ASUHAN KEPERAWATAN
OSTEOARTRITIS
OSTEOARTRITIS
Oleh
1.
Efi Res Nowati
2.
Jauhari Nurulmundir
3.
Ratna Dasa Astuti
4.
Siti Chusniati
5.
Titik ADYA
PROGRAM
STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2009
OSTEOARTRITIS
OSTEOARTRITIS
A. Definisi
v Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau
hipertrofi. Penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut, (kopita selekta : 535)
v Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul
pada usia lanjut.
B. Etiologi
Entiologi penyakit ini tidak
diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu :
1.
Usia lebih dari 40 tahun.
2.
Jenis kelamin, wanita lebih
sering.
3.
Suku bangsa.
4.
Geretik.
5.
Kegemukan dan penyakit metaladik
6.
Cedera sendi, pekerjaan dan
olahraga.
7.
Kelainan pertumbuhan.
8.
Kepadatan tulang dan lain-lain.
C. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala utama ialah adanya
nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara
perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
saat istirahat. Terdapat hambatan pada tenggorokan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembebasan sendi, dan perubahan gaya
berjalan.
D. Patofisiologi
Akibat peningkatan aktivitas
enzim-enzim yang merusak makromdekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan
dan kolagen) terjadi kerusakan fokal tulang rawan sendi secara progresif dan
pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi serta tepi sendi
(osteofit). Osteofit terbentuk sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk
kemtab persendihan, sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif.
Woc
E. Penatalaksanaan
1.
Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa
yang spesifik, hanya bersifat simtomotik. Obat antinflamasi nonsteroid (OAINS)
bekerja hanya sebagai analgesic dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses potologis.
a.
Analgesik yang dapat dipakai
adalah asitaminafen dosis 2,6-4g/ hari. Asam solusilat juga cukup efektif namun
perhatikan efek samping pada saluran dan ginjal.
b.
Jika tidak berpengaruh atau
jika terdapat tanda peradangan maka OAINS seperti fenoprofin, piroksikam,
ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis
penuh untuk arthritis karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang efek
samping utama adalah gangguan mukosa lambung dan gangguan foal ginjal.
2.
Perlindungan sendi dengan
kareksi postur tubuh yang buruk, penyangga untuk kondisi lumbal, menghindari
aktifitas yang berlebihan pada sendi yang sakit dan pembakaran alat-alat untuk
meringankan kerja sendi.
3.
Diet untuk menurunkan berat
badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
4.
Dukungan psikososial
5.
Persoalan seksual
6.
Fisioterapi dengan pemakaian
panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7.
Operasi dipertimbangkan pada
pasien dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap dan
kelemahan fungsi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan
laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan sendi umumnya tidak ada kelainan,
kecuali osteoarthritis yang disertai peradangan. Pada pemeriksaan radiology
didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sclerosis tepi persendian. Mungkin
terjadi deformitas, osteofitosis, atau pembentukan kista juksta artikular.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
- Identitas
Umur : Osteoartritis
sering muncul pada usia lanjut, dan hampir tak pernah pada anak-anak
osteoarthritis jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan sering pada umur
diatas 60 tahun.
Jenis kelamin : Wanita
lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi dan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
- Keluhan Utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada sendi waktu bergerak.
- Riwayat Kesehatan
1)
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat bergerak,
keletihan, merasa kaku waktu pagi hari.
2)
Riwayat kesehatan dulu
Tidak terdiagnosa
3)
Riwayat penyakit sekarang
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit ini,
osteoarthritis muncul karena adanya faktor genetik.
- Pola aktifitas sehari-hari
1)
Pola aktifitas
·
Malaise
·
Keletihan
·
Keterbatasan rentang gerak
2)
Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dalam keluarga
3)
Pola istirahat tidur
Kesulitan untuk tidur karena adanya nyeri.
4)
Neuro sensori
·
Sering kesemutan pada tangan
dan kaki.
·
Hilangnya sensasi pada jari
kaki dan tangan.
2.
Pemeriksaan Fisik
A.
Kesadaran
Composmentis
B.
Keadaan Umum
Malaise, keletihan
C.
TTV
TD : Hipotensi
RR : Normal
Suhu : Normal
Nadi : Takikardi
3.
Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri berhubungan dengan
penurunan fungsi tulang.
2)
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan perubahan otot.
3)
Resiko cedera berhubungan
dengan penurunan fungsi tulang.
4)
Perubahan pola tidur
berhubungan dengan nyeri.
4.
Intervensi
1)
Nyeri b/d penurunan fungsi
tulang
Ø Kriteria hasil
Nyeri hilang atau tekontrol
Ø Mandiri
·
Kaji keluhan nyeri, catat
tokasi dan intensitas (skala 0 - 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal
R/ Membantu
dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
·
Berikan matras atau kasur
keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
R/ Matras
yang lembut/empuk, bantal yang besar akan me pemeliharaan kesejajaran tubuh
tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri.
·
Biarkan pasien mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di
tempat tidur sesuai indikasi.
R/ Pada
penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau
cedera sendi.
·
Dorong untuk sering mengubah
posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di
atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
R/ Mencegah
terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/rasa sakit pada sendi.
·
Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
R/ Panas
meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan metepaskan
kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka
dermal dapat disembuhkan.
·
Pantau suhu air kompres, air
mandi
R/ Meningkatkan
etaksasi/mengurangi tegangan otot.
·
Berikan masase yang lembut
kolaborasi
R/ Meningkatkan reLaksasi,
mengurangi.
Ø Kolaborasi
·
Beri obat sebelum aktivitas
atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.
R/ Tegangan
otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
2)
Intoleransi aktifitas b/d
perubahan otot.
Ø Kriteria Hasil
Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
Ø Mandiri
·
Pertahankan istirahat tirah
baring/duduk jika diperlukan.
R/ Untuk
mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
·
Bantu bergerak dengan bantuan
seminimal mungkin.
R/ Meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
·
Dorong klien mempertahankan
postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
R/ Memaksimalkan
fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
·
Berikan lingkungan yang aman
dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
R/ Menghindari
cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
·
Berikan obat-obatan sesuai
indikasi seperti steroid.
R/ Untuk
menekan inflamasi sistemik akut.
3)
Resiko cedera b/d penurunan
fungsi tulang.
Ø Kriteria Hasil
Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
Ø Mandiri
·
Kendalikan lingkungan dengan :
Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat
jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan
posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil.
R/ Lingkungan
yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari
kekhawatiran yang konstan.
·
Izinkan kemandirian dan
kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman,
hindari penggunaan restrain, ketika pasien metamun alihkan perhatiannya
ketimbang mengagetkannya.
R/ Hal
ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien
akan meningkatkan ansietas.
4)
Perubahan pola tidur b/d nyeri.
Ø Kriteria Hasil
Klien dapat memenuhi kebutuhan. istirahat atau tidur.
Ø Mandiri
·
Tentukan kebiasaan tidur
biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
R/ Mengkaji
perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
·
Berikan tempat tidur yang
nyaman
R/ Meningkatkan
kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis
·
Buat rutinitas tidur baru yang
dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
R/ Bila
rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas
yang berhubungan dapat berkurang
·
Instruksikan tindakan relaksasi
R/ Membantu
menginduksi tidur
·
Tingkatkan regimen kenyamanan
waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
R/ Meningkatkan
efek relaksasi
·
Gunakan pagar tempat tidur
sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
R/ Dapat
merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat
untuk membantu mengubah posisi
·
Hindari mengganggui bila
mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi
R/ Tidur
tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin tidak mampu kembali
tidur bila terbangun.
Ø Kolaborasi
·
Berikan sedative, hipnotik
sesuai indikasi
R/ Mungkin
diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges
E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim,
Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer,
Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran,
Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Prince,
Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi:
Konsep Minis Proses-Proses Penyakit 1 Ed. 4, EGC, Jakarta.
R.
Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri
Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta,
Balai Penerbit FK Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar