ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN
INKONTINENSIA
URINE
Di Susun Oleh :
1.
Dwi Lestari Ningsih
2.
Yendra Satria P
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2010
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
INKONTINENSIA URINE
Inkontinensia
urine merupakan pelepasan urine secara
tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak, Sehingga dapat dianggap
merupakan masalah bagi seseorang.
Bentuk-bentuk
inkontinensia urine :
1. Inkontinensia
urine fungsional :
Keadaan
ketika individu mengalami inkontinensia karena kesulitan dalam mencapai atau
ketidakmampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Batasan karakteristik :
·
Data mayor(harus
terdapat)
Inkontinensia sebelum atau selama usaha mencapai
toilet.
2. Inkontinensia
urine reflex :
Keadaan
ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dapat diprediksi
tanpa sensasi dorongan, berkemih, atau kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
·
Data mayor(harus
terdapat, satu atau lebih)
Kontraksi kandung kemih tidak terlambat
Reflek involunter menghasilkan kandung kemih spontan
Kehilangan sensasi
penuh kandung kemih atau desakan berkemih sebagian atau komplet.
3. Inkontinensia
urine stress :
Keadaan
ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter segera pada peningkatan tekanan
intraabdominal.
Batasan karakteristik :
·
Data mayor(harus
terdapat)
Individu melaporkan
penurunan urine(biasanya kurang dari 50 cc) yang terjadi karena peningkatan
tekanan abdominal akibat berdiri, bersin, batuk, berlari, atau mengangkat beban
berat.
4. Inkontinensia
urine total :
Keadaan
ketika individu mengalami urine terus menerus yang tidak dapat di perkirakan,
tanpa distensi atau tidak menyadari kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
·
Data mayor(harus
terdapat)
Aliran konstan dari urine tanpa distensi
Nokturia lebih dari 2 kali selama tidur
Refraktori inkontinensia pada tindakan lain
·
Data minor(mungkin
terdapat)
Tidak menyadari isyarat kadung kemihuntuk berkemih
Tidak menyadari inkontinensia
5. Inkontinensia
urine dorongan :
Keadaan
ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dihubungkan dengan
keinginan kuat dan tiba-tiba untuk berkemih.
Batasan karakteristik :
·
Data mayor(harus
terdapat)
Dorongan diikuti inkontinensia.
I.
PENGKAJIAN
a.
Identitas klien
inkontinensia
pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia (usia ke atas
65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan
lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.
b.
Riwayat kesehatan
Ø Riwayat
kesehatan sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan
dengan gangguan yang dirasakan saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya,
apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa,
gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah
cairan berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa
ingin berkemih sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
Ø Riwayat
kesehatan klien
Tanyakan pada klien apakah klien pernah
mengalami penyakit serupa sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi
klien, apakah pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal,
infeksi saluran kemih dan apakah dirawat dirumah sakit.
Ø Riwayat
kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga
lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat
penyakit bawaan atau keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.
c.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Klien tampak lemas dan tanda tanda
vital terjadi peningkatan karena respon dari terjadinya inkontinensia
Pemeriksaan
Sistem :
a. B1 (breathing)
Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai
oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.
b. B2 (blood)
Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
c. B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
d. B4 (bladder)
Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena
adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai
keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik
lesi pada meatus uretra,banyak kencing dan nyeri saat berkemih menandakan
disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik /
pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di
luar waktu kencing.
e. B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen,
adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal.
f. B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang
lain, adakah nyeri pada persendian.
d.
Data penunjang
a. Urinalisis
o Hematuria.
o Poliuria
o Bakteriuria.
b. Pemeriksaan
Radiografi
o IVP
(intravenous pyelographi), memprediksi lokasi ginjal dan ureter.
o VCUG
(Voiding Cystoufetherogram), mengkaji ukuran, bentuk, dan fungsi VU, melihat
adanya obstruksi (terutama obstruksi prostat), mengkaji PVR (Post Voiding
Residual).
c. Kultur
Urine
o Steril.
o Pertumbuhan
tak bermakna (< 100.000 koloni / ml).
o Pertumbuhan
bermakna (> 100.000 koloni / ml).
o Organisme.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
yang mungkin muncul pada klien inkontinensia adalah sebagai berikut :
1. Inkonteninsia
stress berhubungan dengan kelemahan otot pelvis dan struktur dasar
penyokongnya.
2. Inkontinensia
Urine : Refleks yang berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan
kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih
3. Inkontinensia
Urine : Dorongan yang berhubungan dengan gangguan implus eferen inhibitor
sekunder akibat disfungsi otak atau medulla spinalis
4. Resiko
disrefleksia yang berhubungan dengan stimulasi reflex dari system saraf
simpatis sekunder akibat kehilangan control autonomic
- Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang lama.
6. Resiko
Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine
7. Resiko
Isolasi Sosial berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di
depan orang lain atau takut bau urine
8. Resiko
ketidakefektifan penatalaksaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tenttang penyebab inkontinen, penatalaksaan, progam latihan
pemulihan kandung kemih, tanda dan gejala komplikasi, serta sumbe komonitas.
III. INTERVENSI
1. Diagnosa
I
Inkonteninsia
berhubungan dengan kelemahan otot pelvis
Tujuan :
·
Klien akan bisa
melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkonteninsia
·
Klien dapat menjelaskan
penyebab inkonteninsia dan rasional penatalaksanaan.
Intervensi :
o Kaji
kebiasaan pola berkemih dan dan gunakan catatan berkemih sehari,
o Pertahankan
catatan harian untuk mengkaji efektifitas program yang direncanakan.
o Obserpasi
meatus perkemihan untuk memeriksa kebocoran saat kandung kemih.
o Intruksikan
klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran, ulangi dengan
posisi klien membentuk sudut 45, lanjutkan dengan klien berdiri jika tidak ada
kebocoranyang lebih dulu.
o Pantau
masukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan cairan 2000 ml,
kecuali harus dibatasi.
o Ajarkan
klien untuk mengidentifikasi otot dinding pelvis dan kekuatannya dengan latihan
o Kolaborasi
dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan perubahan
obat, dosis / jadwal pemberian obat untuk menurunkan frekuensi inkonteninsia.
2. Diagnosa 2
Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang lama.
Tujuan
:
Berkemih dengan urine jernih tanpa
ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidak
adanya bakteri.
Intervensi
:
a.
Berikan perawatan perineal
dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal
sesegera mungkin.
R: Untuk mencegah kontaminasi uretra.
b.
Jika di pasang kateter
indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari (merupakan bagian dari waktu
mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar. R: Kateter
memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran
perkemihan.
c.
Ikuti kewaspadaan umum (cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan), bila
kontak dengan cairan tubuh atau darah yang terjadi (memberikan perawatan
perianal, pengososngan kantung drainse urine, penampungan spesimen urine).
Pertahankan teknik asepsis bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh
urine dari kateter indwelling.
R: Untuk mencegah kontaminasi silang.
d.
Kecuali dikontraindikasikan,
ubah posisi pasien setiap 2jam dan anjurkan masukan sekurang-kurangnya 2400 ml
/ hari. Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
R: Untuk mencegah stasis urine.
e.
Lakukan tindakan untuk memelihara
asam urine.
§
Tingkatkan masukan sari buah
berri.
§
Berikan obat-obat, untuk
meningkatkan asam urine.
R: Asam
urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri diperlukan
untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari
buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
3. Diagnosa
3
Resiko Kerusakan
Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine
Tujuan :
§ Jumlah
bakteri < 100.000 / ml.
§ Kulit
periostomal tetap utuh.
§ Suhu
37° C.
§ Urine
jernih dengan sedimen minimal.
Intervensi :
a. Pantau
penampilan kulit periostomal setiap 8jam.
R:
Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
b. Ganti
wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulit
bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang wafer
kira-kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin ketepatan
ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periostomal. Kosongkan kantung
urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.
R:
Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan kebocoran
urine. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam urine dapat
menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.
4. Diagnosa
4
Resiko
Isolasi Sosial berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di
depan orang lain atau takut bau urine
Intervensi :
a. Yakinkan
apakah konseling dilakukan dan atau perlu diversi urinaria, diskusikan pada
saat pertama.
R:
Memberikan informasi tentang tingkat
pengetahuan pasien / orang terdekat tentang situasi individu dan Pasien
menerimanya(contoh; inkontinensia tak sembuh, infeksi)
b. Dorong
pasien / orang terdekat untuk mengatakan perasaan. Akui kenormalan perasaan
marah, depresi, dan kedudukan karena kehilangan. Diskusikan “peningkatan dan
penurunan” tiap hari yang dapat terjadi setelah pulang.
R:
Memberikan kesempatan menerima isu / salah konsep. Membantu pasien / orang
terdekat menyadari bahwa perasaan yang dialami tidak biasa dan bahwa perasaan
bersalah pada mereka tidak perlu / membantu. Pasien perlu mengenali perasaan
sebelum mereka dapat menerimanya secara efektif.
c. Perhatikan
perilaku menarik diri, peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak
terlibat pada asuhan.
R:
Dugaan masalah pada penyesuaian yang memerlukan evaluasi lanjut dan terapi
lebih efektif. Dapat menunjukkan respon kedukaan terhadap kehilangan bagian /
fungsi tubuh dan kawatir terhadap penerimaan orang lain, juga rasa takut akan
ketidakmampuan yang akan datang / kehilangan selanjutnya pada hidup karena
kanker.
d. Berikan
kesempatan untuk pasien / orang terdekat untuk memandang dan menyentuh stoma,
gunakan kesempatan untuk memberikan tanda positif penyembuhan, penampilan,
normal, dsb.
R:
Meskipun integrasi stoma ke dalam citra tubuh memerlukan waktu berbulan-bulan /
tahunan, melihat stoma dan mendengar komentar (dibuat dengan cara normal,
nyata) dapat membantu pasien dalam penerimaan ini. Menyentuh stoma meyakinkan
klien / orang terdekat bahwa stoma tidak rapuh dan sedikit gerakan stoma secara
nyata menunjukkan peristaltic normal.
e. Berikan
kesempatan pada klien untuk menerima keadaannya melalui partisipasi dalam perawatan
diri.
R:
Kemandirian dalam perawatan memperbaiki harga diri.
f. Pertahankan
pendekatan positif, selama aktivitas perawatan, menghindari ekspresi menghina
atau reaksi mendadak. Jangan menerima ekspresi kemarahan pasien secara pribadi.
R:
Membantu pasien / orang terdekat menerima perubahan tubuh dan menerima akan
diri sendiri. Marah paling sering
ditunjukkan pada situasi dan kurang kontrol terhadap apa yang terjadi (tidak
terduga), bukan pada pemberi asuhan.
g. Rencanakan
/ jadwalkan aktivitas asuhan dengan orang lain.
R:
Meningkatkan rasa kontrol dan memberikan pesan bahwa pasien dapat mengatasinya,
meningkatkan harga diri.
h. Diskusikan
fungsi seksual dan implan penis, bila ada dan alternatif cara pemuasan seksual.
R:
Pasien mengalami ansietas diantisipasi, takut gagal dalam hubungan seksual
setelah pembedahan, biasanya karena pengabaian, kurang pengetahuan. Pembedahan
yang mengangkat kandung kemih dan prostat (diangkat dengan kandung kemih) dapat
mengganggu syaraf parasimpatis yang mengontrol ereksi pria, meskipun teknik
terbaru ada yang digunakan pada kasus individu untuk mempertahankan syaraf ini.
5. Diagnosa
5
Resiko
ketidakefektifan penatalaksaan program terapeutik yang berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tenttang penyebab inkontinen, penatalaksaan, progam
latihan pemulihan kandung kemih, tanda dan gejala komplikasi, serta sumbe
komonitas
Tujuan :
§ Mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan macam terapeutik.
§ Keluhan
berkurang tentang cemas atau gugup.
§ Ekspresi
wajah rileks.
Intervensi :
a. Berikan
kesempatan kepada klien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan dan
harapannya. Perbaiki konsep yang salah.
R:
Kemapuan pemecahan masalah pasien ditingkatkan bila lingkungan nyaman dan
mendukung diberikan.
b. Berikan
informasi tentang:
§ Sifat
penyakit.
§ Deskripsi
singkat tentang tidur.
§ Pemeriksaan
setelah perawatan.
Bila
informasi harus diberikan selama episode nyeri, pertahankan intruksi dan
penjelasan singkat dan sederhana. Berikan informasi lebih detail bila nyeri
terkontrol. R: Pengetahuan apa yang akan dirasakan membantu mengurangi
ansietas, nyeri mempengaruhi prose belajar.
Hormon estrogen
|
Menopause
|
Usia(Lansia)
|
Pasca melahirkan
|
Regangan otot dan jaringan atau robekan jalan
lahir
|
Otot-otot dasar panggul rusak
|
Efek obat
|
Bakteri E.colli
|
Fungsi otak besar terganggu
|
Menginfeksi Saluran bawah system perkemihan
(Uretra)
|
Produksi urine
|
Perubahan pola anatomi dan fungsi organ berkemih
|
Adanya kontraksi dari dinding V.U
|
V.U
|
Rasa ingin berkemih tidak tertahankan
|
Melemahnya otot dasar panggul
|
Tonus otot vagina dan uretra
|
Hamil/obesitas
|
Berat Badan
|
Menekan otot dasar panggul
|
Melemahkan otot dasr panggul
|
Gangguan V.U
|
Inkontinensia urine total (diagnosis ini digunakan hanya bila tipe inkontinensia yang lain telah
disingkirkan)
|
Inkontinensia
urine dorongan
|
Inkontinensia
urine reflex
|
Inkontinensia urine
|
Inkontinensia
urine stress
|
Inkontinensia
urine fungsional :
|
DAFTAR PUSTAKA
·
Doengoes, Marilynn E, Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
·
Carpenito, Lynda Juall, Buku
Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta, EGC. 2006
·
http;/medicastore.com/penyakit/602/inkontinensia_Uri.html
·
http:/www.majalah-farmacia.com/rubric/one_finenews.asp?IDNews=40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar