TUGAS
SISTEM MUSKULUSKELETAL
OSTEOPOROSIS
DISUSUN
OLEH :
1.
DWI
SUSANTI
2.
FIRJINIA
TITIN M.
3.
INDAH
SUGIARTI
DIPLOMA
III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA“
JOMBANG
2010
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul” tepat pada waktunya.
Makalah
ini memaparkan tentang pemakaian bahasa dan budaya gaul dalam kehidupan remaja
saat ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para
mahasiswa tentang pengaruh bahasa dan budaya gaul remaja.
Penulis
mengakui dan menyadari bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan orang
lain. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
- Ibu Devi Fitriyah selaku dosen mata kuliah musculuskeletal
- Orang tua penulis yang memberikan dorongan dan doa.
- Serta pihak-pihak lain yang membantu penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam
kerendahan hati penulis mengakui dan menyadari bahwa penyusunan ini masih jauh
dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk kesempernaan tugas kami selanjutnya.
Jombang,
10 Oktober 2010
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR
ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 5
A.. Latar Belakang......................................................................................... 5
B.
Tujuan...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 6
A.. Definisi.................................................................................................... 6
B.. Klasifikasi Osteoporosis.......................................................................... 6
C.. Faktor Penyebab Osteoporosis................................................................ 6
D.. Gambaran Klinis...................................................................................... 7
E... Pengobatan.............................................................................................. 7
F... Pencegahan.............................................................................................. 8
G.. WOC........................................................................................................ 9
H.. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................ 15
A.. Kesimpulan.............................................................................................. 15
B.. Saran........................................................................................................ 15
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN............................................................. 16
A.. Pengkajian................................................................................................ 16
B.. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 24
C.. Intervensi................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 27
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana
diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya
konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada
tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur
tulang dan tulang menjadi keropos. Akibatnya tulang menjadi kehilangan
kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteoporosis
atau keropos tulang adalah keadaan dimana tulang menjadi keropos, rapuh dan
mudah patah. Penderita osteoporosis dicirikan dengan tubuh yang bungkuk atau
bengkok. Namun sebenarnya tidak selalu demikian, banyak orang yang sudah mulai
menderita osteoporosis tetapi tidak terlihat dari luar. Penderita osteoporosis
biasanya merasakan linu-linu dan sakit terutama ketika melakukan pergerakan
anggota tubuhnya. Itu sebabnya gejala-gejala yang harus diwaspadai sebagai awal
osteoporosis adalah rasa pegal, linu-linu dan nyeri tulang terutama pada bagian
punggung dan pinggang. Akibat dari osteoporosis, orang akan mudah mengalami
fraktur atau patah tulang spontan, terutama pada pergelangan tangan, pinggul
dan tulang belakang.
B. Tujuan
1.
Untuk memahami definisi,, etiologi, pencegahan, gambaran
klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan Asuhan keperawatan pada Osteoporosis.
2.
Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteoporosis
adalah suatu penyakit kelainan pada tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang, kerusakan
tubuh atau arsitektur tulang sehingga tulang mudah patah. Osteoporosis adalah
penyakit degeneratif yaitu suatu penyakit yang berhubungan dengan usia. Tapi
osteoporosis bisa dihindari atau dicegah agar jangan terjadi akibat yang lebih
fatal yaitu patah tulang. Bagian tubuh yang sering terkena osteoporosis adalah
:
1.
Tulang
Punggung
2.
Tulang
jari tangan
3.
Tulang
pangkal paha
B. Klasifikasi Osteoporosis
Dalam
terapi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoporosis dari
penderita. Osteoporosis dibagi 3, yaitu :
- Osteoporosis primer
Osteoporosis primer
berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses
resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan
Colles. Pada usia dekade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena
daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
- Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder
disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.
- Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis
idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause
dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.
C. Faktor Penyebab Osteoporosis
Ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab atau faktor–faktor yang beresiko terkena osteoporosis, antara lain :
- Wanita, wanita lebih beresiko terhadap pria
- Berusia di atas 50 tahun
- Post menopause
- Kekurangan hormon estrogen
- Mengalami pengangkatan rahim / ovarium
- Kurang kalsium
- Kurang sinar matahari dan kurang vit. D
- Kurang aktifitas fisik
- Histori keluarga ada yang osteoporosis
- Perokok
- Peminum kopi dan cola / minuman bersoda
- Peminum alcohol
- Pengguna obat–obatan seperti Kortison, Prednison, Anti konvulsan, hormontiroid.
Osteoporosispost
menopausal
terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya
gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai
muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.
Osteoporosis
senilis
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan
usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan
tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut
D. Gambaran Klinis
Seorang
dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila didapatkan :
- Patah tulang akibat trauma yang ringan.
- Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang.
- Gangguan otot (kaku dan lemah)
- Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas.
E. Pengobatan
Tujuan
pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang.
Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Alendronat berfungsi:
- Mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause
- Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
- Mengurangi angka kejadian patah tulang.
Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan
kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri.
Obat
ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Tambahan fluorida
bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan
menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.
Pria
yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin
D,terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap
kalsium dalam jumlah yang mencukupi.
Jika
kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron. Patah tulang karena
osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan
tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki
dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang
hebat, diberikan obat peredanyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan
terapi fisik.
F. Pencegahan
Pencegahan
osteoporosis meliputi:
- Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup
- Melakukan olah raga dengan beban
- Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).
Minum
2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan
tulang.
Untuk
mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan
sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
Karakteristik
- umur
- jenis kelamin
- keturunan
- etnis
- ukuran tubuh
|
Riwayat Penyakit
- Disfungsi ovarium
- Rematoid arthritis
- hyperparatiroid
- diabetes militus
- stroke
- Mal Absorbsi
- Anorexia Nervosa
|
Osteoporosis
|
Meunoupouse
|
Kebiasaan Hidup
- Merokok
- Alkohol
- Kafein
- Latihan
- Diet
- Obat-obatan
|
Keterangan :
:
Tidak diteliti
:
Diteliti
|
H. Pemeriksaan Penunjang
v Pemeriksaan Fisik
Tinggi
badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian
juga gaya
berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita
dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan
tinggi badan.
v Pemeriksaan Radiologis
Gambaran
radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah
trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra
yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
v Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
Densitas
massa tulang
berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur. untuk menilai hasil
pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:
1.
Normal
bila densitas massa tulang di atas -1 SD
rata-rata nilai densitas massa
tulang orang dewasa muda (T-score)
2.
Osteopenia
bila densitas massa
tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.
3.
Osteoporosis
bila densitas massa
tulang -2,5 SD T-score atau kurang.
4.
Osteoporosis
berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian
pada sistem skeletal yaitu mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan
masalah-masalah yang berkaitan dengan osteporosis, wawancara pasien mengenai
riwayat keluarga, fraktur yang terjadi sebelumnya, kebiasaan diet, pola olah
raga, awitan menopause dan penggunaan steroid. Amati terhadap fraktur, kifosis
thorakal atau pemendekan batang tubuh saat melakukan pemeriksaan fisik.
Riwayat
dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui sebagai
penyebab sekunder osteoporosis. Pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan
penurunan kemampuan untuk mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama
sampai beberapa tahun.
Pengkajian
a)
Identitas
klien
Identitas klien
meliputi jenis kelamin, ras/suku bangsa, usia dan faktor lingkunagan ( pekerja
berat )
b)
Keluhan
Utama
Adanya nyeri yang
timbul pada daerah yang terkena. Nyeri bertambah jika melakukan aktivitas atau
bergerak. Terjadi penurunan tinggi badan dan adanya kifosis. Rasa sakit tulang
punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang, berat badan menurun.
c)
Pola
Nutrisi
Kurangnya asupan
kalsium, pola makan yang tiadak teratur, adanya riwayat perokok dan riwayat
mengkonsumsi alkohol serta riwayat minum – minuman yang juga bersoda.
d)
Pola
eliminasi
Adanya keluhan
konstipasi, konstipasi diakibatkan immobilitas fisik. Pembatasan pergerakan dan
deformitas spinal menyebabkan konstipasi, abdominal distance.
e)
Endokrin
Penurunan hormon
estrogen pada wanita yang memasuki masa menopause. Pada pria apakah terjadi
hipogonadisme.
f)
Pola
Aktivitas
Keterbatasan gerak,
riwayat malas berolah raga dan kelemahan serta aktvitas yang berat.
g)
Neurosensori
Nyeri punggung yang
disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan
indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi vertebral
h)
Pernapasan
Terjadi perubahan
pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada fungsional paru.
i)
Skeletal
Inspeksi dan palpasi
pada daerah columna vertebralis, penderita dengan osteoporosis sering
menunjukkan kiposis dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Adanya perubahan
gaya berjalan,
deformitas tulang, nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah
antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.
B. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
- Resiko terhadap cedera berhubungan dengan fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang, dampak sekunder perubahan skletal dan ketidakseimbangan tubuh.
- Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frakatur baru.
- Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit
- Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
- Konstipasi berhubungan dengan imobilitas fisik
C. Intervensi
- Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
Ø
Tujuan
: nyeri berkurang atau hilang
Ø
Kriteria
hasil : Klien tidak menunjukan tingakatan nyeri
Ø
Intervensi
Keperawatan :
a.
Kaji
tingkat skala nyeri dari interval 0 - 10
b.
Ajarkan
cara menghilangkan nyeri punggung melalui tirah baring
c.
Instruksikan
pasien untuk menggerakkan tubuhnya sebagai satu unit dan hindari memutar.
d.
Pasang
korset lumbosakral untuk menyangga sementara ketika turun dari tempat tidur
e.
Berikan
analgesik narkotik oral saat nyeri punggung ganti menjadi analgesik non
narkotik setelah beberapa hari
- Resiko terhadap cedera berhubungan dengan fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang, dampak sekunder perubahan skletal dan ketidakseimbangan tubuh.
Ø
Tujuan
: Resiko cedera tidak menjadi aktual
Ø
Kriteria
hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi, klien dapat menghindari
aktivitas yang mengakibatkan fraktur
Ø
Intervensi
Keperawatan :
a.
Tingkatkan
aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat
demineralisasi tulang progresif.
b.
Berikan
dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh
yang benar
c.
Hindari
membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat
d.
Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk
meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D
e.
Berikan
support ambulasi sesuai dengan kebutuhan
f.
Bantu
klien untuk melakukan ADL secara hati-hati
g.
Menciptakan
lingkungan yang aman dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.
h.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi obat – obatan misalnaya pemberian terapi hormonal dan
terapi non hormonal.
- Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frakatur baru.
Ø
Tujuan
: Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan
mobilitas fisik.
Ø
Kriteria
: Fungsi fisiologis yang dapat ditolerir
Klien dapat
meningkatkan mobilitas fisik
Ø
Intervensi
Keperawatan :
a.
Kaji
tingkat kemampuan klien yang masih ada
b.
Bantu
klien jika diperlukan latihan
c.
Dorong
latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti berjalan
d.
Instruksikan
klien latihan selama kurang lebih 30 menit dan selingi dengan istirahat dengan
berbaring selama 15 menit
e.
Hindari
latihan fleksi, membungkuk dengan tiba-tiba dan mengangkat beban berat
f.
Anjurkan
untuk pengobatan fisioterapi jika terjadi kifosis berat
- Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit
Ø
Tujuan
: koping adekuat
Ø
Kriteria
hasil : Penilaian diri terhadap penghargaan diri meningkat
a.
Bantu
pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian. Perhatian
sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien bahwa perawat bersedia membantu
mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis sehingga timbul
koordinasi, ajarkan pasien menerima keadaan yang dialami.
b.
Klasifikasi
jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah
diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien selama
perawatan
c.
Bantu
pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan kesuksesan atau
kebanggan saat itu. Ini dapat membantu upaya mengenal diri kembali
d.
Identifikasi
bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang positif. Hal ini akan
mengembalikan rasa percaya diri
e.
Bantu
untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi yaitu pergantian
tulang-tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda,
proses ini berjalan seimbang sehingga terbentuk puncak massa tulang. Setelah terbentuk puncak massa
tulang, tulang masih mengalami pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang
yamg masih muda, tapi proses ini tidak berjalan seimbang dimana tulang yang
diserap untuk diganti lebih banyak dari tulang yang akan menggantikan, maka
terjadi penurunan massa tulang, dan bila keadaan ini berjalan terus menerus,
akan terjadi osteoporosis.
Penyebab
osteoporosis dipengaruhi berbagai faktor dan pada individu bersifat
multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat
dengan mengkonsumsi nutrisi dengan kadar rendah serat - tinggi lemak, kurang
gerak/tidak berolah raga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang
karena konsumsi kalsium masyarakat Indonesia yang masih rendah.
B. Saran
1.
Berikan penjelasan yang jelas
kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah terjangkitnya
osteoporosis.
2.
Penatalaksanaan yang efektif
dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah
terjadinya osteoporosis.
BAB
IV
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS
A.
DEFINISI
Osteoporosis yang lebih dikenal
keropos tulang mnurut WHO adalah penyakit skeletal sistemik dengan
karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari
jaringan tulang dengan akibat
meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap
patah tulang. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa
tulang total.
Menurut konsensus dikopenhagen
1990,osteoporosis didefinisikan sebagai suatu penyakit dengan karateristik
massa tulang yang berkurang dengan kerusakan mikroarsitektur jaringan yang
menyebabkan kerapuhan tulang dan resiko fraktur
yang meningkat (Gonta P, 1996).
B.
KLASIFIKASI
Klasifikasi
osteoporosis dibagi menjadi dua,yaitu:
1) Osteoporosis
primer
Osteoporosis primer terdapat pada
wanita postmenopause (postmenopause osteoporosis) dan laki-laki lanjut usia
(senile osteoporosis). Penyebab osteoporosis ini belum diketahui dengan pasti.
2) Osteoporosis
sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan
oleh penyakit yang berhubungan dengan Chusing’s disease, hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, kelainan hepar, gagal ginjal kronik, kurang gerak,
kebiasaan minum alkohol, pemakaian obat-obatan/kortikosteroid, kelebihan
kafein, dan merokok.
Osteoporosis menurut Djiwantoro
D(1996) dibagi menjadi 5,yaitu:
1) Osteoporosis
postmenopause (Tipe I)
2) Osteoporosis
involutional (Tipe II)
3) Osteoporosis
idiopatik
4) Osteoporosis
juvenil dan,
5) Osteoporosis
sekunder.
1) Osteoporosis
postmenopause(Tipe I)
Merupakan
bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih dan Asia. Bentuk
osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resorpsi tulang yang berlebihan dan
lama setelah penurunan sekresi hormon estrogen pada masa menopause.
2) Osteoporosis
involutional (Tipe II)
Terjadi
pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki-laki. Tipe ini diakibatkan
oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama antara kecepatan resorpsi tulang dan
kecepatan pembentikan tulang.
3) Osteoporosis
idiopatik
Adalah
tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita premenopause dan pada
laki-laki yang berusia dibawah 75 tahun. Tipe ini tidak berkaiotan dengan
penyebab sekunder atau resiko yang mempermudah timbulnya penurunsan densitas
tulang.
4)
Osteoporosis juvenil
Merupakan
bentuk yang jarang terjadi dan bentuk osteoporosis yang terjadi pada anak-anak
prepubertas.
5)
Osteoporosis sekunder
Penurunan
desintas tulang yang cukup berat untuk
menyebabkan fraktur atraumatik
akibat faktor ektrinsik seperti
kelebihan kortikosteroid,artritis reumatoid, kelainan hati,
hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status gonade, dan lain-lain.
C. ETIOLOGI
Osteopirosis postmenopause terjadi
karena kekurangan hormon estrogen(hormon pada wanita),yang membantu mengatur pengangkutan
kalsium kedalam tulang pada wanita. Biasanya terjadi gejala timbul pada wanita
yang berusia 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih
lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita
osteoporosis postmenopause, pada wanita kulit putih dan didaerah timur mudah
menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan
merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kedepatan hancurnya tulang dan pembentukan
tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan
penurunan massa tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini
biasanya hanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan
postmenopause.
Kurang dari lima persn penderita
osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder,yang disebabkan oleh keadaan
medis lainnya atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronik dan kelainan hormonal (terutama tiroid,paratiroid, dan adrenal), dan
obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat ,anti-kejang, dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan daan biasa merokok bisa
memperburuk kedaan ini.
Osteoprorosis juvenil idiopstik
merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal,kadar vitamin yang normal dan tidak
memiliki penyebab jelas rapuhnya tulang.
D.
PATOFISIOLOGI
Genetik, nutrisi, gaya hidup(misal
merokok, konsumsi kafein, dan alkohol), dan aktivitas mempengaruhi puncak massa
tulang. Kehilangan massa tulang mulai terjadi setelah tercapainya puncak massa
tulang. Pada pria massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan
hormonsl mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat
mmenopause dan pada ooforektomo mengakibatkan percepatan resorpsi tulang dan
berlangsung terus selama tahun-tahun pascamenopause.
Diet kalsium dan vitamin D yang
sesuai harus mencukupi untuk mempertahan kan renodelling tulang dan fungsi
tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan msaa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan
harian kalsium yang dianjurkan (RDA: Recommended Daily Alloance) meningkat pada
usia 12 sampai 24 tahun (adolesent dan dewasa muda) hingga 1200 ml/hari, untuk
memaksimalkan puncak masa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800 ml, tetapi
pada perempuan pasca menopause 1000 sampai 1500 ml/h. Sedangkan pada lansia di
anjurkan mengkonsumsi kalsium dalam jumlah tidak terbatas, karena penyerapan
kalsium kurang efisien dan cepat diekskresikan melalui ginjal (smeltzer,2002).
Demikian pula, bahan katabolik
endogen (diproduksi dalam tubuh) dan eksogen dapat menyebabkan osteoporosis.
Penggunaan kortikosteroid yang lama, sindrom cushing, hipertiroidisme, dan
hiperparatiroidisme menyebabkan kehilangan tulang. Obat obatan isoniazid,
heparin, tetraciklin, antasida, yang mengandung aluminium, urosemid,
antikonvulsan, kortikosteroid, dan suplemen tiroid mempengaruhi penggunaan
tubuh dan metabolisme kalsium.
Imobilitas juga mempengaruhi
terjadinya osteoporosis. Ketika di imobilisasi dengan gips, paralisis atau
inaktifitas umum, tulang akan diresorssi lebih cepat dari pembentukannya
sehingga terjadi osteoporosis.
E.
FAKTOR RESIKO
Faktor
penting yang mempengaruhi terjadinya
osteoporosis dapat berasal dari faktor diet, fisik, sosial, medis, iatrogenik,
dan faktor genetik. Kalsium yang tidak memadai, posfet atau protein yang
berlebihan dan juga masukan fitamin yang tidak memadai pada orang tua. Faktor
resiko yamg merupakan faktor fisik yaitu : imobolisasi dan gaya hidup terus
menerus (sedentary). Kebiasaan menggunakan alkohol, sigaret, dan cafein adalah
faktor sosial yang memicu terjadinya osteoporosis.
Selain
faktor di atas, kelainan kronis, endokrinopati, penggunaan kortikostiroid,
penggantian hormon tiroid yang berlebihan, kemoterapi, loopdiuretik, anti
konfulsan, tetrasiklin, dan terapi radiasi merupakan faktor medis dan
iatrogenik. Genetik atau familial, biasanya berhubungan dengan masa tulang sub
optimal masa maturitas.
F.
MANIFESTASI KLINIK
Kepadatan tulang berkurang secara
perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya
osteoporosis tidak menimbulkan gejela pada penderita. Jika kepadatan tulang
berkurang menyebabkan tulang menjadi kolab atau hancur, maka akan timbul nyeri
tulang dan kelainan bentuk. Tulang tulang yang terutama terpengaruh terhadap osteoporosis adalah
radius distal, corpus vertebra terutama mengenai T8 – L4,dan kollum femoris.
Kolab tulang belakang menyebabkan
nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolab secara
spontan atau karena cidera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba tiba dan
dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyri jika
penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh daerah tersebut akan terasa
sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan mennghilang secara bertahap setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka
akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk
Douwager), yang menyebabkan terjadinya ketegangan otot dan rasa sakit.
Tulang
lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau
karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang
panggul.
Selain
itu, yang juga sering terjadi patah tulang lengan (radius) didaerah
persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Pada
penderita osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami penyembuhan secara
perlahan.
G.
DIAGNOSIS
Pada seseorang yang mengalami patah
tulang, diagnosis osteoprosis ditegakan berdasakan gejala, pemeriksaan fisik,
dan rontgent tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk
menyingkirkan keadaan lainnya yang menyebabkan osteoporosis.
Untuk mendiagnosis osteoporosis
sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan
tulang. Pemeriksaan tulang yang paling akurat dual-energy X-ray absorptiometri
(DXA). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulan nyeri, bisa dilakukan dalam
waktu 5 – 25 menit. DXA sangat berguna wanita yang memiliki resiko tinggi
menderita osteoporosis, penderita yang dianosinya belum pasti, dan penderita
yang hasil pengobatannya harus dinilai dengan akurat.
H.
PENCEGAHAN
Pencegahan osteoporosis meliputi :
mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi jumlah
kalsium yang cukup, melakukan olga dengan beban sesuai kemampuan, dan
mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu) mengonsumsi kalsium dalam
jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang
maksimal ( sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D
setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang
sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium.
Sebaikya semua wanita minum tablet
kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium. Olah
raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga tutup kurung akan meningkatkan
kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Ekstrogen
membantu meningkatkan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan
progesteron. Terapi sulih ekstrogen paling efektif dimulai dalam 4 – 5 tahun
setelah menopouse, tetapi jika baru
dimulai lebih dari 6 tahun sertelah menopause, masih bisa memperlambat
kerapuhan tulang dan mengurangi risiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat
menyerupai ekstrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif dari pada ekstrogen
dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara
dan rahim. Untuk mencegah osteoporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat),
bisa diginakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
I.
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk
meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita,terutama yang menderita
osteoporosis,harus mengkonsumsi kalsium dan
vitamin D dalam jumlah yang mencukupi.
Diet tinggi kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang
hidup. Diet ditingkatkan pada awal usia pertengahan karena dapat
melindungi tulang dari demineralisasi
skeletal. Tiga gelas susu krim atau makanan lain yang kaya kalsium (misal
keju,brokoli kukus, salmon kaleng). Untuk mencukupi asupan kalsium perlu
diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Dengan ekstrogen dan progesteron
perlu diresepkan bagi perempuan
menopause, untuk memperlambat
kehilangan tulang dan mencegah
terjadinya patah tulang. Perempuan yang telah menjalani pengangkatan ovarium atau telah mengalami
menopause prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia muda. Ekstrogen dapat
mengurangi resorpsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan
hormon jangka panjang masih dievaluasi. Terapi ekstrogen sering dihubungkan
dengan sedikit peningkatan insiden kanker payudara dan endometrial. Oleh karena
itu, selama HRT klien diharuskan memeriksakan payudaranya setiap bulan dan
diperiksa panggulnya, termasuk asupan papaninicolaou dan biopsi endometrial
(bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.
Pemberian ekstrogen secara oral
memerlukan dosis terendah ekstrogen terkonyugasi sebesar 0,625 mg per hari atau
0,5 mg/hari ekstradiol. Pada osteoporosis,sumsum tulang dapat kembali seperti
pada masa premenopause dengan pemberian ekstrogen. Dengan demikian hal tersebut
menurunkan resiko fraktur.
Perlu juga meresepkan obat-obat
lain,dalam upaya menanggulangi osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium
fluorida, bifosfonat, natrium etidronat, dan alendronat. Alendronat berfungsi mengurangi
kecepatan penyebaran tulang pada wanita pascamenopause, meningkatkan massa
tulang di tulang belakang dan tulang panggul, dan mengurangi angka
kejadian patah tulang. Agar alendronat
dapat diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas air pada
pagi hari dan dalam waktu 30 menit kemudian tidak boleh makan minum lainnya.
Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas,sehingga
setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal 30 menit sesudahnya. Obat ini
tidak boleh diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang
disertai nyeri.
suntikan
subkutan, intramusculer atau semprot hidung. Efek samping, berupa gangguan
gastrointestinal, aliran panas, peningkatan frekuensi urine biasanya terjadi
dan ringan. Natrium flourida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan
tulang,namun kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Natrium
etidronat menghalangi resorpsi tulang osteoklastik, dan dalam penelitian untuk
efisiensi sebagai terapi osteoporosis.
Tambahan flourida bissa meningkatkan
kepadatan tulang tetapi tulang bisa
mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.
Pria ang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan
vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak
menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.
Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis
harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan
pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kalops tulang
belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri,
dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
J.
DAMPAK PSIKOLOGI
Dampak psikologis osteoporosis pada
wanita, merupakan bahasa yang banyak
disampaikan dan akan diuraikan secara singkat pada buku ini. Menurut Dharmo S
(2008), Fraktur osteoporosis menimbulkan banyak kesulitan bagi penderitanya.
Perubahan bentuk tubuh (deformitas, kifosis), kehilangan kemampuan aktivitas
mandiri, gangguan nyeri kronis, dan keterbatasan aktivitas. Depresi, ansietas,
gangguan tidur, dan ketakutan akan jatuh adalah masalah psikologis yang sering
timbul pada klien osteoporosis.
Beberapa penelitian membuktikan,
terdapat hubungan erat antara depresi dan osteoporosis, sifat hubungannya
timbal balik. Ketidak mampuan klien osteoporosis memilih mekasnisme koping yang rasional dalam menghadapi
keterbatasannya, akan memicu timbulnya depresi. Sebaliknya, makin sering
seseorang mengalami stress dan depresi, akan memicu disregulasi hormon tubuh,
khususnya kortisol yang berpengaruh buruk terhadap osteophenia dan
osteoporosis.
Ansitas dan gangguan tidur, termasuk
masalah yang sering di jumpai pada klien osteoporosis. Ansietas bila muncul
dalam bentuk berat berupa serangan panik akut, atau kecemasan berlebihan
terhadap masa depan. Gangguan tidur
sering terkait dengan nyeri kronis, atau BAK yang frekuensi. Ansietas biasanya
timbul dalam bentuk ketakutan yang berlebihan dan kadang tidak masuk akal.
Klien menjadi sangat hati – hati, mengurangi secara drastis kegiatan
olahraganya.
K.
PENGKAJIAN
Dasar pengkajian keperawatan
meliputi promosi kesehatan, identivikasi individu dengan resiko mengalami
osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis.
Wawancara meliputi pertannyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalsm keluarga,
terjadi fraktur sebelumnya, diet konsumsi kslsium harian, pola aktivitas
harian, awitan menopause, penggunaan obat korti koteroid, asupan alkohol,
rokok, dan kafein. Perawat perlu mengkaji gejala yang di alami klien, seperti
sakit pinggang konstipasi, dan gangguan citra diri.
Pada pemeriksaan fisik sering di
temukan fraktur, kifosis vertebra torakalis atau pengurangan tinggi badan.
Masalah mobilitas dan pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan
kelemahan otot. Inaktivitas dapat menyebabkan terjadinya konstipasi.
L.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang dapat di
temukan pada klien fraktur vertebra sepontan akibat osteoporosis
(smeltzer,2002), antara lain kurang pengetahuan tentang proses osteoporosis dan
program terapi, nyeri berhubungan dengan fraktur dan sepasme otot, konstipasi
berhubungan dengan immobilitas aktivitas atau terjadianya ileus (obstruksi
usus), dan resiko terjadi cedera (fraktur berhubungan dengan tulang
osteoporosis). Sedangkan diagnosis keperawatan untuk osteoporosis secara umum
menurut carpenito (1995) adalah resiko tinggi regimen terapeutik tidak efektif
berhubungan dengan insufisiensi pengetahuan, faktor – faktor resiko, terapi
nutrisi dan prefensi.
Berdasarkan dua pendapat di atas,
maka dapat di simpulkan diagnosis keperawatan pada klien osteoporosis adalah
sebagai berikut :
1. Kurang
pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program terapi.
2. Nyeri
berhubungan dengan fraktur dan sepasme otot.
3. Konstipasi
berhubungan dengan inmobilitas atau terjadinya ileus(obstruksi usus).
4. Resiko
terjadinya cidera : fraktur berhubungan tulang osteoporosis.
5. Resiko
tinggi regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan insufisiensai
pengetahuan, faktor - faktor resiko ,terapi nutrisi, dan prefensi.
M.
RENCANA KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan pada
klien osteoporosis di bawah ini disusun meliputi diagnosis keperawatan,
tindakan keperawatan, dan kriterian keberhasil tindakan (kriteria evaluasi).
Diagnosis
Keperawatan: Kurang pengethuan tentang proses osteoporosis dan program terapi.
Tindakan
|
Kriteria
Evaluasi:
|
1. Jelaskan kepada klien tentang faktor yang
mempengaruhi terjadinya osteoporosis, intervensi, dan upaya mengurangi
gejala.
2. Konsultasikan dengan ahli gizi
utuk pemberian kalsium yang cukup.
3. Menjelskan manfaat asupan
kalsium
4. Konsultasikan latihan
pembebanan teratur.
5. Anjurkan modifikasi gaya hidup
seperti mengurangi kafein,
berhenti merokok, dan alkohol.
6.Jelaskan efek samping
konsumsi kalsium,yaitu nyeri
lambung dan distensi abdomen .
7. Minum obat:kalsium sesuai
order
(misal
bersama makanan lain).
8.Anjurkan banyak minum untuk
mencegah pembentukan batu ginjal.
9.Jelaskan pentingnya pemeriksaan
berkala terhadap indikasi kanker payu dara dan endometrium,bila mengkonsumsi
HRT.
|
Klien menjukkan pemahaman
terhadap program terapi :
●Menyebutkan hubungan asupan
kalsium dan latihan terhadap massa tulang;
●Mengkonsumsi diet kalsium dengan
jumlah mencukupi;
●Meningkatkan tingkat latihan;
●Menggunakan terapi hormon yang
di resepkan;
●Menjalani prosedur skrining
sesuai anjuran.
|
Diagnosois
keperawatan : Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
Tindakan
|
Kriteria
Evaluasi
|
1. Anjurkan
klien istirahat ditempat tidur dengan posisi terlentang atau miring
kesamping.
2. Fleksikan
lutut selama istirahat.
3. Berikan
kompres hangat dan pijatan pinggang.
4. Anjurkan
klien untuk menggerakkan ekstremitasnya,namun tidak boleh melakukan gerakan
memuntir.
5. Pasang
korset lumbosakral,untuk menyokong atau imobilisasi sementara ketika klien
turun dari tempat tidur.
6. Berikan
opiod oralpada hari-hari pertama setelah nyeri punggung.
|
Klien
menunjukkan peredaan nyeri:
●
Mengatakan nyeri reda saat istirahat;
●
Rasa ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari;
●
Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur.
|
Diagnosis
keperawatan: Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya
ileus(obstruksi usus).
Tindakan
|
Kriteria
Evaluasi:
|
1. Berikan
diet tinggi serat.
2. Anjurkan
banyak minum sesuai aturan.
3. Berikan
obat pelunak feses sesuai order.
4. Pantau
asupan klien,bising usus,dan aktivitas usus.
|
Klien
menunjukkan pengosongan usus yang normal.
●
Bising usus aktif.
●
Gerakan usus teratur.
|
Diagnosis
Keperawatan : Resiko terjadi cedera:fraktur berhubungan dengan tulang
osteoporosis.
Tindakan
|
Kriteria
Evaluasi
|
1. Dorong
klien untuk latihan memperkuat otot,mencegah atrofi,dan menghambat
demineralisasi tulang progresif.
2. Latihan
osometrik,untuk memperkuat otot batang tubuh.
3. Jelaskan
kepada klien pentingya menghindari membungkuk mendadak,melenggok,dan
mengangkat beban lama.
|
Klien
tidak mengalami fraktur baru:
●
Mempertahankan postur tubuh yang bagus;
●
Mempergunakan mekanika tubuh yang baik;
●
Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D;
●
Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan(berjalan-jalan setiap hari);
●
Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari;
●
Berpartisipasi dalam aktifitas di luar rumah;
●
Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman;
●
Menerima bantuan dansupervisi kebutuhan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Wirakusumah
S. 2007. Mencegah Osteoporosiss. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Yatim
F. 2003. Osteoporosis (Penyakit Kerapuhan Tulang pada Manula). Jakarta: Pustaka Pelopor
Obor.
Bobak,
dkk. 2005. Maternity Nursing Edisi IV, Keperawatan Maternitas. Alih bahasa:
Maria A. Wijayariny dan Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC.
Hilman
Hilmansyah, 2007. Kenali Osteoporosis Sejak Dini dalam http://kliniknet.com/3
September
Lane.
2003. The Osteoporosis Book A Guide for Patient and Their Families, Lebih
Lengkap tentang: Osteoporosis Rapuh Tulang. Alih Bahasa oleh : Eri D. Nasution.
Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Lukmann dan Nurnaningsih.2009.Askep Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Muskuluskeletal. Jakarta:Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar