ASUHAN
KEPERAWATAN IBU HAMIL
GI
PAPIAH UK 16 MINGGU
GI
P00000
GII
P10001
DENGAN
TB PARU
Disusun Oleh :
1. Fitrya
Apriliani
2. Ika
Reza susanti
3. M.
Khotib
4. Linda
trijayanti
5. Ryana
Dinastiwi
6. Yendra
Satria
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2011
Laporan
Pendahuluan
TB paru
1. Definisi
Tuberkolosis paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang paru paru yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkolosis.
2. Etiologi
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um
dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/ lipid sehingga kuman
tahan tarhadap asam dan lebih tahan tarhadap kimia, fisik. Sifat lain dari
kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigen, dalam hal ini
lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan oksigennya. Yaitu daerah apikal
paru, daerah yang menjadi prediksi pada penyakit TB.
3. Tanda
gejala
Keluhan dapat bermacam macam atau malah tanpa
keluhan, yang terbanyak adalah:
1)
Demam:
subfebris, febris (40-41 derajat C) hilang timbul.
2)
Batuk: terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang dan mengeluarkan
produksi radang, dimulai ari batuk kering sampai batuk purulenta (menghasilkan
sputum).
3)
Sesak nafas:
bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang smpai setengah paru.
4)
Nyeri dada:
ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
5)
Malaise:
ditemukan berupa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakit kepala, nyeri
otot, keringat diwaktu malam hari.
4. Patofisilogi
Penyakit ini dikendalikan oleh
respon imunitas perantara sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T)
adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan makrofag yang
diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil Tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan
basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah
lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan.
Leukosit polimorfonuklear nampak
pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak membunuh basil. Hari-hari
berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus, dan basil terus dipagosit
atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah
bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran
yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang mengalami
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas
akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas
membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi
tuberkel.
5. Pemeriksaan
diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
:
·
Pada tahap dini sulit diketahui.
·
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
·
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas
yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
·
Atropi dan retraksi interkostal pada
keadaan lanjut dan fibrosis.
·
Bila mengenai Pleura terjadi efusi
pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi
:
·
Pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
·
Pada kavitas bayangan berupa cincin.
·
Pada Kalsifikasi tampak bayangan
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
c. Bronchografi
: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan
paru karena TB.
d. Laboratorium
:
·
Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
·
Sputum : pada kultur ditemukan BTA
·
Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi
lebih dari 10-15 mm)
6. Penatalaksanaan
·
Penyuluhan
·
Pencegahan
·
Pemberian obat-obatan :
OAT (obat anti tuberkulosa) :
Bronchodilatator
Expektoran
OBH
Vitamin
·
Fisioterapi dan rehabilitasi
·
Konsultasi secara teratur
Obat yang diberikan:
1. Nama obat : INH
Dosis : 1 x 400 mg
Farmakokinetik:
·
Diabsorbsi : dari saluran pencernaan,
makanan mengurangi kecepatan dan tingkat absorbsi
·
Puncak
: 1 - 2 jam
·
Distribusi :
Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati plasenta
·
Metabolisme : Tidak diaktifkan oleh acetylation di
dalam hati
·
Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan
dalam urin dalam 24 jam, diekskresikan
dalam air susu
Efek samping : biasanya
dihubungkan dengan dosis
CNS : parestesias, perifeal neuropaty, nyeri
kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia, somnolen, insomnia,
amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah laku, depresi, kerusakan
memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, mimpi yang berlebihan
, menstruasi
Mata : Penglihatan kabur, terganggunya
penglihatan, optik neuritis, atropi
GI : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut
kering, konstipasi
Hematologi :
Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia,
methemoglobinemia
Hepatotoksisitas: panas
dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria)
limpadenitis, vaskulitis
Metabolik endokrin :
Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi
pridoksin (vitamin B6), pellagra,
gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia,
hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
Lain-lain : dyspnea,
retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus erythromatosus
syndrome, iritasi di tempat bekas
injeksi.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
·
Obat oral INH lebih baik diberikan
sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI, obat
boleh diberikan bersama makanan
·
Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal
dan disimpan dalam temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan
ditempat yang hangat atau dalam temperatur ruangan.
·
Nyeri
lokal sementara setelah injeksi
IM, massage daerah injeksi dengan cara memutar daerah injeksi
·
Obat disimpan harus ditutup rapat,
temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan
secara sebaliknya
Pengkajian /efek obat :
·
Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum
pemberian therapy untuk mendeteksi
kemungkinan bakteri yang resisten
·
Efek therapetik biasanya menjadi jelas
dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian therapi. Lebih dari 90% pasien yang
diberikan therapi mempunyai sputum
yang berkurang setelah 6 bulan
·
Pemeriksaan mata
·
Monitor Tekanan darah selama pemberian
obat
·
Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval
bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda
dan gejala hepatotoksisitas
·
Therapi INH yang kontinyu setelah onset
dari disfungsi hepatik meningkatkan resiko kerusakan hati yang lebih berat
·
Isoniazid hepatitis (kadang-kadang fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan
pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal ini
lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau
terutama yang meminum alkohol setiap hari
·
Cek berat badan 2 kali seminggu, di
bawah kondisi standart
·
Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk
hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria yang nyata dan tes benedik
positif; yang palsu segera dilaporkan
·
Neuritis peripheral lebih banyak
menimbulkan afek toksik seringkali
didahului oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan
meliputi (termasuk) alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik,
inaktivator lambat, wanita hamil dan kekuatan.
Pendidikan kesehatan
kepada keluarga dan pasien
·
Memeperingatkan pasien
terhadap makanan yang mengandung tyramine (keju, ikan) yang menjadi
penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah.
·
Instruksi pasien untuk
melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari perkembangan
hepatotoksik
·
Memperingatkan pasien terhadap makanan
yang mengandung histamin (ikan tuna) yang bisa menjadi penyebab dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri
kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)
·
Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan
TBC yang aktif, bila digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.
2. Nama obat :
Ethambutol hydrochloride
Dosis:
Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari
atau 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr
Anak:
: 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari
Farmakokinetik:
·
Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di
saluran pencernaan
·
Puncak 2 - 4 jam
·
Distribusi: diodistribusi ke seluruh
jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam eritrosit, ginjal, paru-paru,
saliva, melalui plasenta, didistribusi kedalam air susu.
·
Metabolisme: dimetabolisme dalam hati
Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50%
diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22 %
dikeluarkan dalam feses
Efek samping :
·
CNS : Nyeri kepala , pening/pusing,
kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis peripheral, nyeri tulang sendi,
kelemahan pada ekstremitas bagian bawah
·
Mata : Toksisitas bola mata : neuritis
retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior optik dengan penurunan dalam
ketajaman penglihatan, menyempitnya luas lapang pandang, kebutaan pada warna
merah-hijau, skotoma pada bagian pusat dan periferal, mata nyeri, fotophobia,
perdarahan dan edema retina.
·
Saluran pencernaan : anoreksia, mual,
muntah, nyeri abdomen
·
Hypersensitifitas : pruritis , dermatitis, anafilaktis
·
Hyperuresemia, demam , malaise,
leukopenia (jarang), sputum yang mengandung darah, gangguan sementara dalam
fungsi liver (kemungkinan hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis
akut, abnormalitas EKG, pengeluaran keringat
Implikasi Perawatan
·
Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan
terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam perut.
·
Lindungi ethambutol dari cahaya,
kelembaman dan panas. Letakan dalam kemasan yang tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C
kecuali kalau diberikan langsung .
Pengkajian dan
efek obat
·
Kultur dan tes kerentanan seharusnya
seharusnya ditentukan sebelum dimulainya tindakan/dan pengulangan secara
periodik pada terapi secara keseluruhan .
·
Toksisitas okuli secara umum kelihatan
dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak
selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah obat tidak dilanjutkan
·
Uji opthalmoskopik meliputi tes luas
lapang pandang , tes untuk ketajaman penglihatan menggunakan kertas mata, dan
tes untuk penggolongan diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu
untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan selama therapi. Mata seharusnya
dites secara terpisah sama baiknya secara bersama-sama
·
Monitor rasio input dan output pada
pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan adanya oliguria atau perubahan yang penting pada ratio atau dalam
laporan laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan
toksisitas dapat dihasilkan dari ekresi
obat-obat yang lambat
·
Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung
sel darah dan determinan serum asam urat seharusnya ditentukan dalam interval
yang teratur pada terapi secara menyeluruh.
a. Pendidikan pasien dan keluarga
·
Secara umum, therapi dapat berlanjut
selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun teraturnya pengobatan yang lebih pendek
bisa digunakan dengan baik
·
Jika pasien hamil, selama pengobatan
sarankan untuk melaporkan pada dokter dengan segera . Obat seharusnya
tersendiri.
·
Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian
mengaburnya pandangan , perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang
pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara
periodik ditanyakan tentang matanya
·
Jika dideteksi secara dini, defek visual
secara umum tidak kelihatan lebih dari beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Pada beberapa instansi (jarang), pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau
lebih atau defek mungkin irreversibel.
3. Nama obat :
Rifampisin
·
Dosis :
1 x 450 mg
Farmakokinetik:
·
Absorbsi: Dengan
mudah diabsorbsi di saluran pencernaan
·
Puncak: 2 - 4 jam
·
Distribusi : didistribusikan kemana-mana
meliputi CSF, melalui plasenta, didistribusikan ke dalam air susu
·
Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver
untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus enterohepatik
Eliminasi
: Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses
Efek samping :
·
CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala,
ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan berkonsentrasi, mati rasa secara
umum, nyeri pada ekstremitas, kelemahan
otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi
rendah, secara sementara.
·
GI : heart burn, distress epigastrium,
mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare, kolitis pseudomembran
Hematologi :
Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia
hemolitik
Hypersensitivitas :
panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah,
eosinophilia, hemolisis
Ginjal :
hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure
Lain-lain: hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom
“flulike”, gangguan menstruasi, sindroma hepatorenal (dengan terapi
intermitten). Peningkatan sementara pada tes fungsi hati (bilirubin, BSP,
alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis
Overdosis: Gejala GI,
meningkatnya lethargi, pembesaran liver
dan pengerasan, jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces
Implikasi Perawatan
·
Kapsul bisa dibuka diisi dan
diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan makanan
·
Suspensi oral dapat disiapkan dari
kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri
·
Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
makan. Puncak dari tingkat serum
diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan
·
Pengawetan seharusnya dijaga dalam
kapsul yang dikemas dalam botol , dapat menjadi tidak stabil dalam keadaan
lembab
Pengkajian dan efek
obat
·
Tes serologi dan kerentanan seharusnya
ditentukan paling utama selama dan dalam
keadaan / waktu kultur positif
·
Disarankan tes fungsi hepatik secara
periodik . Pasien dengan penyakit hepar harus dimonitor secara tertutup
(closely)
·
Jika pasien juga mendapat anti koagulan , waktu
protrombin seharusnya ditentukan secara harian atau seringkali untuk membuat
dan menjaga aktifitas antikoagulan
Pendidikan kepada
pasien dan keluarga
·
Informasikan kepada pasien bahwa obat
bisa memberi warna pada urin merah -oranye, feces, sputum, keringat dan air
mata. Terutama yang menggunakan kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang
permanen
·
Pasien dengan kontrasepsi oral,
seharusnya mempertimbangkan alternatif metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang
sama menggunakan Rimfapisin dan kontrasepsi
oral menurunkan keefektifan dari
kontrasepsi dan untuk gangguan
menstruasi (spotting, perdarahan)
·
Perhatikan pasien agar menjaga obat dari
jangkauan anak-anak
4. Nama obat : Pyrazinamide
Dosis : 2 x 500 mg
Farmakokinetik :
·
Absorbsi
: Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan
·
Puncak : 2 jam
·
Distribusi : Melewati barier darah otak
·
Metabolisme : di metabolisme di hati
·
Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam,
diekresikan secara perlahan-lahan di dalam urin
Efek samping :
Astralgia, aktif gout,
kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash
(jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik
ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal,
penurunan plasma protrombin.
Implikasi perawatan
·
Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika
ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik, yellow skin) atau
hyperursemia dan akut gout
·
Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu
15 - 13 C)
Efek obat
·
Pasien harus diobservasi dan mendapat
petunjuk dari supervisi medis
·
Pasien harus diperiksa secara teratur ,
dan kemungkinan adanya tanda toksik: pembesaran hepar, jaundice, kerusakan
integritas vaskuler (echymosis, ptekie, perdarahan abnormal)
·
Reaksi hepar lebih sering terjadi pada
pasien yang diberikan dosis tinggi
·
Tes fungsi liver (AST, ALT, serum
bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi
Pendidikan kesehatan
kepada pasien dalam keluarga
·
Laporkan adanya kesulitan dalam
pengosongan
·
Pasien
seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika
memungkinkan
·
Pasien dengan diabetes melitus
seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran terhadap kemungkinan
kehilangan kontrol glikemia
5. Nama obat : Aldactone
Dosis : 2 x 100 mg
Farmakokinetik :
·
Absorbsi : 73% disaluran pencernaan,
onset : perlahan-lahan.
·
Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2
minggu.
·
Durasi : 2-3 hari atau lebih.
·
Distribusi : melalui placenta,
didistribusikan melalui air susu.
·
Metabolisme : di hati dan di ginjal.
·
Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound,
18 - 32 jam dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di dalam empedu.
Efek samping :
·
Letargi, Fatique(penurunan BB yang
cepat), nyeri kepala dan ataksia.
·
Endokrin : genekomastik, ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi , efek endogenik (ketidakteraturan
mens, hersutisme, suara dalam) , berubahnya para tyroid, menurunnya
glukosetoleransi .
·
GI : Kram abdominal, nausea, muntah,
anoreksia, diare.
·
Kulit : Makulopapular, erythematosus
rash, urtikaria.
·
Lain-lain: Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan BUN, asidosis, agranulasitosis,
SLE, hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
·
Berikan dengan makanan untuk
mempertinggi absorbsi makanan.
·
Haluskan tablet sebelum diberikan dengan
cairan yang dipilih oleh pasien.
·
Obat disimpan dalam tempat tertutup,
dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk suspensi lebih tahan dalam waktu I
bulan dibawah refrigeration.
Pengkajian dan efek otot :
·
Cek tekanan darah sebelum diberikan
terapi.
·
Serum elektrolit harus dimonitor,
terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada tanda-tanda ketidak
seimbangan elektrolit.
·
Monitor intake dan output setiap hari
dan cek adanya edema, laporkan kekurangan respon diuretik atau perkembangan
odem.
·
Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan
penyakit hati.
·
Reaksi yang merugikan, terjadi
reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat. Ginekomastik yang
dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi. Ini semua dilakukan walaupun obat
telah dihentikan.
Pendidikan pasien dan keluarga :
·
Informasikan pada pasien dan
keluarga efek obat deuretik yang
maksimal mungkin tidak terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik
kontinue untuk 2-3 hari setelah obat dihentikan.
·
Intruksikan pasien untuk melaporkan
tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada pasien dengan serosis
berat.
·
Umumnya pasien harus menghindarkan
intake yang belebihan dari makanan yang tinggi potasium dan garam.
Teori
Asukan Keperawatan
PENGKAJIAN
a. Pola aktifitas dan
istirahat :
Fatique,
Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada
malam hari, takikardia, takipnea, dispnea.
b. Pola Nutrisi :
Anorexia,
Mual, tidak enak diperut, BB menurun
c. Respirasi :
Batuk
produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada, nafas pendek, riwayat
TB, RR meningkat, ronki, sputum purulen kehijauan, perkusi dullness.
d. Riwayat Keluarga :
Biasanya
keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama)
e. Riwayat lingkungan :
Lingkungan
kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang,
jumlah anggauta keluarga yang banyak.
f. Aspek Psikososial :
·
Merasa dikucilkan
·
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri.
·
Biasanya pada keluarga yang kurang
mampu.
·
Masalah berhubungan dengan kondisi
ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang bayak.
·
Masalah tentang masa depan/pekerjaan
pasien.
·
Tidak bersemangat, putus harapan.
·
Cemas.
g. Riwayat Penyakit
sebelumnya :
·
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak
sembuh sembuh.
·
Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.
·
Pernah berobat tetapi tidak teratur
(drop out).
h. Nyaman/ nyeri
·
Neri dada saat batuk
·
Memegang area yang sakit
·
Perilaku distraksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Bersihan jalan napas tak
efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
2.
Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
3.
Perubahan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk,
dyspnea atau anoreksia
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Bersihan jalan napas tak
efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas
efektif.
Kriteria hasil :
- Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
- Mendemontrasikan batuk efektif.
- Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana Tindakan :
1.
Jelaskan klien tentang
kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal.
pernapasan.
R/ Pengetahuan yang
diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
2.
Ajarkan klien tentang metode
yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak
terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3.
Napas dalam dan perlahan
saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4.
Lakukan pernapasan
diafragma.
R/ Pernapasan diafragma
menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
5.
Tahan napas selama 3 -
5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
Lakukan napas ke dua ,
tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume
udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
6.
Auskultasi paru sebelum dan
sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi
keefektifan upaya batuk klien.
7.
Ajarkan klien tindakan untuk
menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat;
meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit
untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada
atelektasis.
8.
Dorong atau berikan
perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang
baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
9. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain :
Dengan dokter,
radiologi dan fisioterapi.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk
memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas
pengembangan parunya.
Diagnosa 2
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
- Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
- Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
- Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Rencana tindakan :
1.
Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala
tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
R/ Meningkatkan
inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang
tidak sakit.
2.
Observasi fungsi pernapasan,
catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan
dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi
dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3.
Jelaskan pada klien bahwa
tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang
diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik.
4.
Jelaskan pada klien tentang
etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang
diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5.
Pertahankan perilaku tenang,
bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan
dalam.
R/ Membantu klien
mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
ketakutan/ansietas.
6.
Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi
dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi
perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Diagnosa 3
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau
anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
·
Menyebutkan makanan mana
yang tinggi protein dan kalori
·
Menu makanan yang disajikan
habis
·
Peningkatan berat badan
tanpa peningkatan edema
Rencana tindakan
1.
Diskusikan penyebab
anoreksia, dispnea dan mual.
R/ Dengan membantu klien
memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki
kepatuhan teraupetik.
2.
Ajarkan dan bantu klien
untuk istirahat sebelum makan.
R/ Keletihan berlanjut
menurunkan keinginan untuk makan.
3.
Tawarkan makan sedikit tapi
sering (enam kali sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan tekanan
intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.
4.
Pembatasan cairan pada
makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan
napsu makan dan masukan.
5.
Atur makanan dengan
protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk
memakannya.
R/ Ini meningkatkan
kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.
6.
Jelaskan kebutuhan
peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut
a.
Vitamin B12 (telur, daging
ayam, kerang).
b.
Asam folat (sayur berdaun
hijau, kacang-kacangan, daging).
c.
Thiamine (kacang-kacang,
buncis, oranges).
d.
Zat besi (jeroan, buah yang
dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).
R/ Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi
penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jarinagn hepar.
7.
Konsul dengan dokter/shli
gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.
R/ Kemungkinan
diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per
sonde.
Daftar Pustaka
Amin, M., (1999). Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga Univerciti Press
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC
(2000). Diagnosa Keperawatan.
Ed. 8. Jakarta : EGC
Doengoes, (1999). Perencanaan
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran.
Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
ASUHAN
KEPERAWATAN IBU HAMIL
GI
PAPIAH UK 16 MINGGU
GI
P00000
GII
P10001
DENGAN
TB PARU
Disusun Oleh :
1.
Fitrya Apriliani
2.
Ika Reza susanti
3.
M. Khotib
4.
Linda trijayanti
5.
Ryana Dinastiwi
6.
Yendra Satria
PROGRAM STUDI D3
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2011
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S GI PAPIAH dg UK 16 minggu
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S GI PAPIAH dg UK 16 minggu
GI P00000
GII P10001
Dengan
penyakit TB paru
Pengkajian tgl : 15 Mei 2011 jam : 10.00 wib
MRS tgl :13
Mei 2011 no
RM : 123 xxx
Diagnosa
masuk :
A. BIODATA
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S nama
suami : Tn. S
Usia : 30 tahun usia
: 32 tahun
Jenis kelamin :
perempuan suku
: jawa/ Indonesia
Suku : jawa/ Indonesia agama : islam
Agama : islam pendidikan
: SMA
Pendidikan : SMA alamat
: ds. Adem ayem
Alamat : ds. Adem ayem
B. RIWAYAT
PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan
utama: ibu mengatakan batuk terus hingga sesak nafas, keringat malam, nafsu
makan menurun, dan susah tidur sejak 3 hari yang lalu. Kondisi saat ini ibu
sedang hamil 16 minggu.
2. Riwayat
penyakit sekarang:
Ibu mengatakan
bahwa batuk
terus menerus hingga sesak nafas dan merasakan nyeri panas pada bagian dada secara merata,nyerinya seperti ada beban. Ibu juga menambahkan
bahwa sebelumya
pernah memeriksakan diri dan dinyatakan menderita TBC ketika masih SMA,tetapi
saat ini hanya setiap bulan periksa
kehamilan ke bidan desa.
C. RIWAYAT
PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat
penyakit kronik dan menular : Ibu mengatakan pernah menderita TBC ketika masih
SMA dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti hipertensi dan
diabetes.
2. Riwayat
penyakit alergi : Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit alergi.
3. Riwayat
operasi : Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi sebelumnya.
D. RIWAYAT
PENYAKIT KELUARGA
Ibu mengatakan di dalam
keluarganya ada yang pernah menderita penyakit TBC, dan tidak pernah menderita
penyakit menurun seperti hipertensi dan diabetes
E. RIWAYAT
MENSTRUASI
Menarche usia : 15
tahun Siklus
: 35 hari
Banyaknya : 3 pembalut/
hari Lamanya
: 6 hari
Keluhan
: tidak ada
HPHT
= 1−6−2011
TP =
+7−3+1
PREDIKSI
KELAHIRAN = 8-3-2012
F. RIWAYAT
OBSTETRI
Anak ke
|
kehamilan
|
Persalinan
|
komplikasi nifas
|
anak ke
|
||||||||
no
|
thn
|
umur
|
penyulit
|
jenis
|
penolong
|
penyulit
|
laserasi
|
infeksi
|
perdarahan
|
jenis
|
BB
|
PB
|
kehamilan
|
||||||||||||
1
|
|
16 mg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
G. GENOGRAM
H. RENCANA
PERAWATAN BAYI
Melaksanakan KB : ibu
mengatakan belum pernah mengukuti KB sebelumnya.
Jenis/ lamanya :
Pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi :
(asi eksklusif,
memandikan, merawat tali pusat)
I. OBSERVASI
DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda
tanda vital
S : 36, 7 derajat C N : 90x/ menit
RR : 30 x/menit TD : 120/80 mmhg
Masalah
keperawatan:
2. Sistem
pernafasan (B1)
a.
Hidung :
simetris, pada luang hidung tidak tampak adanya sekret, bernafas menggunakan
cuping hidung.
b.
Bentuk dada : inspeksi, terdapat tarikan intercoste
c.
Keluhan :
sesak nafas dan sakit jika batuk.
d.
Irama nafas : cepat.
e.
Suara nafas : ronki basah
f.
Lain lain -
Masalah
keperawatan: bersihan jalan nafas tidak efektif
3.
Sistem kardiovaskuler (B2)
a.
Keluhan nyeri dada : tidak terdapat nyeri dada.
b.
Irama jantung : irama jantung teratur.
c.
CRT :
< 3 detik
d.
Konjungtiva : konjungtiva tampak pucat
e.
JVP :
tidak terdapat bendungan vena jugularis
f.
Lain lain -
Masalah
keperawatn: -
4.
Sistem pernafasan (B3)
a.
Kesadaran : composmentis
b.
Keluhan pusing : tidak terdapat keluhan pusing.
c.
Pupil :
isokor.
d.
Nyeri :
terasa nyeri jika mengalami sesak nafas
e.
Lain lain -
Masalah
keperawatan: gangguan rasa nyaman nyeri
5.
Sistem perkemihan (B4)
a.
Keluhan :
tidak ada keluhan.
b.
Alat bantu : tidak terpasang kateter.
c.
Kandung kencing: tidak terdapat nyeri
tekan pada kandung kemih.
d.
Produksi urin : 500 cc
e.
Intake cairan : 8 gelas/ hari, infus RL 20 tpm
f.
Lain lain : -
Masalah
keperawatan: -
6. Sistem
pencernaan (B5)
a. Tb/
Bb : 152 cm/ sebelum hamil 53 kg setelah hamil 54 kg.
b. Mukosa
mulut : mulut tidak nampak kering dan tidak pecah pecah, lidah tampak bersih
dan tidak terdapat caries gigi.
c. Tenggorokan
: tidak ada nyeri telan.
d. Abdomen
: perut tampak membesar, tampak adanya strie gravidarum, tidak tampak luka
bekas operasi.
Pembesaran hepar : tidak terdapat
pembesaran hepar.
Pembesaran lien : tidak terdapat
pembesaran lien.
Ascites : tidak terjadi ascites.
Mual : terdapat mual.
Muntah : terjadi muntah.
Terpasang NGT : tidak terpasang NGT.
Bising usus : 11x/menit.
e. BAB
: 3 hari sekali (lunak)
f. Diet
: tinggi kalsium dan zat besi
Frekwesi : 3x sehari porsi kecil (3-5
sendok makan)
Masalah
keperawatan: gangguan nutrisi.
7. Sistem
muskuloskeletal dan integumen (B6)
a. Pergerakan
sendi : kemampuan pergerakan sendi bebas
b. Kelainan
ekstermitas : ekstermitas kanan dan kiri tidak ada kelainan
c. Kelainan
tulang belakang : tulang belakang tidak ada kelainan
d. Fraktur
: tidak terjadi fraktur
e. Traksi/
spalk/ gips : tidak terpasang traksi, spalk, gips
f. Kompartemen
sindrom : tidak terjadi kompartemen sindrom
g. Kulit
: kulit sawo matang
h. Akral
: dingin basah
i.
Turgor : baik
j.
Luka : tidak terdapat luka pada
ekstermitas kanan dan kiri
k. Lain
lain -
Masalah
keperawatan: -
8. Sistem
endokrin
a. Pembesara
kelenjar tyroid : tidak terdapar pembesaran tyroid
b. Hiperglikemia
: tidak terkaji
c. Hipoglikemia
: tidak terkaji
d. Lain
lain -
Masalah
keperawatan: -
9. Personal
higiene
a. Mandi
: 3x sehari
b. Keramas
: 2 hari sekali, selama MRS belum keramas
c. Ganti
pakaian : sehari 2 x ganti pakaian
d. Sikat
gigi : 3 sehari
e. Memotong
kuku : seminggu sekali, selama MRS belum memotong kuku.
Masalah
keperawatan: -
10. Pemeriksaan
obstetri
1. Pemeriksaan
head to toe
2. Pemeriksaan
leopod:
Leopod 1 : TFU 1 jari di atas umbilikus.
Leopod II : tidak dilakukan
Leopod III : tidak dilakukan
Leopod IV : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan
panggul luar:
Distantia spinarum: 26 cm
Distantia cristarum: 28 cm
4. Pemeriksaan
dalam: tidak dilakukan (pembukaan, penipisan, presentasi, penurunan, ketuban)
5. Tafsiran
berat janin: < 2,5 kg
11. Data
persalinan
A. Kala
I (kala pembukaan)
Masuk kamar bersalin :
tidak ada
HIS : tidak ada
Pengeluaran
(pervaginam) : tidak ada
Faseleten : tidak ada
Fase aktif : tidak ada
Pembukaan aktif : tidak ada
Pembukaan lengkap : tidak ada
Ketuban : tidak ada
DJJ : tidak ada
B. Kala
II (kala pengeluaran)
Ibu dipimpin mengejan,
ibu melahirkan : tidak ada
Perbarahan : tidak ada
Obat yang diberikan : tidak ada
Tinggi fundus uteri : tidak ada
Kontraksi uterus : tidak ada
C. Kala
II (kala pengeluaran uri)
Plasenta lahir, cara
lahir, perdarahan : tidak ada
Tinggi fundus uteri : tidak ada
Kontraksi uterus : tidak ada
Keadaan plasenta : tidak ada
Obat yang diberikan : tidak ada
D. Kala
IV (kala 2 jam post partum)
Kontraksi uterus, TFU,
perdarahan :tidak ada
Keadaan perineum, TTV :tidak ada
12. Keadaan
bayi
Lahir, jenis kelamin,
BB/ TB, apgarscor :tidak ada
Lingkar kepala :tidak ada
13. Nifas
Keadaan umum ibu
TD : nadi
:
RR : suhu
:
Kontraksi rahim :
TFU :
Lochea :
Laktasi :
Eliminasi (BAB/ BAK) :
Nutrisi :
J. PENGKAJIAN
PSIKOSOSIAL
1. Persepsi
klien terhadap penyakitnya : klien tampak cemas dan takut akan dampak
penyakintnya terhadap janin.
Masalah
keperawatan: kecemasan
2. Ekspresi
klien terhadap penyakitnya : takut
3. Reaksi
saat interaksi : kooperatit
4. Gangguan
konsep diri :
5. Lain
lain
Masalah
keperawatan: -
K. PENGKAJIAN
SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah : sebelum MRS klien
rajin ibadah (sholad 5 waktu)
Setelah MRS klien rajin ibadah (sholad 5
waktu)
Lain lain -
Masalah
keperawatan: -
L. PEMERIKSAAN
PENUNJANG (laboratorium, radiologi, EKG, USG)
Test tuberkolosis: mantoux test positif
M.
|
·
Injeksi Transamin 3 x 1 amp, codein 3x1
·
Ampicillin 4 x 1 gr.
ANALISA DATA
Nama : Ny S
No RM : 123 xxx
No
|
Tgl
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
keperawatan
|
1
|
15 mei 2011
|
Data subyektif
· Klien
mengatakan nafasnya sesak
Data obyektif
· Nafas
cepat
· RR=
30x/mnt
· Ada
tarikan intercosta
· Bernafas
dengan cuping hidung
|
Timbul jaringan ikat
Alveolus tidak
kembali saat ekspirasi
Gas tidak dapat
berdifusi dengan baik
sesak
|
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
|
2
|
16 mei 2011
|
Data subyektif
·
Terdapat mual muntah
Data obyektif
·
Pada UK 16 mg BB hanya naik 1 kg
dari 53 menjadi 54 kg selama hamil
·
Diet tinggi kalsium tinggi fe 3x
sehari porsi kecil (3-5 sendok makan).
|
Peningkatan hormon
menurunkan gerak
peristaltik
Mual
muntah
|
Ketidakseimbangan nutrisi
|
Diagnosa keperawatan yang muncul
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, adanya
peningkatan hormon dimasa kehamilan
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Hari/
tanggal
|
No
diag
|
Tujuan
& KH
|
Waktu
|
Rencana
tinakan
|
rasional
|
Paraf
|
|
15 mei
|
1
|
Tujuan: dalam waktu 1x6 jam bersihan
jalan nafas efektif
Kriteria hasil: tidak ada suara nafas
tambahan, klien minum banyak untuk menurunkan kekentalan sekret.
|
07.00
08.00
08.30
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
|
1. Bina hubungan saling percaya
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
3. Lakukan pernapasan diafragma.
4. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
5. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai
1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
6. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
7. Jelaskan pada klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat : seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk, serta
bau-bauan.
8. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi
dan fisioterapi.
Pemberian obat transamin 3 x 1 amp., codein 3 x 1 tab, posisi
tredelenbeg (head down)
|
1.
agar tercipta
kerjasama yang baik antara perawat dg klien.
2.
Batuk yang keras menyebabkan perdarahan
pembuluh adrah pada pulmonal.
3.
Pernapasan diafragma
menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
4.
Pengkajian ini membantu mengevaluasi
keefektifan upaya batuk klien
5.
Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan
dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
6.
Hiegene mulut yang
baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
7.
Dengan informasi yang jelas klien diharapkan
dapat bekerja sama dalam pemberian terapi.
8.
Mengevaluasi
perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari batuk darahnya
|
|
|
16 mei 2011
|
2
|
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil: mual muntah pada klien
berkurang, menu makan yang disajikan habis.
|
13.00
13.30
14.00
15.00
15.30
|
1. Kaji
penyebab asupan nutrisi pada klien menurun
2. Ajarkan
klien untuk istirahat sebelum makan
3. Tawarkan
makan sedikit tapi sering (6x sehari plus tambahan)
4. Pembatasan
cairan pada makanan dengan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan
5. Atur
makanan dengan protein kalori dan kalsium tinggi yang disajikan pada waktu
klien merasa paling suka untuk memakannya.
|
1. Memahami
kondisi klien dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik
2. Keletihan
berlanjut menurunkan nafsu makan
3. Peningkatan
tekanan intra abdomen dapat menurunkan saluran GI dan menurunkan kapasitas
4. Cairan
lebih pada lambung dapat menurunkan nafsu makan
5. Meningkatkan
asupan gizi.
|
|
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Nama : Ny. S
No RM : 123 xxx
Hari/
tanggal
|
No
dx
|
waktu
|
Implementasi
keperawatan
|
paraf
|
16 mei
|
1
|
07.00
08.00
08.30
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
|
1.
Menyapa klien
dengan memanggil namanya.
2.
Mengajarkan klien
tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar tidak keras-keras.dengan cara dada pasien di beri
bantalan dan pasien di instruksikan
agar tarik nafas kemudian tahan 3 detik dan batukkan posisi pasien agak
membungkuk.
3.
Melakukan pernapasan diafragma.
4.
Melakukan auskultasi
paru sebelum dan sesudah klien batuk.
5.
Meningkatkan masukan
cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
6.
Mendorong atau
berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
7.
Menjelaskan pada
klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan perawat : seperti
menghindari makanan yang menyebabkan batuk, serta bau-bauan.
8.
Melakukan Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi
dan fisioterapi.
Memberian
obat transamin 3 x 1 amp., codein 3 x 1 tab, posisi tredelenbeg (head down)
|
|
|
2
|
13.00
13.45
15.00
15.30
16.00
|
1. Mengkaji
penyebab asupan nutrisi pada klien menurun
2. Mengajarkan
klien untuk istirahat sebelum makan
3. Memberikan
makan sedikit tapi sering (6x sehari plus tambahan)
4. Membatasi
cairan pada makanan dengan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan
5. Mengatur
makanan dengan protein kalori dan
kalsium tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk
memakannya
|
|
EVALUASI
KEPERAWATAN
Nama : Ny S
No RM : 123 xxx
Hari/
tgl
|
No
dx
|
waktu
|
evaluasi
|
paraf
|
18 mei
|
1
|
08.00
|
S : Klien mengatakan sudah tidak sesak
lagi.
O ; Klien tampak memakai pernapasan perut (R ; 20 x/menit).
: Posisi klien masih
tredelenbeg.
: Tidak ada bantuan
otot-otot pernapasan ketika bernapas.
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 5, 6, 7
|
|
|
2
|
18.00
|
S: klien mengatakan
mual muntah berkurang dan porsi makan yang diberikan selalu habis
O: klien nampak
sehat, porsi makan yang diberikan selalu habis
A: masalah teratasi
P: intervensi
dipertahankan.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar