ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN
DENGAN MASALAH
KEHAMILAN “PRE EKLAMPSIA”

Disusun Oleh ;
1. Ahmad
syamsul a
2. Elis
setyawati
3. Ika
reza
4. Ita
suryaningsih
5. Nur
atita
6. Nur
muslimah r
7. Rifan
masruri
8. Rio
maulana
9. Wiwin
sumila
PRODI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN “INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya selaku penulis
akhirnya dapat menyelesaikan asuhan keperawatan dengan tema “ASUHAN
KEPERAWATAN PRE EKLAMPSIA” sebagai tugas kelompok dalam
semester ini.
Asuhan keperawatan
ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan, baik buku-buku diktat
kedokteran dan keperawatan, artikel-artikel nasional dan internasional dari
internet dan lain sebagainya. Semoga saja makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi para pembaca pada umumnya.
Tentu saja sebagai
manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan. Dan penulis menyadari
makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu penulis merasa perlu
untuk meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan
masukan baik berupa saran maupun kritikan demi perbaikan yang selalu perlu
untuk dilakukan agar kesalahan - kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan
datang.
Jombang, Mei 2011
Penulis
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Preeklamsi Merupakan komplikasi kehamilan yang timbul sesudah minggu ke 20
yang diketahui dengan timbulnya
hypertensi, proteinuria dan oedema.
Preeklamsi adalah penyakit
primigravida/wanita yang pertama kali hamil dan kalau timbul pada seorang
multigravida/wanita yang sudah beberapa kali hamil biasanya
ada factor predisposisi seperti hypertensi, diabetes/kehamilan ganda.
Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai
protein urin dan odem akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. (kapita selekta kedokteran, 2007:270)
B.
Etiologi
Sebab preeklamsi belum diketahui
dengan pasti tapi pada penderita yang meninggal karena eklamsi terdapat perubahan
yang khas, tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus
arteriole,retensi Na dan air dan coagulasi intravaskuler.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan
merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan
berbagai yang menyertai eklamsi. Vasospasmus menyebabkan :
1. Hipertensi
2. Pada
otak : sakit kepala, kejang
3. Pada
placenta : solution placentae, kematian
janin
4. Pada
ginjal : oliguri, insufisiensi
5. Pada
hati : icterus
6. Pada
retina : amourose.
C.
Manisfestasi
Klinis Pre eklamsi
v Pre eklamsi Ringan
a. Tekanan
darah sistolik 140-150 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6
jam
b. Tekanan
darah diastole 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
c. Kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih dalam 1 minggu. Protein urin 0,3 gm atau lebih
dengan tingkat kualitatif plus 1-2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
Pencegahan pre
eklamsi ringan
a. Diet
makanan
Makanan tinggi
protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak, kurangi garam
apabila berat badan bertambah atau odem.
b. Cukup
istirahat
Istirahat cukup
pada saat hamil semakuin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan
dalam kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaringkearah punggung janin
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan
Antenatal
Bila terjadi
perubahan perasaan dan perubahan gerak janin dalam rahim segera dating ke
tempat pemeriksaan.
v Pre eklamsi Berat
Bila
salah satu di antara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat di
golongkan pre eklamsi berat
a. Tekanan
darah 160/110 mmHg
b. Oliguria,
urin kurang dari 400cc/24 jam
c. Proteinuria
lebih dari 3gr/liter
d. Keluhan
subyektif
Ø Nyeri
epigastrium
Ø Gangguan
penglihatan
Ø Nyeri
Kepala
Ø Edema
paru dan sianosis
Ø Gangguan
Kesadaran
e. Pemeriksaan
Ø Kadar
enzim hati meningkat disertai ikterus
Ø Perdarahan
pada retina
Ø Trombosit
kurang dari 100.000/mm
Peningkatan tanda dan gejala pre eklamsi berat
memberikan petunjuk akan terjadi eklamsi, yang mempunyai prognosa buruk dengan
angka kematian maternal dan janin tinggi.
D.
Prognosa
Prognosa tergantung pada terjadinya
eklamsi. Dinegara-negara yang sudah maju kematian karena preeklamsi kurang
lebih 0,5 %.
Tapi
jika eklamsi terjadi maka prognosa menjadi kurang baik ; kematian pada eklamsi
adalah 5%.
Prognosa bagi anak juga berkurang
tetapi tergantung pada saatnya preeklamsi menjelma dan pada beratnya
preeklamsi. Kematian perinatal ini sangat diprengaruhi prematuritas.
Ada ahli yang berpendapat bahwa
preeklamsi dapat menyebabkan hipertensi yang tetap terutama kalau preeklamsi
berlangsung lama atau dengan perkataan lain kalau gejala-gejala preeklamsi
timbul dini.
Sebaliknya ahli lain menganggap
bahwa penderita dengan hipertensi yang tetap sesudah persalinan sudah menderita
hipertensi sebelum hamil.
E.
Patofisiologi
![]() |
F.
Diagnosa
Jika pada seorang yang hamil dan yang sebelum minggu
ke 20 sehat, timbul hipertensi, proteinuria dan oedema maka diagnose pre
eklampsia dibuat.
Yang harus di kesampingkan adalah penyakit ginjal misalnya
glumeronefritis acuta dan hipertensi essentin trauma sekecil-kecilnya padalis.
Membedakannya dari hipertensi assentialis
kadang-kadang sulit, tapi tanda-tanda yang menunjuk kea rah hipertensi
essentialis adalah :
1. Tekanan
darah datas 200 mmHg
2. Pembesaran
jantung
3. Multiparitas
terutama kalau pasien diatas 30 tahun.
4. Pernah
menderita toxaemia pada kehamilan yang lalu.
5. Tidak
adanya oedema dan proteinuria.
6. Perdarahan
pada retina.
G.
Komplikasi
Tergantung derajat preeklampsinya.
Yang termasuk komplikasi dari preeclampsia antara lain :
-
Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low
platelet count)
-
Ablasi retina
-
KID (koagulasi
intravascular diseminata)
-
Gagal ginjal
-
Perdarahan otak
-
Edema paru
-
Gagal jantung, hingga
syok dan kematian
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau
kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan
prematuritas.
H.
Pencegahan
pre eklamsi
a. Diet
makanan
Makanan tinggi
protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak, kurangi garam
apabila berat badan bertambah atau odem.
b. Cukup
istirahat
Istirahat cukup
pada saat hamil semakuin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan
dalam kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaringkearah punggung janin
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan
Antenatal
Bila terjadi
perubahan perasaan dan perubahan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan.
I.
Diagnosis
banding
ü Kejang,
bisa disebabkan ensefalopati hipertensi, epilepsy, tromboemboli, intoksikasi
obat, trauma,hipoglikemia, hipokalsemia, atau alkalosis.
ü Koma,
bias disebabkan epilepsy, sinkop, intoksikasi alcohol atau obat, asidosis,
hipoglikemia, atau azotemia.
J.
Penatalaksanaan
v Pre
eklampsi Ringan
Pastikan
usia kehamilan, kematangan serviks, dan kemungkinan pertumbuhan janin
terhambat.
-
Anjurkan istirahat
baring 2 jam siang hari dan tidur > 8 jam malam hari. Bila sukar tidur
diberikan fenobarbital 1-2 x 30 mg, dapat juga diberikan asetosal 1 x 80 mg
-
Bila tidak ada
perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan, berat badan meningkat berlebih
(> 1 kg/minggu,selama 2 kali berturur-turut) atau tampat tanda-tanda
preeklampsi berat. Berikan obat anti hipertensi metildopa 3x125 mg (dapat
ditingkatkan sampai dosis maksimal 1.500 mg), nifedipin 3-8 x 5-10 mg atau
adalat retard 2-3 x 20 mg, atau pindolol 1-3 x 5 mg (dosis maksimal 30 mg)
-
Bila keadaan ibu
membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg, tunggu
persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berrobat jalan dan anjurkan
memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis hingga tercapai dosis optimal.
Tekanan darah tidak boleh rendah dari 120/80 mmHg.
-
Tunngu pengakhiran
kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan janin terhambat,
kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria (±3). Pada kehamilan
>37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan
dapat dilakukan spontan atau dipercepat dengan bantuan ekstaksi.
v Pre
eklampsi Berat
Upaya
pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan
normal, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.
-
Berikan MgSO4 dalam
infuse dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2g
intravena dalam 10 menit selanjutnya 2g/jam dalam drip infuse sampai tekanan
darah stabil (140-150/90-100 mmHg). Ini diberikan 24 jam pasca persalinan atau
hentikan bila 6 jam pasca persalinan ada perbaikan nyata ataupun Nampak
tanda-tanda intoksikasi. Syarat pemberian MgSO4 adalah reflek patella kuat,
frekuensi pernapasan > 16 kali per menit, dan diuresis > 100 cc dalam 4
jam sebelumnya (0,5 ml/kg berat badan/jam). Harus tersedia antidote MgSO4 yaitu
kalsium glukonas 10 % yang dapat diberikan secara intravena dalam 3 menit.
Selama pemberian MgSO4, perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta
wajah merah.
-
Berikan nifedipin 3-4 x
10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan diastolic belum turun sampai 20 %,
berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksimum 80 mg/hari). Bila tekanan diastolic
meningkat ,berikan tambahan sublingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan
darah 20 % dalam 6 jam, kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100 mmHg).
Bila sulit dikendalikan, dapat dikombinasi dengan pindolol.
-
Periksa tekanan darah,
nadi, dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter dan kantong urin. Ukur urin
setiap 6 jam. Bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 g/jam.
-
Dilakukan USG dan kardiotoksogtafi
(KTG). Pemeriksaan KTG diulangi sekurang-kurangnya 2 kali/24 jam.
Dilakukan :
·
Penanganan konservatif
bila kehamilan < 35 minggu tanpa dikurangi tanda-tanda impending eklampsia
dan keadaan janin baik. Prinsip terapi serupa dengan yang aktif, hanya tidak
dilakukan terminasi kehamilan. Pemberian MgSO4 2 mg intravenadilanjutkan 2
g/jam dalam drip infuse dekstrosa 5 % 500 ml/6 jam dapat dihentikan bila ibu
sudah mencapai peningkatan tekanan darah, tetapi dianggap gagal dan lakukan
terminasi kehamilan.
·
Penanganan aktif bila
kehamilan ≥ 35 minggu, ada tanda-tanda impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif, ada tanda gawat janin terhambat, dan sindrom HELLP.
-
Bila dari hasil KTG
fungsi dinamik janin plasenta baik (relative, cairan amnion cukup, gerak napas
baik, tak ada deselerasi lambat, tak ada pertumbuhan janin terhambat, dan skor
> 5), rencanakan partus pervaginam. Bila kurang baik, sebaiknya lahirkan
secara seksio.
-
Induksi dapat dilakukan
dengan kateter folley, amniotomi, prostaglandin E2, atau infuse oksitosin.
Berikan infuse oksitosin 5 IU dalam 500 ml glukosa 5 % dimulai dengan 4 tetes,
dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his 2-3 kali/10 menit, maksimum 20
tetes/menit. Maksudnya agar cairan tidak terlalu banyak sehingga dapat terjadi edema
paru.
-
Pada kala 2 pasien
dapat partus spontan bila tidak perlu meneran terlalu kuat dan tekanan darah
terkendali. Periksa tekanan darah setiap 10 menit. Lakukan tindakan forcep atau
vakum bila persalinan tidak lancer, janin tidak dapat lahir dalam 15 menit,
pasien terpaksa meneran kuat, atau terrdapat indikasi gawat janin.
-
Berikan oksitosin 10 IU
secara intramuscular saat bayi lahir agar perdarahan minimal. Lahirkan plasenta
bila kontraksi maksimal dan terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta. Bila perdarahan
> 400 ml, segera lakukan kompresi bimanual dan berikan ergometrin 0,1 mg
intramuscular.
-
Setelah persalinan
pemberian infuse tidak boleh lebih dari 60 ml/jam mengingat pasien dapat makan
dan minum serta ada bahaya edema paru. Untuk makanan berikan protein 1-1,5 g/kg
BB. Bila terdapat uremia, protein yang diberikan hanya 0,6 g/kg BB/hari.
-
Berikan diuretic bila
ada edema paru, payah jantung kongesif, atau edema anasarka, berupa furosemid
40 mg. lakukan oksigenasi 4-6 l/menit. Periksa gas darah secara berkala untuk
koreksi asidosis. Dengan pemberian nifedipin, oksigen, posisis setengah duduk,
dan furosemid bolus, diharapkan tekanan darah dan beban jantung berkurang. Tapi
bila ada tanda payah jantung, dapat diberikan digitalis. Berikan ventilasi
mekanik bila tidak ada perbaikan dalam 6 jam, pCO2 > 70 mmHg dan Pco2 <
60 MMhG.
-
Berikanobat antipiretik
bila suhu rectal diatas 38,5°C dan dibantu kompres dingin atau alcohol.
Antibiotic diberikan atas indikasi. Antinyeri sepertipetidin HCl sebanyak 50-70
mg diberikan satu kali selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir bila pasien
gelisah atau kesakitan karena kontraksi rahim.
-
Lakukan terminasi
kehamilan secara seksio memakai anestesi umum N2O mengingat keuntungan relaksasi sedasi pada
ibu dan dampaknya relative kecil bagi janin. Bila dari hasi lab tidak ada tanda
KID, dapat dilakuka anestesi epidural atau spinal. Anestesi local dilakukan
pada indikasi terminasi segera dengan keadaan ibu kurang baik.
K.
Pemeriksaan
penunjang




ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Identitas
pasien
b. Keluhan
utama : pengkajian ini dilakukan pada saat peasien pertama kali datang, yang
dirasakan oleh pasien.
c. Riwayat
keperawatan
Riwayat penyakit
yang diderita, pernah tidaknya pasien oleh pasien, penyakit menular atau
kronik, alergi, atau operasi, dan penyakit menahun..
d. Riwayat
menstruasi
Menarche, siklus
teratur/tidak,banyaknya,warnanya,bau, keluhan, flour albour.
e. Riwayat
obstetric
Anak keberapa
pada kehamilan sekarang, umur pada saat kehamilan,jenis persalinan,penolong
persalinan,jenis persalinan,komplikasi pada saat nifas,kehamilan anak keberapa.
2.
Observasi
dan pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda
vital :suhu,TD,RR,N
b. System
pernafasan
-
Hidung : pernafasan
cuping hidung, septum nasi
-
Bentuk dada :
simetris,funnel chest,asimetris,barrel,pigeons chest.
-
Keluhan
:sesak,batuk,nyeri waktu nafas.
-
Irama nafas ;teratur,
tidak gteratur
-
Suara nafas ;
vesikuler, ronchi, wheezing
c. System
kardiovaskuler
-
Keluhan nyeri dada,
irama jantung, CRT, konjungtiva, JVP.
d. System
persarafan
Kesadaran
:GCS,keluhan pusing, pipil, nyeri.
e. System
perkemihan
Keluhan
;disuria,poliuri dll, alat bantu, kandung kencing, produksi urin, intake
cairan.
f. System
percernaan
TB,BB,mukosa
mulut,tenggorokan
-
abdomen ;pembesaran
hepar,lien,acites,mual,muntah,terpasan NGT,bising usus.
-
BAB,diet.
g. System
musculoskeletal dan integument
Pergarakan
sendi, kelainan ekstremitas, kelainan tulang
belakang,fraktur,traksi,kompartemen sindrom,kulit,akral,turgor,ada luka
h. System
endokrin
Pembesaran
kelenjar tiroid,hiperglikemia,hipoglikemia.
i.
Personal hygiene
Mandi,keramas,sikat
gidi,ganti pakaian,potong kuku.
j.
Pemeriksaan obstetric
-
Pemeriksaan head to toe
-
Pemeriksaan leopord
-
Pemeriksaan panggul
luar
-
Pemeriksaan dalam
:pembukaan,penipisan,presentasi,penurunan,ketuban.
-
Tafsiran berat janin.
k. Data
persalinan
a. Kala
1 (kala pembukaaan)
b. Kala
II (Kala pengeluaran)
c. Kala
III (Kala pengeluaran )
d. Kala
IV (Keadaan 2 jam post partum)
l.
Keadaan bayi : jenis
kelamin,apgas score,BB/TB, lingkar kepala.
m. Nifas
-
Keadan umum ibu : TD,
RR,Suhu, Nadi,kontraksi rahim,TFU, Lochea, laktasi, eliminasi,nutrisi.
3.
Pengkajian
psikososial
-
persepsi pasien terhadap penyakitnya
-
ekspresi pasien
-
reaksi saat interaksi
-
gangguan konsep diri.
4.
Pengkajian
spiritual : kebiasaan beribadah pasien
5.
Pemeriksaan
penunjang
Laboratorium,
ECG,USG, radiologi, Urine lengkap, hematokrit, kreatinin, elektrolit
Diagnosa
Keperawatan:
1. Pola
nafas tidak efektif sehubungan dengan oedema pada paru
2. Gangguan
keseimbangan cairan berlebihan sehubungan dengan oedema
3. Potensi
kejang sehubungan dengan oedema pada otak
4. Potensial
injury sehubungan dengan gangguan penglihatan
5. Gangguan
rasa nyaman sehubungan dengan pusing.
Intervensi Keperawatan
Dx
1: Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan oedema
pada paru
- Beri posisi tidur semi fowler
- Beri oksigen
- Longgarkan pakaian
- Observasi vital sign terutama pernafasan
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi
Dx
2: Gangguan keseimbangan cairan berlebihan sehubungan dengan oedema
- Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
- Beri diet tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5 sampai 7,0 dan diet rendah garam.
- Atur istirahat dengan posisi dorsal recumbert kearah kiri karena akan lebih baik dengan peningkatan aliran plasma ginjal, kecepatan glomerulus dan perfusi placenta. Berbaring terlentang adalah berbahaya karena menekan vena cava inferior dan aorta serta mengurangi suplai daerah ke uterus. Posisi terlentang juga menekan arteri rea\nails dan mengurangi aliran darah ke ginjal.
- Jaga ekstermitas yang mengalami oedema setinggi di atas jantung bila mungkin.
- Beri penjelasan pada klien tentang kunjungan klinik satu minggu sekali atau kurang tergantung pada gejala.
- Beri penjelasan pada klien tentang tanda-tanda bahaya dan klien dianjurkan untuk melaporkan setiap perubahan yang tiba-tiba terjadi seperti oedema umum, sakit kepala yang sangat, demam, tremor otot atau kejang.
- Kaji tingkat kesadaran terus menerus apakah ada perubahan atau tidak.
Dx
3: Potensi kejang sehubungan dengan oedema pada otak
- Beri penjelasan pada klien tentang tanda-tanda bahaya dan klien dianjurkan untuk melaporkan setiap perubahan yang tiba-tiba terjadi agar tidak terjadi kejang-kejang.
- Beri penjelasan pada klien tentang kunjungan ke klinik satu minggu sekali atau kurang tergantung pada gejala agar dapat dideteksi sedini mungkin jangan sampai kejang.
- Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
- Beri diet tinggi protein dengan asupan natrium sedang 2,5 sampai 7,0 dan diet rendah garam.
- Kolaborasikan dengan dokter untuk menghindari oedema pada otak
Dx
4: Potensial injury sehubungan dengan gangguan penglihatan
- Beri penjelasan pada klien tentang tanda-tanda bahaya dan klien dianjurkan untuk melaporkan setiap perubahan yang tiba-tiba terjadi agar tidak terjadi gangguan penglihatan.
- Beri penjelasan pada klien tentang kunjungan ke klinik satu minggu sekali atau kurang tergantung pada gejala agar dapat dideteksi sedini mungkin jangan sampai terjadi gangguan penglihatan.
- Kolaborasikan dengan dokter bila ada tanda-tanda gangguan penglihatan
Dx
5: Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan pusing
- Menjelaskan penyebab rasa pusing, dengan mengetahui penyebab rasa pusing klien dapat menerima keadaan yang dialami dan dapat membantu setiap tindakan perawatan.
- Mengatur posis klien senyaman mungkin agar rasa nyaman dapat terpenuhi dan dapat mengurangi rasa pusing.
- Mengatur istirahat dengan posisi dorsal recumbert kearah kiri karena akan lebih baik dengan peningkatan aliran plasma ginjal, kecepatan glomerulus dan perfusi placenta. Berbaring terlentang adalah berbahaya karena menekan vena cava inferior dan aorta serta mengurangi suplai daerah ke uterus. Posisi terlentang juga menekan arteri rea\nails dan mengurangi aliran darah ke ginjal.
- Menciptakan suasana lingkungan yang tenang, kebersihan diri dan lingkungan dapat menimbulkan rasa nyaman dan aman.
- Kolaborasikan dengan tim medis dalam memberikan analgetik, golongan bertujuan menghilangkan ras pusing dan menurunkan tekanan darah.
ASUHAN KEPERAWATAN IBU BERSALIN DENGAN
PREEKLAMSI BERAT
1. Pengkajian
Pengkajian
dilakukan pada tanggal 2001 Pk.
1.1 Identitas
Klien penanggung
jawab :
Nama : Ny. A Tn.
Waluyo
Umur : 29 th 31
th
Pendidikan : STM SMA
Agama : Islam Islam
Pekerjaan : Karyawan
swasta Karyawan swasta
Alamat : Jemur
Wonosari 2/4 Surabaya
1.2 Keluhan
Utama :
Keluar
ketuban sedangkan umur kehamilan 33/34 minggu. Ditambah lagi dengan hasil
pemeriksaan yang menunjukkan tensinya agak tinggi.
1.3 Riwayat
Keperawatan
Klien dikirim oleh bidan dari Puskesmas Wonosari,
karena setelah diperiksa ditemukan
ketuban sudah pecah sejak tanggal 12 Juni 2001 Pk. 07.00. Selanjutnya pada
pukul 18.50 dirujuk ke IRD dan dirawat di Ruang Bersalin IRD Lantai II RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Tindakan yang sudah didapatkan klien di IRD sejak tanggal 12
Juni Pk. 18.50 berupa pemasangan infus,
skkin test ampicilin, dan ampicilin injeksi 1 gr IV.
1.4 Riwayat
Obstetri
Ini merupakan kehamilan ke-2 klien. Kehamilan
pertama lahir spontan pada umur kehamilan 9 bulan di bidan dengan BB 3500 gr.
Riwayat TT 2 kali. Umur anak pertama 2,5 tahun dan sekarang dalam kondisi
sehat. Umur perkawinan 5 tahun. Riwayat
menggunakan kontrasepsi (+) berupa suntikan selama 1 tahun sejak anak
pertama. Menarche umur 13 tahun. Riwayat Disminor (-), Haid teratur setiap bulan. Lama setiap haid
5-7 hari. Jumlah haid biasa. Riwayat abortus (-). Riwayat gemeli (-), Riwayat DM (-), Hepatitis (-), Hipertensi (-), Penyakit Jantung (-),
Penyakit saluran pernafasan (-).
HPHT 23 Oktober 2000 , TP : 30
Juli 2001. Pemerisaan kehamilan dilakukan di bidan sebanyak 5 kali, TT 1 kali.
Sejak tanggal 12 Juni Pk. 07.00 klien mengeluh keluar air ketuban, tetapi tidak
dirasakan HIS. Riwayat infeksi saluran
kencing (-), Riwayat kelelahan (-). Riwayat kecemasan (-). Selanjutnya klien
memeriksakan diri ke bidan. Bidan kemudian merujuk klien ke IRD RSUD Dr.
Soetomo. Therapi yang sudah diperoleh di IRD sejak tanggal 12 Juni 2001 yang
berhubungan dengan kehamilan ini adalah:
-
Ampicilin 1 gr. Injeksi
iv
-
Dexamethason 16 mg iv
-
Oxitocin drip 5 u 4 tts/menit. Pada saat dikaji klien sudah
mulai mengeluh mules-mules setiap 3-5 menit.
1.5 Data
Kebutuhan Dasar
a. Bernafas
S : Klien merasa agak sesak jika bernafas
terutama jika timbul His.
O
: RR : 20 X/menit, Wh -/-, Rh -/-, Rales (-), Batuk (-),
b. Makan/minum:
S : Sejak MRS klien tidak ingin makan karena takut
dengan kondisinya dan saat ini sering perutnya sakit. Klien minum hanya 3 gelas
(200 cc) sejak kemarin sore.
O : Makanan dan minuman yang disediakan oleh RS
tidak dimakan. Mulut tampak kering dan lambung terdengar suara timpani. Skibala
(-). Peristaltik (+). Blader kosong.
c. Eliminasi
S : Klien belum bab sejak kemarin, klien tidak punya
keluhan terhadap bak nya. Sejak kemarin klien Bak sebanyak 4 kali dengan jumlah
setiap bak sekitar 350 cc dan warnanya kuning jernih.
O
: Skibala (-), Blader kosong. Warna
urine kuning jernih.
d. Gerak
dan aktivitas
S
: Saat ini harus tidur saja sambil menunggu persalinan
O : Kondisi ektremitas baik, kekuatan otot – otot
intak, tulang-tulang intak. Parese (-).
e. Istirahat
dan tidur
S : Sejak kemarin klien tidak bisa tidur nyenyak
karena takut dan sekarang perut terasa nyeri.
O : Tampak lemah.
f. Rasa
Aman
S
: Klien takut jika terjadi sesuatu yang membahayakan bayinya.
O : Adanya ketuban pecah dini (tanggal 12/6/2001 Pk.
07.00. DJJ 12 13 12, UK 33/34 mg. TFU 32 cm T : 140/90 mm hg. Odem
(+). Klien tampak iritabel
g. Nyaman
S : Klien mengeluh nyeri pada perut yang tembus ke
tulang ekor setiap 3/5 menit.
O : Nyreri berkurang jika punggung digosok-gosok.
h. Spiritual
Klien
beragama islam dan taat melakukan sembahyang 5 waktu. Sekarang klien hanya bisa
berdoa.
1.6 Pemeriksaan
Fisik
Keadaan
umum : Tampak lemah. Kesadaran Kompos mentis GCS 15
Kepala : taa
Mata : taa ; konjunctiva merah muda.
Telinga : taa
Hidung : taa
Leher : taa, tyroid (n)
Dada : Payudara ; agak tegang, puting menonjol,
lunak dan bersih
kolestrum
(+). areola bersih. S1S2 (N), Wh -/-, Rh
-/-, Rales -/-
Abdomen : Abdomen membesar tanda kehamilan
berupa striae (+), linea alba (+), TFU 32 cm, puki, letak kepala, pada
pemeriksaan leopold IV kepala sudah masuk Pap. His (+) setiap 3/5 menit selama
3-5 detik, Djj : 12; 13; 12. Tampak bagian kecil janin menonjol dan teraba sangat keras. Perut terasa sangat
nyeri jika diraba.
Ektremitas : tangan ; kapilari refill (N), kelainan
tidak ada
Kaki : odem (+). Paresa (-).
Genital : Bentuk normal, fulsus
(+), ketuban (-) jernih, VT ; pembukaan 8
cm , eff :
90 %, dominator , ukuran panggul
dalam (N),
Anal : taa
Tanda vital : Sr : 37,5 o C, N : 88 X/mnt, RR : 20 X/mnt, T :
140/90
1.7 Pemeriksaan
Penunjang
Reduksi
urine : (-)
Nst : N
2. Analisa
Masalah
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
S :
Klien merasa sesak jika timbul his. Sudah keluar air ketuban sejak
tanggal 12/6/2001 pk.07.00
O : T 140/90, RR : Sr : 37,5 o
C, N : 88 X/mnt, RR : 20 . Ketuban (-) jernih, fulsus (+). Djj 12 ; 13 ; 12.
Odem pada kaki.
|
![]() ![]() ![]() ![]()
Gawat janin
![]() ![]() ![]() ![]()
Distress
janin
|
Resiko
tinggi terjadi gawat janin
Resiko
terjadi infeksi skunder pada bayi
|
3.
Diagnose
Keperawatan
3.1 Resiko
tinggi terjadi gawat janin sebagai akibat
dari toksemia kehamilan
3.2 Resiko
terjadi infeksi skunder pada bayi s.e
dari ketuban pecah prematur.
4. Rencana
Keperawatan
HARI/TGL/
JAM
|
DX
|
TUJUAN
|
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
Rabu,
13 Juni 2001-06-17 Pk. 09.00
|
Resiko
tinggi terjadi gawat janin sebagai akibat
dari toksemia kehamilan
|
Setelah
dirawat selama 2 jam tidak terjadi gawat janin Kriteria : Kontonen (+)
Djj
12;11;12,
His
setiap 3-5 menit.
T
: 130/80
|
-
Monitor CHPB setiap 2 jam
-
Monitor vital sign ibu setiap 2 jam
-
Monitor kesadaran setiap 2 jam
-
Monitor tanda-tanda kejang
- Kolaborasi monitoring NST
|
- Untuk menge-tahui jika terjadi gangguan
sirkulasi yang berakibat timbulnya distress pd janin.
- Peningkatan tensi merupakan pretensi dari adanya
ancaman timbulnya kejang yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin.
-
Penurunan kesadaran merupakan pertanda dari hipoksia sebagai akibat dari
spasme yang muncul sebagai akibat lanjut dari preeklamsi.
- Ancaman distress pd janin diketahui dari
perubahan gambaran NST yakni tejadinya peningkatan prekwensi.
|
Rabu,
13 Juni 2001-06-17 Pk. 09.00
|
Resiko
terjadi infeksi skunder pada bayi s.e
dari ketuban pecah prematur
|
Setelah
dirawat selama 24 jam tidak terjadi infeksi pada ibu dan janin dengan
kriteria:
-
Djj 12 : 11; 12
-
Sr : < 37,6
|
-
Monitor djj
- Monitor suhu rectal ibu setiap 2 jam
-
Kolaborasi pemberian
- Ampicilin 4 X 1gr IV
- Dexametason 2 X 16 mg
|
-
Jika terjadi infeksi kecendrungan akan timbul distress yang ditandai dengan
tachikardi.
-
Suhu rectal yang lebih dari 37,6
sebagai pertanda timbulnya infeksi skunder.
-Sebagai
propi-laksis untuk mencegah timbulnya
infeksi pada ibu dan bayi.
-Untuk menjaga daya tahan dinding sel
sehingga dapat mencegah kerusakan sel bayi maupun ibu.
|
5. Implementasi
DX
|
HARI/TGL/JAM
|
TINDAKAN
|
EVALUASI
|
Resiko
tinggi terjadi gawat janin sebagai akibat
dari toksemia kehamilan
|
Rabu,
13 Juni 2001-06-17 Pk. 09.00
09.10
|
-
Memoniitor CHPB
- Monitor vital sign
- Memonitor kesadaran
- Monitor tanda-tanda kejang
|
-
Cont (+), Djj 12 :11 : 12 His setiap 4 menit lama 3-5 dt, Bundel his (-). GCS : , Kejang (-)
|
Resiko
terjadi infeksi skunder pada bayi s.e
dari ketuban pecah prematur
|
Rabu,
13 Juni 2001-06-17 Pk.
Pk.
09.00
|
-
Memonitor djj
- Memonitor suhu rectal
- Monitor reaksi akibat pemberian
- Ampicilin 4 X 1gr IV
- Dexametason 2 X 16 mg
|
Djj
12 :11 : 12
S
: 37,1 o C
Reaksi
alergi (-)
|
Evaluasi
keperawatan
Nama : Ny A No
RM :
Hari/tanggal
|
No.
Diagnosa
|
Waktu
|
Perkembangan
|
Paraf
|
|
I
II
|
|
S : Klien siap untuk melahirkan
O
: His (+), djj 12 : 11 : 12, gerakan
janin (+), pembukaan lengkap
A
: Masalah tidak muncul
P
: Siapkan partus
S : -
O : -
A : Masalah belum muncul
P : Siapkan partus
|
|
Penutup
-
Kesimpulan
Preeklamsi adalah timbulnya
hipertensi disertai protein urin dan odem akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklamsi dapat
menyebabkan hipertensi yang tetap terutama kalau preeklamsi berlangsung lama
atau dengan perkataan lain kalau gejala-gejala preeklamsi timbul dini.
Sebaliknya ahli lain menganggap
bahwa penderita dengan hipertensi yang tetap sesudah persalinan sudah menderita
hipertensi sebelum hamil.
-
Saran
Demikian semoga
bermanfaat bagi semua pihak,dan setelah membaca makalah ini dapat menambah
referensi atau pengatahuan lebih banyak tentan kelainan pada ibu hamil dan
semoga dapat lebih sesuai dalam memberikan asuhan keperawatan tentang
preklampsia nantinya.
Daftar pustaka
Diknakes RI. (1993) Asuhan
Kebidanan Pada Perawatan Payudara Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI,
Jakarta.
FK-Unpad. (1984) Obstetri
Patologi, Elstar offset, Bandung
Hamilton, Persis Mary. (1995) Dasar-Dasar
Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. (1986) Ilmu Kebidanan¸
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Rustam.
(1988) Sinopsis Obstetri, Jakarta
Mansjoer,
Arif dkk. (1999) Kapita selekta
kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar