teori Betty
Neuman Dalam Lingkungan Komunitas
Keperawatan memperhatikan
semua hal dan stressor-stressor pontensial kaitannya dengan penggunaan pengaruh
dan potensial dampak stressor lingkungan.Tujuan Keperawatan adalah menjaga
stabilitas system klien, membantu klien untuk mengurus diri yang mana hal – hal
sebagai persyaratan untuk mencapai tahap kesehatan yang optimum. Memfasilitasi kesehatan
yang optimum untuk pasien melalui memperkuat atau memelihara stabilitas system
klien.
Sehat Adalah keadaan baik.
Sehat adalah suatu titik yang bergerak pada rentang negentrophy paling besar ke
entrophy maksimum. Saat semua bagian pada klien berada dalam keadaan harmonis
atau seimbang ketika semua dibutuhkan untuk bertemu, kesehatan optimal
tercapai. kesehatan adalah juga energi.
Manusia terdiri dari
Fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Diwakili
untuk struktur sentral, garis pertahanan dan garis perlawanan.
Klien adalah manusia yang
diancam atau diserang oleh stressor lingkungan. Lingkungan adalah semua faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi klien dan system klien. Tiga type
lingkungan yang telah diidentifikasi ; internal, eksternal dan , lingkungan
yang diciptakan. Stressor adalah bagian dari lingkungan, lingkungan internal
berisi dalam batas system klien. Lingkungan eksternal berisi kekuatan-kekuatan
diluar system klien.
Lingkungan yang diciptakan
merupakan mobilisasi yang tidak disadari klien terdiri dari struktur
komponen-komponen sebagai faktor energi, stabilitas dan integritas.
Masalah keperawatan
merupakan kesehatan system klien yang terancam atau manifestasi aktual respon
terhadap stressor. Proses Keperawatan Neuman menggambarkan 3 langkah fokus:diagnosa
keperawatan, tujuan keperawatan dan hasil.
Intervensi keperawatan
adalah intervensi yang diidentifikasi oleh Neuman, yaitu tiga komponen tipologi
intervensi :
a. tahap pencegahan primer
b. sekunder
c. tersier.Rekontitusi merupakan bagian
dari tahap pencegahan tersier.
Komunitas
dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua aktor utama : komunitas yang
merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang
terdiri dari 5 tahapan :
1. Pengkajian
Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi
secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak
garis pertahanan normal (tingkat pencegahan primer), perawat mungkin mengkaji
faktor-faktor resiko dan mencari kemungkinan untuk mengajari atau membantu
klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan
normal (tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk menentukan
sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptive. Jika
stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan tertier)
perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi efek, barangkali dengan
menggunakan sumber-sumber rehabilitasi.
Perawat mengkaji
semua factor yang berpengaruh pada klien..Contoh Neuman menyatakan bahwa lapang
persepsi pemberi pelayanan professional dan klien harus dikaji karena persepsi
klien dan caregiver mungkin bervariasi.Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi
tindakan caregiver.Pengkajian persepsi berarti bahwa perawat mengkaji
prasangka, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki klien yang berhubungan
dengan kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal ini penting bahwa
pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena ini akan sangat berguna
pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat oleh Neuman.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat
kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
1)
Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang
diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya.Elemen pengkajian
komunitas
terdiri dari inti komunitas, yaitu
meliputi demografi; populasi; nilai-nilai
keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor
lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi;
politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi
dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk
menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2)
Analisa Data
Analisa data
dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu
format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang
kritis.
Data yang terkumpul
kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa
berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau
diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:
- Masalah sehat sakit
- Karakteristik populasi
- Karakteristik lingkungan
2. Diagnosis
keperawatan komunitas
Kegiatan
ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya. Diagnosa
keperawtan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar
penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:
- Masalah yang ditetapkan dari data umum
- Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan
skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan yang lebih dahulu
ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a. Masalah
spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b. Kebijaksanaan
nasional dan wilayah setempat
c. Kemampuan
dan sumber daya masyarakat
d. Keterlibatan,
partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria
skala prioritas:
a. Perhatian
masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat
terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera
ditanggulangi.
b. Prevalensi
menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu
c. Besarnya
masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertim
bangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut
biaya, sumber daya, srana yang tersedia dan kesulitan yangmungkin timbul.
3. Perencanaan
(Intervensi)
Neuman menyatakan bahwa sekali
masalah utama telah didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan harus
dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang harus diambil sebagai prioritas.Yang
membuat keputusan adalah proses kolaborasi antara perawat dan klien terlibat
dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang sesuai.
Kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1)
Menetapkan
tujuan dan sasaran pelayanan
2)
Menetapkan
rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
3)
Menetapkan
kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
4. Pelaksanaan
Secara
garis besar teori sistem model Neuman mengemukakan bahwa dalam memberikan
tindakan keperawatan terhadap klien atau pasien yang mengalami stress (gangguan
mental) perawatan harus melaksanakan pendekatan-pendekatan perorangan secara
total.
Model konseptual dari Neuman
memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis
pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan
tersebut dengan terfokus pada empat intervensi yaitu :
1.Intervensi yang
bersifat promosi
Dilakukan apabila
gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat fleksibel yang berupa
:
a.
Pendidikan kesehatan.
b.
Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan
klien dirumah atau komonitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan.
2.Intervensi yang bersifat
prevensi
Dilakukan apabila garis
pertahanan normal terganggu :
a.
Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi tumbuh
kembang balita, keluarga dll
b.
Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu
misalnya : konseling pra nikah
3.
Intervensi yang bersifat kuratif Dilakukan apabila garis
pertahanan terganggu.
4.
.Intervensi yang bersifat rehabilitatif
Dilakukan seperti pada upaya
kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Pada
tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1) Melaksanakan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
2) Mengikutsertakan
partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan
dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:
a.
Pencegahan
Primer
Pencegahan
yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan diaplikasikannya ke dalam
populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b.
Pencegahan
Sekunder
Pencegahan
sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat
proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c.
Pencegahan
Tersier
Pencegahan
tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil stabil atau
menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas
terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil
akhir (output).
Penilaian
yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan
dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
a. Daya
guna
b. Hasil
guna
c. Kelayakan
d. Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi
atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2) Perkembangan
atau kemajuan proses
3) Efisiensi
biaya
4) Efektifitas
kerja
5) Dampak:
apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?
Perubahan
ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

![]() |


Keterangan:

: peran masyarakat

pada gambar diatas dapat dijelaskan
alih peran untuk memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada
awalnya peran perawat lebih besar daripada klien dan berangsur-angsur peran
klien lebih besar daripada perawat.
Tujuan akhir perawatan
komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan,
yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan,
merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
Contoh
ASUHAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS
DII WILAYAH RW
II KELURAHAN WIYUNG
KECAMATAN WIYUNG
KOTAMADYA SURABAYA
01 JULI 2002-23
AGUSTUS 2002
Tahap Pengkajian
Pengumpulan Data
1) Data
Demografi
Wilayah
RW II Kelurahan Wiyung terbagi menjadi 4 RT yang masing-masing RT terdiri dari
100-150 KK dengan data yang terkumpul sejumlah 356 KK (quesioner) dari 500 KK
yang diperkirakan, berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dengan aparat
RW, maka didapatkan bahwa 100% penduduk merupakan warga asli Wiyung dengan
jumlah 1478 penduduk.
Berdasarkan
metode pengkajian data demografi masyarakat akan disajikan sebagai berikut:
Batas
wilayah sebelah barat : RW
III Kelurahan Wiyung
Batas
wilayah sebelah timur :
Kelurahan Babadan
Batas
wilayah sebelah selatan : RW I
Kelurahan Wiyung
Batas
wilayah sebelah utara : RW
III dan IV Kelurahan Wiyung
Fasilitas yang tersedia di RW II Kelurahan Wiyung
adalah sebagai berikut: balai RW II (1 buah), musholla di RT 02 (1 buah),
masjid di RT 04 dan 01 (2 buah), Posyandu.
Hasil data yang diperoleh melalui angket/quesioner,
wawancara dan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa dapat disajikan sebagai
berikut:
a.
![]() |
Distribusi Warga Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari gambar diatas
didapatkan bahwa sebagian besar warga berjenis kelamin perempuan dengan jumlah
748 orang (50,6%) dan 730 orang berjenis kelamin laki-laki (49,4%).
Perbandingan tersebut seimbang.
b.
Distribusi Warga
Berdasarkan Agama/Kepercayaan
![]() |
Sebagian besar (93%) warga beragama Islam dengan kegiatan keagamaan yang aktif yaitu majlis dzibaiyah ibu-ibu setiap Selasa malam, majlis tahlil ibu-ibu setiap Rabu malam, majlis tahlil bapak-bapak tiap Kamis malam.
c.
![]() |
Distribusi Warga Berdasarkan Umur
Dari gambar diatas, diadapatkan bahwa sebagian besar
wrga berada pada usia produktif yaitu 22-55 tahun dengan jumlah 757 orang
(51,2%). Selain itu, terdapat data yang mencolok yaitu jumlah usia lanjut yang
menduduki peringkat ke-4, yaitu sejumlah 142 orang (9,61%), hal ini memberikan
dampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memerlukan tinakan
yang lebih terhadap kelompok khusus ini.
d.
![]() |
Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan gambar diatas, didapatkan data bahwa
sebagian besar warga RW II Kelurahan Wiyung berpendidikan SD atau sederajat
dengan jumlah 587 orang (39,7%). Dari gambar tersebut, didapatkan
pula warga yang tidak sekolah sejumlah 269 orang (18,2%), data tersebut
meliputi warga dewasa yang tidak pernah mengenyam pendidikan/bangku sekolah dan
balita.
e.

Distribusi Warga Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi Warga Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.5 Distribusi Pekerjaan Warga RW
II Kelurahan Wiyung
Gambar 4.5 diatas menunjukkan sebagian
warga tidak bekerja sejumlah 846 orang (57,2%). Warga yang tidak bekerja
meliputi ibu rumah tangga, balita, anak dan remaja sekolah serta usia lanjut.
Kebanyakan dari warga yang bekerja adalah mempunyai pekerjaan swasta 289 orang
(19,6%) yaitu dagang, pekerja bangunan dan karyawan swasta 264 orang (17,9%).
2)
Data Kesehatan
Lingkungan
Dari 356 KK yang didata, didapatkan data kesehatan
lingkungan sebagai berikut:
a.
Status
kepemilikan rumah:
K
Sewa/kontrak : 3,3%
K
Rumah sendiri : 81,8%
K
Orang
tua/keluarga : 15,5%
b.
Ratio jumlah
kamar tidur dengan anggota keluarga:
K
1 : 1 : 21%
K
1 : 2 : 49,1%
K
1 : 3 atau lebih :
29,9%
c. Lantai
rumah:
K
Keramik : 34.6%
K
Tegel : 13,29%
K
Semen : 42,52%
K
Tanah : 9,6%
d. Keberadaan
ventilasi:
K
Terdapat ventilasi di masing-masing
kamar : 51,9%
K
Tidak terdapat ventilasi di
masing-masing kamar : 48,1%
e. Kebiasaan
membuka ventilasi:
K
Sering : 51,4%
K
Jarang : 48,6%
f. Pencahayaan
oleh cahaya matahari:
K
Baik : 19,2%
K
Cukup : 77,2%
K
Kurang : 3,6%
g. Sumber
air bersih:
K
PDAM : 93,7%
K
Sumur gali : 6,3%
K
Lain-lain : 0%
h. Air
minum:
K
Air kemasan : 2,9%
K
PDAM dimasak : 89,3%
K
PDAM tidak dimasak : 1,9%
K
Sumur :
5,8%
i.
Jamban/WC:
K
Ada : 97%
K
Tidak ada : 3%
j.
Resapan septik tank:
K
Ada : 44,7%
K
Tidak ada :
55,3%
k. Kebiasaan
menguras bak penampungan air:
K
Setiap 3 hari : 14,3%
K
Seminggu sekali : 50,5%
K
Lebih seminggu : 35,2%
l.
Keberadaan jentik nyamuk:
K
Ada : 49,2%
K
Tidak ada :
50,8%
m. Pembuangan
sampah:
K
Bak sampah & diangkut petugas : 4,6%
K
Ditimbun :
2,6%
K
Dibakar :
91,4%
K
Lain-lain : 1,3%
n. Pembuangan
air limbah rumah tangga:
K
Peresapan :
5,6%
K
Parit/got :
91,7%
K
Tergenang :
2,6%
3) Data
Kesehatan Usia Lanjut
- Keberadaan lansia di KK:
K
Ada : 39,4%
K
Tidak ada :
60,6%
- Jumlah lansia di RW II Kelurahan Wiyung : 129 orang
- Status kesehatan:
K
Sehat : 77,5%
K
Sakit : 22,5%,
dengan keluhan pegal linu, sesak, darah tinggi, kembung, diare dan lain-lain.
- Tindakan yang dilakukan bila lansia sakit:
K
Puskesmas :
83,7%
K
Dukun : 0%
K
Dokter : 14,7%
K
Rumah Sakit :
0,8%
K
Lain-lain :
0,8%, yaitu klinik dan bidan
- Aktifitas lansia sehari-hari:
K
Organisasi :
16,7%
K
Usaha produktif :
16,7%
K
Senam/OR :
3,3%
K
Tanpa kegiatan :
63,3%
4) Data
Kesehatan Ibu Hamil
- Keberadaan ibu hamil dalam KK:
K
Ada : 6,3%
K
Tidak ada :
93,7%
- Jumlah ibu hamil: 17 orang
- Kehamilan ke-:
K
1 :
52,9%
K
2 :
35,3%
K
3 :
11,8%
K
>4 :
0%
- Usia kehamilan:
K
1-3 bulan :
41,7%
K
4-6 bulan :
16,7%
K
7-9 bulan :
33,3%
- Pemeriksaan kehamilan:
K
Memeriksakan :
100%
K
Tidak memeriksakan :
0%
- Kerutinan pemeriksaan kehamilan:
K
Rutin : 100%
K
Tidak rutin :
0%
- Tempat pemeriksaan kehamilan:
K
Puskesmas :
17,6%
K
Posyandu : 0%
K
RS/Klinik :
23,5%
K
Dokter/bidan :
58,8%
- Keluhan selama kehamilan:
K
Ada :
20% yaitu mual, pusing terutama yang usia kehamilan muda
K
Tidak ada : 80%
- Imunisasi TT selama hamil:
K
Sudah : 76,5%
K
Belum : 23,5%
5) Data
Keluarga Berencana
-
Akseptor KB
Gambar : Keikutsertaan Keluarga dari RW II Kelurahan Wiyung menjadi Peserta KBDari gambar diatas, didapatkan data bahwa dari 356 KK, terdapat 76% dari isteri menjadi akseptor KB.
- Metode KB yang digunakan:

Gambar diatas
menunjukkan sebagian besar akseptor KB menggunakan metode suntik (63%) dan pil
(31%).
6) Data
Kesehatan Balita
- Imunisasi Balita:
Polio:
¼ 4
kali : 38%
¼ 3
kali : 22,8%
¼ 2
kali : 15,2%
¼ 1
kali : 9,8%
¼ Tidak
imunisasi : 14,1%
Hepatitis
B:
¼ 3
kali : 47,7%
¼ 2
kali : 13,6%
¼ 1
kali : 16%
¼ Tidak
imunisasi : 22,7%
DPT:
¼ 3
kali : 48,9%
¼ 2
kali : 9,1%
¼ 1
kali : 18,2%
¼ Tidak
imunisasi : 23,9%
BCG:
¼ 1
kali : 75,3%
¼ Tidak
imunisasi : 24,7%
Campak:
¼ 1
kali : 60,2%
¼ Tidak
imunisasi : 39,8%
- Umur diberi ASI
<
6 bulan : 18,1%
6-12
bulan : 20,2%
12-18
bulan : 8,5%
sampai
24 bulan : 53,2%
- Pemberian makanan tanbahan:
Segera
setelah lahir : 3,1%
Umur
1 bulan : 6,3%
Umur
2 –3 bulan : 14,6%
Setelah
umur 4 bulan : 46,9%
Umur
> 6 bulan : 29,2%
- Status gizi (KMS):
Berada
di garis hijau : 68,9%
Berada
di garis kuning : 30%
Berada
di garis merah : 1,1%
- Tempat penimbangan
Posyandu :
56,2%
Puskesmas :
25%
Lain-lain :
18,8%
- Waktu penimbangan
Rutin
setiap bulan :
78,7%
Tidak
rutin setiap bulan ( > 1 bulan) :
21,3%
Distribusi
rutinitas penimbangan tidak normasl, sebab peserta posyandu sebagian besar
berasal dari RT 01 dan 02. Alasan
tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada
teman untuk berangkat bersama dan langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.
- Tindakan bila anak sakit
Dokter
praktik : 10,6%
Perawat/bidan :
6,4%
Puskesmas/RS :
83%
Lain-lain :
0%
7) Data
Status Kesehatan Keluarga
- Anggota keluarga yang sakit 6 bulan terakhir
Ada :
36,4%
Tidak
ada :
63,6%
- Penyakit yang diderita
DHF :
0%
Campak :
0%
TBC :
0%
Thypoid :
2,4%
Lain-lain :
97,6%, yaitu batuk, pilek, pegal linu, darah tinggi, sesak, darah
tinggi/hypertensi, dan lain-lain.
- Anggota keluarga yang meninggal 1 tahun terakhir
Ada :
9,1%
Tidak
ada :
90,9%
8) Data
Kesehatan Remaja
- Remaja di keluarga (KK)
Ada : 74,7%
Tidak ada : 25,3%
- Jumlah remaja: 251 orang (16,9%) dari 1478 penduduk
RT 01 :
83 orang (15,6%)
RT 02 :
80 orang (20,6%)
RT 03 :
59 orang (17,5%)
RT 04 :
29 orang (13%)
- Kegiatan waktu luang
Musik : 14,8%
Olah raga : 34,7%
Santai : 36,4%
Lain-lain : 14,2%
- Kebiasaan remaja
Merokok : 10%
Begadang : 10%
Minum minuman keras : 0,4%
Lain-lain : 22,7%
- Kegiatan sosial remaja
Arisan : 2,4%
Pengajian : 10,4%
Karang taruna : 52,2%
Lain-lain : 10%
- Olah raga
Badminton : 6%
Sepak bola : 42,2%
Bola volley : 8,4%
Lain-lain : 13,4%
Analisa Data
DATA |
ANALISA
MASALAH
|
Ø
49,16% bak
mandi atau tandon air warga terdapat jentik
Ø
50,5% KK
dengan kebiasaan menguras bak mandi seminggu sekali, 35,5% dengan kebiasaan
lebih dari seminggu
Ø
48,1% KK tidak
aaaaaamempunyai ventilasi
di setiap kamar rumahnya
Ø
48,6% KK
jarang membuka ventilasi kamar
Ø
Mobilisasi
penduduk tinggi.
Ø
3,6% KK
dengan pencahayaan oleh matahari
kurang
|
|
Ø
Informasi
kepala puskesmas wiyung bahwa pembinaan lansia di RW2 belum berjalan
Ø
Dari survey
yang dilaksanakan terhadap 356 KK, diketahui jumlah lansia 129 orang.
Ø
74,4% lansia
tidak ada kegiatan yang terorganisir
Ø
22,48 lansia
mengeluh-kan sakit (hipertensi 5 orang, DM 4 orang, pusing-pusing 4 orang dan
sesak 3 orang)
|
|
Ø
Keterangan
kepala puskesmas bahwa dari 25 kader yang ada, 8 diantaranya kader aktif.
Ø
Dari hasil
survey diketahui 27,5% masyarakat tidak rutin ke posyandu setiap bulannya.
Ø
Distribusi
rutinitas penimbangan tidak normal, sebab peserta posyandu sebagian besar
berasal dari RT 01 dan 02.
Ø
Alasan tidak
rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada
teman untuk berangkat bersama dan langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.
|
|
Ø
Dari hasil
survey diketahui 226 KK menjadi akseptor KB
Ø
Dari jumlah
tersebut 39,3% mempergunakan metode suntik, 19,7% menggunakan metode PIL, dan
hanya 3,1% dengan IUD.
|
Rendahnya penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW 2.
|
Ø
jumlah remaja 251 orang
Ø
25,5%
tidak memi-liki kegiatan, 10% memiliki kebiasaan merokok, 10% me-miliki
kebiasaan begadang 0,4% re-maja memiliki ke-biasaan minum-minuman keras.
Ø
RW2
termasuk wilayah perkotaan, yang mana peredaran narkoba marak.
|
Resiko kenakalan remaja di RW II Kelurahan Wiyung |


NO
|
MASALAH
KESEHATAN
|
KRITERIA
PENAPISAN
|
JUMLAH
|
|||||||||||
Sesuai dengan peran perawat
komunitas
|
Resiko terjadi
|
Resiko parah
|
Potensi untuk pendidikan
kesehatan
|
Interes komunitas
|
Kemungkinan diatasi
|
Relevan dengan program
|
Tersedia sumber tempat
|
Tersedia sumber waktu
|
Tersedia sumber dana
|
Tersedia sumber fasilitas
|
Tersedia sumber SDM
|
|||
1.
|
Resiko terjangkit penyakit
demam berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung
|
5
|
4
|
3
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
4
|
3
|
4
|
4
|
51
|
2.
|
Resiko penurunan status kesehatan
lansia di RW II Kelurahan Wiyung
|
5
|
4
|
4
|
5
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
3
|
4
|
4
|
53
|
3.
|
Kurang efektifnya pemanfaatan
posyandu di RW II Kelurahan Wiyung
|
5
|
5
|
4
|
5
|
3
|
3
|
5
|
5
|
3
|
4
|
3
|
3
|
48
|
4.
|
Rendahnya penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW II Kelurahann Wiyung
|
5
|
3
|
2
|
5
|
3
|
3
|
5
|
5
|
3
|
3
|
3
|
3
|
43
|
![]() |
Resiko tinggi terjadinya kenakalan
remaja di RW II Kelurahan Wiyung
|
5
|
4
|
3
|
5
|
4
|
4
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
4
|
52
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN dan RENCANA STRATEGIS
Diagnosa Keperawatan Komunitas
Berdasarkan analisa data dan penapisan untuk
menentukan prioritas masalah, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas
sebagai berikut:
1)
Resiko penurunan
status kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan belum
adanya pembinaan kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
Ø Informasi Kepala Puskesmas Wiyung bahwa pembinaan
lansia di RW II Kelurahan Wiyung belum berjalan
Ø Dari survey yang dilaksanakan terhadap 356 KK,
diketahui jumlah lansia 129 orang.
Ø 74,4% lansia tidak ada kegiatan yang terorganisir
Ø 22,48 lansia mengeluhkan sakit (hipertensi 5 orang,
DM 4 orang, pusing-pusing 4 orang dan sesak 3 orang)
2)
Resiko
terjadinya kenakalan remaja di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan
kurangnya pemanfaatan waktu luang remaja di RW II Kelurahan Wiyung, ditandai
dengan:
Ø Dari hasil survey diketahui jumlah remaja 251 orang
Ø Dari jumlah tersebut 25,5% tidak memiliki
kegiatan/santai, 10% memiliki kebiasaan merokok, 10% memiliki kebiasaan
bergadang 0,4% remaja memiliki kebiasaan minum-minuman keras dan lain-lain yang
belum teridentifikasi 22,7% remaja.
Ø RW2 termasuk wilayah perkotaan, yang mana peredaran
narkoba marak.
Ø Tersedianya fasilitas dan organisasi kepemudaan yang
harus dimanfaatkan.
3)
Resiko
terjangkit penyakit demam berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung
berhubungan dengan tingginya kepadatan vector, ditandai dengan:
Ø 49,2% bak mandi atau tandon air warga terdapat
jentik
Ø 50,5% KK dengan kebiasaan menguras bak mandi
seminggu sekali, 35,2% dengan kebiasaan lebih dari seminggu
Ø 3,6% KK dengan
pencahayaan oleh matahari kurang
Ø 48,6% KK jarang membuka ventilasi rumah
Ø 48,1% KK tidak mempunyai ventilasi di setiap kamar
rumahnya
Ø Mobilisasi penduduk tinggi.
4)
Kurang
efektifnya pemanfaatan posyandu di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan
sistem pendukung yang kurang memadai, ditandai dengan:
Ø Keterangan kepala puskesmas bahwa dari 25 kader yang
ada, 8 diantaranya kader aktif.
Ø
Dari hasil
survey diketahui 20,1% masyarakat tidak rutin ke posyandu setiap bulannya.
Ø Distribusi rutinitas penimbangan tidak normasl,
sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02.
Ø Alasan tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh
dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada teman untuk berangkat bersama dan
langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.
5)
Rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
diwilayah RW II kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
Ø Dari hasil survey diketahui 226 KK menjadi akseptor
KB
Ø Dari jumlah tersebut 39,3% mempergunakan metode
suntik, 19,7% menggunakan metode PIL, dan hanya 3,1% dengan IUD
3.2 Tahap
Perencanaan
No |
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Strategi
|
Rencana
Kegiatan
|
Waktu
|
Tempat
|
Evaluasi
|
Evaluator
|
|
Kriteria |
Standart
|
|||||||||
1.
|
Resiko pe-nurunan status
kesehatan lan-sia di RW II Kelurahan Wi-yung berhu-bungan dengan belum adanya
pembinaan ke-sehatan lansia di RW II Ke-lurahan Wi-yung
|
Jangka panjang:
Meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu hidup lansia dalam menjalani masa tua yang bahagia
dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat se-suai dengan kebe-radaannya dalam strata
masyarakat.
Jangka pendek:
§
Terbentuknya
sarana pembinaan kesehat-an lansia di RW2
§
Adanya
pembinaan kesehatan lansia secara berkala.
§
Masyarakat
mampu mengidentifikasi masalah, merencana-kan, melaksanakan dan
mengevaluasi tindakan
|
Selu-ruh lansia di RW II Ke-lurah-an
Wi-yung
|
KIEMS
|
§
Fasilitasi terbentuk-nya
sarana pembina-an kesehatan lansia di RW2 (kelompok kerja lan-sia)
§
Bina kesehatan
lan-sia, antara lain:
Y Screening
ke-sehatan lansia
Y Posyandu lansia
Y Pemeriksaan dan
pengobatan lansia
Y Pemeriksaan
kesehatan berkala
§
Fasilitasi
penyusun-an rencana kegiatan pembinaan kesehat-an lansia
§
Fasilitasi
pelaksana-an kegiatan pembi-naan kesehatan lan-sia.
|
12-19 Agus-tus 2002
|
Balai RW II Kelurah-an Wi-yung,
Rumah kediam-an Ketua Pokjakes dan
Ke-tua tiap RT
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Masyarakat
mampu me-ngenal masalah kesehatan lansia
·
Dilakukannya
KIEMS pada kelompok lansia dan sistem pendukungnya.
·
Adanya sarana
pembinaan kesehatan lansia
·
Adanya
pembinaan lansia
·
Adanya
kerjasama yang baik antara mahasiswa, Pokjakes dan instansi terkait dengan
lansia, misalnya kelurahan, LKMD, Puskesmas, lem-baga keagamaan dan
kesejahteraan sosial.
·
Anggota
Pokjakes mampu memberikan pembinaan secara berkala
|
·
Mahasiswa
·
Petu-gas
Pus-kes-mas
·
LKMD
·
Pokjakes
·
Ketua RW dan
Staf
|
2.
|
Resiko ter-jadinya ke-nakalan
remaja di RW II Ke-lurahan Wi-yung ber-hubungan de-ngan kurang-nya
peman-faatan waktu luang remaja di RW II Ke-lurahan Wi-yung
|
Tujuan jangka
panjang:
Tidak terjadi ke-nakalan remaja dan
penyalahgunaan obat pada remaja di-wilayah RW2
Tujuan jangka
pendek:
§
Remaja RW 2
me-miliki kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luang
§
Remaja RW2
aktif dalam kegiatan organisasi Karang Taruna.
|
Selu-ruh rema-ja warga RW II
Kelu-rahan Wi-yung
|
KIEMS
|
§
Koordinasi
dengan pengurus Karang Taruna di masing-masing RT
§
Cari dukungan
dari tokoh masyarakat dan agama se-tempat terhadap ke-giatan karang ta-runa.
§
Fasilitasi
adanya ke-giatan kreasi remaja dan kegiatan lain dalam rangka men-cegah
kenakalan re-maja, penyalahguna-an obat dan upaya meningkatkan hu-bungan
silaturahmi antar remaja.
§
Ceramah
Narkoba, AIDS dan SE
|
·
22 Juli 2002
·
22 Juli 2002
·
02 Agus-tus
2002
·
09 Agust 2002
|
·
Rumah ketua
karangTarunaRT
·
Rumah toma
& toga tiap RT
·
Balai RW II
·
Balai RW II
Kelu-rahan Wi-yung
·
Balai RW II
Kelu-rahan Wi-yung
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Kesediaan
karang taruna tiap RT untuk bekerja-sama dengan Pokjakes dan mahasiswa
·
Perijinan dan
dukungan dari tokoh masyarakat dan agama terhadap kegiatan karang taruna dan
Pok-jakes
·
Adanya
kegiatan anti narkoba, misal propagan-da anti NAPZA
·
Dilaksanakannya
ceramah Narkoba, AIDS dan SE
|
·
Mhs &
Pokjakes
·
Mhs, Pokjakes,
ka-rang taru-na
·
Pokjakes,
ka-rang taru-na
·
Mhs, Pokjakes,
ka-rang taru-na
|
3.
|
Resiko terjang-kit penyakit demam
ber-darah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung ber-hubungan de-ngan
tingginya kepadatan vec-tor
|
Jangka
Panjang:
Tidak
terjangkit-nya/terjadinya pe-nyakit demam ber-darah di RW II Kel. Wiyung
Jangka Pendek:
-
Terbentuknya Pok-jakes
-
Menekan kepadat-an vektor di RW II Kel. Wiyung
|
Seluruh war-ga RW II Kel. Wi-yung
|
KIEMS
|
§
Penyuluhan
kesehat-an tentang penye-bab, siklus hidup nyamuk dan upaya pemutusan siklus
hidup nyamuk.
§
Canangkan
“Gerak-an Minggu Bersih” dengan melakukan PSN
§
Pantau/survey
jentik berkala.
§
Lomba
kebersihan lingkungan
|
·
24 Juli 2002
·
11 Agus-tus
2002
·
11-16 Agus-tus
2002
|
·
Rumah warga RW
II saat pengajian ibu
·
tiap RT
·
tiap RT
·
tiap RT
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Dilakukannya
penyuluhan kepada warga RW II Kelurahan Wiyung sesuai waktu yang direncanakan
·
Dilaksanakannya
Minggu Bersih oleh seluruh warga bersama dengan maha-siswa
·
Dilakukan
survey jentik oleh Pokjakes dan tim penilai dari mahasiswa
·
Terlaksana
lomba kebersihan lingkungan
|
·
Mahasiswa
·
Ketua RT,
mahasiswa
·
Pokjakes &
mhs
·
mahasiswa
|
4.
|
Kurang efek-tifnya peman-faatan
posyan-du di RW II Kelurahan Wi-yung ber-hubungan de-ngan sistem pendukung
yang kurang memadai
|
Tujuan
jangka panjang:
Termonitornya sta-tus kesehatan
balita di RW 2 dan pe-manfaatan Posyandu menjadi efektif
Tujuan
jangka pendek:
Selama praktik kli-nik keprawatan
ko-munitas, terdapat:
15)
Terbentuknya
sis-tem pencatatan dan pelaporan
kegiatan posyandu yang baik
16)
Cakupan
kegiatan posyandu menca-pai lebih dari 90 %
17)
Berfungsinya
sis-tem posyandu se-cara optimal
18)
Tersampaikannya
informasi peman-faatan Posyandu seefektif mungkin
|
Seluruh ibu-ibu yang mempu-nyai bali-ta
war-ga RW II Kelura-han Wi-yung
|
KIEMS
|
§
Koordinasi
lintas sektoral dan lintas program terkait dengan pembinaan posyandu.
§
Tata kembali
sistem yang terkait dengan posyandu.
§
Lakukan
kaderisasi kader posyandu
§
Lakukan
penyegaran kader posyandu melalui pelatihan kader
§
Sebar
informasi ten-tang posyandu me-lalui sarana per-ibadatan, kegiatan sosial
masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
§
Penyuluhan
imuni-sasi dan peman-faatan Posyandu
|
·
23 Juli 2002
·
22-23 Juli
2002
·
23 Juli 2002
·
2 & 6
Agust 2002
·
23 Agus-tus
2002
·
24 Agus-tus
2002
|
·
Puskesmas
Wi-yung
·
PKM, rumah
kader
·
Balai RW2
Wi-yung
·
Balai RW2 Wyg
·
Tiap RT
·
Balai RW II
Wi-yung
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Kesediaan
Puskesmas bekerjasama untuk pembi-naan Posyandu
·
Berubahnya
sistem di Posyandu, yaitu adanya pengefektifnya sistem 5 meja
·
Adanya kader
baru
·
Kader mendapat
materi tentang Posyandu, imunisasi dan kesehatan Balita
·
Tersebarnya
informasi melalui masjid, musholla, kelompok pengajian dan rumah ke rumah
·
Terlaksananya
penyuluhan saat Posyandu
|
·
Mahasiswa
·
Mahasiswa
·
Mhs &
kader
·
Pokjakes &
mahasiswa
·
Kdr
Kesehatan, pokja-kes & aparat RT
·
Mahasiswa
|
![]() ![]() |
Rendahnya penggunaan metode
kontra-sepsi jangka panjang di-wilayah RW II kelurahan Wi-yung
|
Tujuan jangka panjang:
Meningkatkan ca-kupan
penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD / Kontap)
Tujuan
jangka pendek:
§
Masyarakat
me-ngetahui keuntung-an penggunaan kontrasepsi jangka panjang
§
Masyarakat
dapat menerima IUD sebagai pilihan utama KB.
|
Seluruh ibu ha-mil di RW II Kelurah-an Wi-yung
|
KIEMS
|
·
Identifikasi
penye-bab rendahnya peng-gunaan metode KB jangka panjang / kontap
·
Koordinasi
lintas program dan lintas sektoral yang terkait dengan permasalah-an tersebut
·
Desiminasi dan
pe-nyuluhan metode kontap/KB jangka panjang
|
·
25-26 Juli
2002
·
29 Juli 2002
·
Agus-tus 2002
|
·
Rumah ibu
hamil tiap RT
·
Balai RW II
dan rumah Bumil
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Teridentifikasi
penyebab rendahnya penggunaan metode kontap
·
Adanya
koordinasi dan kerjasama untuk menunjang penggunaan kontap
·
Terlaksana
penyuluhan dan desiminasi secara individual pada bumil
|
·
Mhs, Pokjakes
dan kader
·
Mahasiswa
·
Mahasiswa
|


Setelah
dilakukan pengkajian, perumusan masalah dan prioritas masalah, serta pada tahap
perencanaan oleh mahasiswa, Pokjakes dan warga RW II Wiyung, maka mulailah
dilaksanakan seluruh kegiatan yang direncanakan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan rencana tindakan, yaitu
pendekatan komunitas, pendekatan keluarga binaan, pendekatan kelompok khusus
dan pendekatan kepada instansi terkait.
Berikut
ini tabel pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas:
Tabel
3.1 Tabel Pelaksanaan Rencana Tindakan dan Evaluasi Formatif
DP
|
TGL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI FORMATIF
|
Resiko penurunan status
kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan belum adanya
pembinaan kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung
|
§ 13
Agustus 2002
§ 1-19/8/
02
§ 16/8/02
§ 19/8/02
§ 19/8/02
§ 19/8/02
|
§ Memfasilitasi
terbentuk-nya sarana pembinaan kesehatan lansia di RW2 (kelompok kerja
lansia)
§ Melakukan
pembinaan kesehatan lansia, antara lain:
Y Pendataan status
de-mografi lansia
Y Screening kesehatan
lansia
Y Posyandu lansia
Y Pemeriksaan dan
peng-obatan lansia
§ Memfasilitasi
penyusunan rencana kegiatan pembina-an kesehatan lansia dengan menyusunkan
pro-posal dan perencanaan pembinaan lansia untuk Pokjakes dan Pokja Lansia
§ Memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan pembinaan ke-sehatan lansia.
|
§ Terbentuknya
pokja lansia tiap RT dibawah tanggungjawab Pokja-kes dan ketua RT
§ Terdata
status demo-grafi lansia sejumlah 129 lansia
§ Terscreening
kesehatan 85 lansia
§ Terlaksana Posyandu pemeriksaan dan pengobatan lansia pukul
15.00-18.00 WIB
§ Tersusun
proposal kegiatan pembinaan lansia pada 13/8/02
§ Terlaksananya
koor-dinasi intensif dengan Pokjakes
|
Resiko ter-jadinya ke-nakalan
re-maja di RW II Kelurahan Wiyung ber-hubungan dengan ku-rangnya pe-manfaatan
waktu luang remaja di RW II Ke-lurahan Wi-yung
|
· 22
Juli 2002
· 22
Juli 2002
· 02 Agustus 2002
· 09
Agust 2002
|
§ Koordinasi
dengan pengurus Karang Taruna di masing-masing RT
§ Mencari
dukungan dari tokoh masyarakat dan agama setempat terhadap kegiatan karang
taruna.
§ Memfasilitasi
adanya ke-giatan kreasi remaja dan kegiatan lain dalam rang-ka mencegah
kenakalan remaja, penyalahgunaan obat dan upaya mening-katkan hubungan
silatu-rahmi antar remaja.
§ Ceramah
Narkoba, AIDS dan SE
|
§ Terkoordinasi
dengan karang taruna tiap RT
§ Ada
dukungan dari toma & agama dengan menyediakan kesem-patan dan fasilitas
§ Terbuatnya
spanduk anti narkoba
§ Terencananya
ceramah Narkoba, AIDS dan SE
§ Adanya
fasilitas untuk bekerjasama dengan LSM Sebaya Surabaya
§ Terlaksana
pada 09/8/02 dengan peserta ±
30-40 orang pukul 20.00-22.00 WIB di Balai RW II Wiyung
|
Resiko
ter-jangkit pe-nyakit de-mam ber-darah (DHF) diwilayah RW II Ke-lurahan
Wi-yung ber-hubungan dengan tingginya kepadatan vector
|
· 24
Juli 2002
· 11
Agustus 2002
· 11-16
Agus-tus 2002
· 11-16/8/02
|
§ Penyuluhan
kesehatan tentang penyebab, siklus hidup nyamuk dan upaya pemutusan siklus
hidup nyamuk.
§ Pencanangan
“Gerakan Minggu Bersih” dengan melakukan PSN
§ Pemantauan/survey
jentik berkala.
§ Lomba
kebersihan lingkungan
|
§ Terlaksana
pada 24/7/02 pukul 09.00-12.00 WB di Balai RW II saat Posyandu Balita dg
peserta 33 orang, materi imunisasi dan Posyandu oleh Sudaryani dan Endang
Purwaningsih.
§ Terlaksana
Minggu bersih tgl 11/8/02 pukul 06.00-10.00 WIB tiap RT dan kebersihan
terjaga.
§ Terpantau
jentik di beberapa rumah yang diambil secara random oleh mahasiswa. Se-telah
penilaian, jumlah berkurang menjadi 10% dari rumah yang bak airnya terdapat
jentik
§ Ternilai
pada 19 Agustus 2002
|
Kurang
efek-tifnya peman-faatan posyan-du di RW II Kelurahan Wi-yung ber-hubungan
de-ngan sistem pendukung yang kurang memadai
|
· 23
Juli 2002
· 22-23
Juli 2002
· 23
Juli 2002
· 2
& 6 Agust 2002
· 23
Agus-tus 2002
· 24
Agustus 2002
|
§ Koordinasi
lintas sektoral dan lintas program terkait dengan pembinaan posyandu.
§ Menyarankan
penataan kembali sistem yang terkait dengan posyandu dengan mengefektifkan 5
meja di Posyandu..
§ Kaderisasi
kader posyandu
§ Penyegaran
kader pos-yandu melalui pelatihan kader
§ Penyebaran
informasi tentang posyandu melalui sarana peribadatan, ke-giatan sosial
masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
§ Penyuluhan
imunisasi dan pemanfaatan Posyandu
|
§ Terlaksana
kerjasama dengan Puskesmas Wiyung
§ Tersampaikannya
sarana pengefektifan 5 meja di Posyandu kepada Puskesmas
§ Dilakukan
urun rem-bug kepada kader ke-sehatan untuk mencari kader baru.
§ Pelatihan
kader ter-laksanan bersamaan dengan pelatihan ang-gota Pokjakes
§ Tersebarnya
informasi oleh mahasiswa me-lalui kader dan RT untuk diinformasikan di masjid
dan musholla
§ Terlaksana
penyuluhan tanggal 24/8/02 saat Posyandu Balita pukul 09.00-12.00 WIB di
Balai RW II Wiyung dengan peserta 33 orang/ibu dari balita.
|
Rendahnya penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang di-wilayah RW II kelurahan Wiyung
|
·
25-26 Juli
2002
·
29 Juli 2002
§
Agustus
2002
|
·
Identifikasi
penyebab rendahnya penggunaan metode KB jangka panjang / kontap
·
Koordinasi
lintas program dan lintas sektoral yang terkait dengan permasalahan tersebut
·
Desiminasi dan
penyuluhan metode kontap/KB jangka panjang
|
·
Teridentifikasi
penyebab, yaitu tidk tahu manfaat KB kontap dan kebiasaan mengikuti metode KB
yang digunakan oleh sesama wanita usia subur (ikut-ikutan), serta sudah
merasa cocok dengan metode yang saat ini digunakan.
·
Tidak
terevaluasi
·
Terlaksana
secara individual, sehingga evaluasi tidak terlaksana secara optimal.
|
3.4 Tahap
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan
dalam 2 tahap, yaitu:
1)
Formative Evaluation (Evaluasi Formatif/Proses)
Evaluasi ini dilakukan
pada saat dilaksanakannya suatu kegiatan sampai selesai. Evaluasi ini dapat
dilihat pada tabel 3.1.
2)
Sumative Evaluation (Evaluasi Sumatif/Akhir)
Tahap ini dilaksanakan
bersama-sama dengan masyarakat yaitu pada tanggal 25 Agustus 002 pukul
20.00-22.00 WIB di Balai RW II Kelurahan Wiyung pada saat terminasi praktik
klinik keperawatan komunitas, yaitu:
a. Terbentuknya Kelompok Kerja Kesehatan “SENTOSA”
dengan pengurus, struktur dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Terbinanya kesehatan lansia dengan kegiatan lanjutan
dari proposal yang telah disusun.
c. Adanya prioritas masalah yang telah diselesaikan dan
diteruskan oleh Pokjakes.
d. Partisipasi aktif dan interes masyarakat terhadap
kesehatan 90%.
e. Untuk diagnosa keperawatan nomor 4 dan 5 akan
diteruskan oleh Pokjakes.
f. Pelaksanaan kegiatan dapat berjalan 90%.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Aziz Halimul.
(2004). Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika Jakarta
Perry and
Potter.(2005) Fundamental Keperawatan Edisi IV. EGC : Jakarta
http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2010/02/konsep-model-keperawatan-betty-newman.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar