GAGAL JANTUNG
KONGENTIF(CHF)
Disusun
Oleh:
A.Shamsul
Arif
Aprilia
Wahyu
Churia
Agustina
Elis
Setyawati
Firman
Rochimin
Sofian
Eko Ferdiansyah
Siti
Nur Wahyuni
Wiwin
Sumila
Riza
Dwi
PRODI
D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2010
GAGAL
JANTUNG KONGENTIF (CHF)
1.Definisi
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidak mampuan
jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi
jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald).
Definisi alternative menurut
Packer,gagal jantung kongensif merupakan suatu sindrom klinis yang rumit yang
ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan regulasi
neurohormonal,disertai dengan intoleransi kerja kemampuan kerja fisis(effort
intolerance),retensi cairan,dan memendekkan umur hidup(reduced longevity).
Termasuk di dalam kedua batasan tersebut adalah suatu spectrum fisiologi klinis
yang luas,mulai dari cepat menurunnya daya pompa jantung(misalnya pada infark jantung
yang luas,takiaritma atau bradikardia yang mendadak),sampai pada keadaan dimana
proses terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi
progresif(misalnya pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa pressure
atau volume overload dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu
sendiri,seperti hipertensi,kelainan katup aorta atau mitral dll).
Secara singkat menurut sonenblik,gagal jantung
itu terjadi apabila jantung tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolic tubuh pada tekanan pengisian yang normal,padahal
aliran balik vena(venous return)ke jantung dalam keadaan normal
2.Etiologi
Kelainan otot Gagal jantung sering terjadi pada penderita
kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif
atau inflamasi Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karenaTerganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan degeneratif
berhubungandengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.Hipertensi Sistemik atau
pulmunal (peningkatan after load meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Peradangan dan penyakit myocardium
degeneratif, berhubungan denganQ gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Penyakit jantung lain,
terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi
jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk
jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan
mendadak after load
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal
: demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic
dan abnormalita elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung
3.PATOFISIOLOGI
Dasar
patofisiologi gagal jantung
·
Apabila
ventrikel gagal untuk memompakan darah,maka darah akan terbendung dan tekanan
di atrium serta vena-vena dibelakangnya akan naik(hipotesis backward failure
oleh James Hope pada tahun1832)
·
Menurut
teori ini manifestasi gagal jantung
timbul akibat berkurangnya aliran darah(cardiac output)ke sistem
aterial,sehingga terjadi pengurangan perfusi pada organ-organ yang vital dengan
segala akibatnya(hipotesis forward failure oleh Mackkenzie pada tahun 80 an
setelah hipotesis backward failure)
Kedua
hipotesis ini nsalinng melengkapi serta menjadi dasar patofisiologi gagal
jantung:kalau ventrikel gagal mengosongkan darah maka menurut hipotesis
Backward failure :
·
Isi
dan tekanan (volumedan pressure) pada ahir fase diastolik meninggi.
·
Isi
dan tekanan akan meninggi pada atrium dibelakang ventrikel yang gagal
·
Atrium
ini akan bekerja dengan keras
·
Tekanan
pada vena dan kapiler dibelakang ventrikel yang gagal akan meninggi
·
Terjadi
transudasi pada jaringan interstitial(baik pulmonal maupun sistemik)
Akibat
berkurangnya curah jantung serta aliran
darah pada jaringan/ organ yang menyebabkan
perfusi(terutama pada ginjal dengan melalui mekanisme yang rumit)yang akan
mengakibatkan retensi garam dan cairan serta memperberat ekstravasasi cairan yang sudah terjadi.Selanjutnya terjadi
gejala-gejala gagal jantung kongensif sebagai akibat bendungan pada jaringan
dan organ
Kedua jenis
kegagalan ini jarang bisa dibedakan secara tegas,karena kalau gagal
jantung kongensif pada kenyataannya,mekanismenya berperan kecuali pada gagal
jantung yang terjadi secara mendadak
contoh forward failure:gagal ventrikel kanan akut yang terjadi akibat emboli
paru yang masif,karena terjadi
peninggian isi dan tekanan pada
ventrikel kanan serta tekanan pada atrium kanan dan pembulu darah balik sistemik,tetapi pasien sudah meninggal
sebelum terjadi ekstravasasi cairan yang menimbulkan kongesti pada vena-vena
sistemik.forward failure tejadi
akibat berkurangnya output ventrikel kiri dan renjatan kardiogenik dan yang
akan menimbulkan berkurangnya perfusi jaringan/organ.Sedangkan backward failure terjadi akibat adanya
output yang tidak sama(inequal) antara kedua ventrikel yang meskipun bersifat
sementara berakibat tejadinya edema paru yang akut.
Jantung yang normal dapat berespon terhadap
peningkatan kebutuhan metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang
bervariasi untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon
system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b.
Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan
volume
c.
Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon
terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
4.JENIS-JENIS GAGAL JANTUNG KONGENTIF
Ø Gagal
Jantung Backward & Foeward
·
Apabila
ventrikel gagal untuk memompakan darah,maka darah akan terbendung dan tekanan
di atrium serta vena-vena dibelakangnya akan naik(hipotesis backward failure
oleh James Hope pada tahun1832)
·
Menurut
teori ini manifestasi gagal jantung
timbul akibat berkurangnya aliran darah(cardiac output)ke sistem
aterial,sehingga terjadi pengurangan perfusi pada organ-organ yang vital dengan
segala akibatnya(hipotesis forward failure oleh Mackkenzie pada tahun 80 an
setelah hipotesis backward failure)
Ø Gagal
Jantung Right-Sided Dan Left-Sided
Penjabaran
Backward failure adalah adanya cairan bendungan dibelakang ventrikel yang gagal
dan merupakan pertanda gagal jantung pada sisi mana yang terkena.Adanya
kongesti pulmonal pada infark ventrikel kiri,hipertensi dan kelainan-kelainan
pada katup aorta serta mitral menunjukkan gagal
jantung kiri.
Apabila
keadaan ini berlangsung cukup lama,cairan yang terbendung akan berakumulasi
secara sistemik:di kaki,asites,hepatomegali,efusi npleura dll.dan menjadikan
gambaran klinisnya sebagai gagal jantung
kanan.
Ø Gagal Jantung Low-output Dan High-output
Gagal jantung
golongan ini menunjukkan bagaimana
keadaan curah jantung(tinggi atau rendahnya) sebagai penyebab terjadinya
manifestasi klinis gagal jantung.Curah
jantung yang rendah pada penyakit apa pun(bawaan,hipertensi,katup
koroner,kardiomiopati) dapat menimbulkan
low-output failure.Sedangkan pada
penyakit dengan curah jantung yang
tinggi misalnya pada tirokoktitosis,beri-beri, paget’s,anemia dan vistula
arteri-vena.gagal jantung yang terjadi dinamakan high-output failfure.
Ø Gagal
Jantung Akut Dan Menahun
Manifestasi
klinis gagal jantung disini hanya menunjukkan saat atau lamanya gagal jantung
terjadi atau berlangsung.Apabila terjadi mendadak ,misalnya pada infark
jantung akut yang luas,dinamakan gagal jantung akut(biasanya sebagai
gagal jantung kiri akut).Sedangkan pada penyakit-penyakit jantung
katup,kardiomiopati atau gagal jantung akibat infar jantung lama,terjadi gagal
jantung secara perlahan atau karena gagal jantungnya bertahan lama dengan
pengobatan yang diberikan,dinamakan gagal
jantung menahun
Ø Gagal
Jantung Siastolik Dan Diastolik
Secara
implisit definisi gagal jantung adalah apabila gagal jantung yang terjadi
sebagai akibat abnormalitas fungsi sistolik yaitu ketidakmampuan mengeluarkan
darah dari ventrikel,dimana sebagai gagal
jantung sistolik .Jenis gagal jantung ini adalah yang paling klasik dan
dikenal sehari-hari,penyebabnya adalah gangguan kemampuan intripik
miokard.Sedangkan apabila abnormalitas kerja jantung pada fase diastolik,yaitu
kemampuan pengisian darah pada ventrikel(terutama ventrikel kiri),misalnya pada
iskemik jantung yang mendadak,hipertrofi konsentrik ventrikel kiri daan
kardiomiopati restriktif,gagal jantung yang terjadi dinamakan gagal jantung diastolik
5.Manifestasi Klinis
1)
Tanda
dominan : Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
2)
Gagal
Jantung Kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena
ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi
klinis yang terjadi yaitu :
- Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
- Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
-mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe.
Beberapa pasien dapat mengalami ortopnoe -pada malam hari yang dinamakan
Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)
- Batuk, Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
- Batuk, Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
- jaringan dan
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme
Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas
dan insomnia yang terjadikarena distress pernafasan dan
batuk
- Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan,Ä
- Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan,Ä
stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik
3)
Gagal
jantung Kanan : - Kongestif jaringan perifer dan visceral
- Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting, penambahan BB.
- Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
- Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting, penambahan BB.
- Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
- abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar - Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan
statis vena dalam rongga abdomen
- Nokturia -Kelemahan
- Nokturia -Kelemahan
4.Penatalaksanaan
Farmakologi
: memberikan terapi antidiuretik,
diit dan istirahat,
Dukungan diit :
pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema. Dukung
istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokardium dengan preparat Terapi Farmakologis:
Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokardium dengan preparat Terapi Farmakologis:
·
Glikosida
jantung U/meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi
oedema
·
Terapi diuretic
Diberikan untuk memacu ekskresi natrium
dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia
·
Terapi
vasodilator
obat-obat
fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
5.Asuhan Keperawatan Dengan Pasien CHF
A.Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan
ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik. Karenanya diagnostik
dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan
mortalitas
1. Aktivitas/istirahat
·
Gejala:
Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan
aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
·
Tanda:
Gelisah, perubahan status mental misalnya: letargi, tanda vital berubah pad
aktivitas.
2. Sirkulasi
·
Gejala: Riwayat HT, IM
baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung ,
endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
·
Tanda:TD; mungkin
rendah (gagal pemompaan), Tekanan Nadi ; mungkin sempit, Irama Jantung;
Disritmia, Frekuensi jantung; Takikardia, Nadi apical ; PMI mungkin menyebar
dan merubah posisi secara inferior ke kiri, Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah
diagnostik, S4 dapat, terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, Murmur sistolik dan
diastolic, Warna; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik, Punggung kuku; pucat atau
sianotik dengan pengisian, kapiler lambat, Hepar ; pembesaran/dapat teraba,
Bunyi napas; krekels, ronkhi, Edema; mungkin dependen, umum atau pitting
khususnya pada ekstremitas
·
Gejala:
Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
·
Tanda:
Berbagai manifestasi perilaku, misalnya: ansietas, marah, ketakutan dan mudah
tersinggung.
4. Eliminasi
·
Gejala:
Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
·
Gejala: Kehilangan
nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang
telah diproses dan penggunaan diuretic.
·
Tanda:
Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum,
dependen, tekanan dan pitting).
6. Hygiene
·
Gejala:
Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
·
Tanda:
Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
·
Gejala: Kelemahan,
pening, episode pingsan.
·
Tanda:
Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
·
Gejala:
Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada
otot.
·
Tanda:
Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
·
Gejala:
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk
dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
·
Tanda:
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernapasan. Batuk:
Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa
pemebentukan sputum. Sputum; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal). Bunyi napas; Mungkin tidak terdengar. Fungsi mental; Mungkin
menurun, kegelisahan, letargi. Warna kulit; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
·
Gejala:
Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
·
Gejala:
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
·
Gejala:
menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya: penyekat saluran
kalsium.
·
Tanda:
Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan
structural.
2.
Aktivitas
intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen. Kelemahan
umum, Tirah baring lama/immobilisasi
3.
Resiko
tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolus.
4.
Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
5.
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan
berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jantung/penyakit/gagal.
C.INTERVENSI
KEPERAWATAN
DX
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik, Perubahan structural.
Ditandai
dengan :
- Peningkatan frekuensi jantung (takikardia): disritmia, perubahan gambaran pola EKG
- Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).Bunyi ekstra (S3 & S4)
- Penurunan keluaran urine
- Nadi perifer tidak teraba
- Kulit dingin kusam
- Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
:
- Klien akan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
:
- Auskultasi nadi apical; kaji frekuensi, iram jantung. Rasional: Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
- Catat bunyi jantung. Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang disteni. Mur-mur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis katup.
- Palpasi nadi perifer. Rasional: Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
- Pantau TD. Rasional: Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
- Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis. Rasional: Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekutnya curah jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
- Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi). Rasional: Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
DX
2 Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai
oksigen. Kelemahan
umum, Tirah baring lama/immobilisasi
Ditandai
dengan :
- Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, adanya disritmia, dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan
/kriteria evaluasi :
- Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
:
- Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator, diuretic dan penyekat beta. Rasional: Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
- Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea berkeringat dan pucat. Rasional: Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
- Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas. Rasional: Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
- Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi) Rasional: Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
DX
3. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolus
Tujuan
/kriteria evaluasi :
- Klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan, berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.
Intervensi:
- Pantau bunyi nafas, catat krekles. Rasional: menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
- Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam. Rasional: membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
- Dorong perubahan posisi. Rasional: Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
- Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri. Rasional: Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
DX
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria
evaluasi :
- Klien akan mempertahankan integritas kulit, mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
:
- Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus. Rasional: Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
- Pijat area kemerahan atau yang memutih. Rasional: meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
- Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif. Rasional: Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
- Berikan perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi. Rasional: Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
- Hindari obat intramuskuler. Rasional: Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
DX
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program
pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang
hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.
Ditandai
dengan :
- Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
Tujuan/kriteria
evaluasi :
- Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
- Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
- Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
:
- Diskusikan fungsi jantung normal. Rasional: Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
- Kuatkan rasional pengobatan. Rasional: Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
- Anjurkan makanan diet pada pagi hari. Rasional: Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
- Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi. Rasional: dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.
DAFTAR
PUSTAKA
FKUI(1996,)Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam,Jilid 1,Edisi 111,Jakarta.
Brummer
& Suddart. 2002. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.
Carpenito,
L. J. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan
dan Masalah Keperawatan. Jakarta : EGC. Diane, Boughman. 2000.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Doenges, Marlyn. 1999.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Doenges, Marlyn. 1999.
Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Long. Barbara C. 1996.
Perawatan
Medikal Bedah Vol. 2. Bandung : Yayasan Alummi Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Mahasiswa PSIK.B. 2001.
Diagnosa
Keperawatan. Nanda. Definisi dan Klafikasi. 2001-2002. Yogyakarta : FK-UGM.
Mansjoer Arif. 1999.
Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius : FKUL. Robin dan Kumar. 1995.
Buku
Ajar Patologi II. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar