BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Balakang
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat
pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
1.2 Tujuan
·
Meningkatkan kualitas pengetahuan mahasiswa
·
Menambah referensi bagi mahasiswa
·
Mengatahui perubahan sistim muskuloskeletal pada ibu
nifas
1.2. MANFAAT
·
Mahasiswa mampu mengetahui perubahan sistim
muskuloskeletal pada ibu nifas
·
Mahasiswa mampu mengetahui gejala yang timbul akibat
perubahan sistim musculoskeletal pada ibu nifas
·
Mahasiswa mampu memehami penanganan akibat
perubahan-perubahan sistim musculoskeletal pada ibu nifas
BAB II
FISIOLOGI IBU NIFAS
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Perubahan
sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah.
Adaptasi
muskuloskelatal ini mencakup :
1. Peningkatan berat badan,
2. Bergesernya pusat akibat pembesaran rahim,
3. Relaksasi dan mobilitas.
Namun demikian, pada
saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali.
Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah
komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
2.1. Adaptasi
sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi :
a) Dinding perut dan peritoneum.
Dinding
perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6
minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus
abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri
dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b) Kulit abdomen.
Selama
masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga
berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali
dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
c) Striae.
Striae
adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen.
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk
garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu
post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak
kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus otot
menjadi normal.
d) Perubahan ligamen.
Setelah
janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi.
e)
Simpisis
pubis.
Pemisahan
simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan
morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri
tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur
ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat
menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang
menetap.
2.2. Beberapa
gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:
1.
Nyeri
punggung bawah.
Nyeri
punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal
ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat
posisi saat persalinan.
Penanganan:
Selama
kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada
fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi
istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri
elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air
hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.
2.
Sakit kepala dan nyeri leher.
Pada
minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa
terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu
post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat
setelah pemberian anestasi umum.
3.
Nyeri pelvis posterior.
Nyeri
pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi
sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi
simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot
penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur.
Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan:
pemakaian
ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan
pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta
mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
4.Disfungsi
simpisis
Merupakan
istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang
dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah
menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada
posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan
terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya
perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut
pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri
yang hebat.
Penanganan:
Tirah
baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang
lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan
meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang
sesuai.
5.
Diastasis rekti.
Diastasis rekti adalah pemisahan
otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble,
1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat
perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi
paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang
salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah
keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan :
·
melakukan pemeriksaan rektus untuk
mengkaji lebar celah antara otot rektus;
·
Memasang
penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai
di bawah panggul;
·
latihan transversus dan pelvis dasar
sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut;
·
memastikan tidak melakukan latihan
sit-up atau curl-up;
·
mengatur ulang kegiatan sehari–hari,
menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
6.
Osteoporosis
akibat kehamilan.
Osteoporosis timbul pada
trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur
tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan),
ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi
badan, postur tubuh yang buruk. .
7.Disfungsi
rongga panggul.
Disfungsi dasar panggul, meliputi
:
a.
Inkontinensia urin.
Inkontinensia
urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah berkemih yang
paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stres .
Terapi :
Selama masa antenatal, ibu harus
diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar
panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot
transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu
harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus
segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan
untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar
panggul dan memberi saran tentang program retraining yang meliputi biofeedback
dan stimulasi.
b.
Inkontinensia alvi.
alvi
disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau kerusakan
yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan (Snooks et al, 1985).
Penanganan :
Rujuk
ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.
c.
Prolaps.
Prolaps
genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat menyebabkan
peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps uterus
adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina,
sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam vagina (Thakar & Stanton,
2002).
Gejala
yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain: merasakan ada
sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan
yang kuat.
Penanganan:
Prolaps
ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.
Gambar sistem
muskuloskeletal
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat
pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
3.2. Saran
Mahasiswa
harus lebih aktif lagi dalam mencari literatur sehingga menjadi mahasiswa yang
berkompeten. Selain itu institusi juga
harus mendukung pengadaan literatur dalam mendukung kegiatan pembelajaran, demi
terbentuknya mahasiswa yang kreatif,aktif dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
1.
scribd.com/doc/16287636/ASUHAN-KEPERAWATAN-MATERNITAS.
2.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke.
3.
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Norma.
4.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas.
5.
zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar