HORDEOLUM,CHALAZION
&
RETINOBLASTOMA

Di
susun oleh:
Didit
Novianto
Elis
Setyawati
Linda
Rio
Maulana
Rohmatul
Dwi Sasmita
Wiwin
Sumila
Yendra Satria P
PRODI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN
CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.
Wb.
Kami
tim penulis makalah mengenai penyakit mata yang berjudul Hordeolum, Chalazion,
dan Retinobalstoma mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah
ini disajikan dalam bentuk penjelasan,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan mengenai penyakit
mata yang berjudul Hordeolum, Chalazion, dan Retinobalstoma.
Kami
menyadari bahwa dengan menyusun atau menulis makalah ini masih banyak
kekuranganya, kritik dan saran kami harapkan dari teman-teman dan Dosen
pembimbing kami.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan bisa mengembangkan pengetahuan kita tentang Hordeolum,
Chalazion, dan Retinobalstoma.
Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.
Jombang,
Nopember 2010
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir setiap orang mengenal timbilen atau
timbil yang dalam bahasa medis disebut Hordeolum. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai
anak-anak hingga orang tua. Disebutkan bahwa angka kejadian pada usia dewasa
lebih banyak dibanding anak-anak. Tidak ada perbedaan angka kejadian (insidens
rate) antara wanita dengan pria. Adakalanya seseorang mudah banget mengalami
timbilen (berulang). Ibaratnya, baru sembuh yang satu, kemudian muncul lagi
timbil di tempat yang lain.
Selain itu, ada
lagi penyakit mata yang dikenal dengan chalazion dan retinoblastoma. Dimana
kalazion merupakan penyumbatan kronis dari kelenjar mata. Biasanya tanda-tanda
peradangan sudah hilang sehingga pasien tidak mengeluh adanya nyeri. Terapinya
adalah pemberian antibiotic topical dan dapat dipertimbangkan injeksi
kortikosteroid. Namun bila tidak berhasil , perlu dipertimbangkan tindakan
ekskokleasi.
Sedangkan,
Retinoblastoma
adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak
berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
Diman, retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua
kromosom dari satu alel dominan protektif yang berada dalam
pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
a.
Mengetahui dan
mempelajari lebih dalam mengenai penyakit mata yang dikenal dengan Hordeolum,
Chalazion da Retinoblastoma
b.
Mengetahui etiologi,
patofisiologi, pencegahan, pengobatan serta penatalaksanaan pada penderita
Hordeolum, Chalazion, dan Retinoblastoma.
BAB II
HORDEOLUM
DEFINISI
Hordeolum ( stye ) adalah infeksi
atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian
bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus
aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih.
Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan
Moll. Hordeolum bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan.
Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan.
Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan.
Berdasarkan tempatnya, hordeolum
terbagi menjadi 2 jenis :
- Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).
- Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
ETIOLOGI
Hordeolum adalah infeksi akut pada
kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit
(biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokus) ataupun bakteri moraxella. Hordeolum
sama dengan jerawat pada kulit.
Hordeolum kadang timbul bersamaan
dengan atau sesudah blefaritis.
Hordeolum bisa timbul secara berulang.
Hordeolum bisa timbul secara berulang.
PATOFISIOLOGI
- Pembentukan nanah terdapat dalam lumen kelenjar
- Bisa mengenai kelenjar Meibom, Zeis, dan Moll
- Apabila mengenai kelenjar Meibom, pembengkakan agak besar, disebut hordeolum internum.
- Penonjolan pada hordeolam ini mengarah kekulit kelopak mata atau kearah konjungtiva. Kalau yang terkena kelenjar Zeis dan Moll; penonjolan kearah kulit palpebra, disebut hordeolum ekstenum.


Hordeolum
biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi
kelopak mata. Tanda-tanda hordeolum ini sangat mudah dikenali, yakni nampak
adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan.
Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai
dengan pembengkakan kelopak mata.
Pada hordeolum interna, benjolan
akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Keluhan yang kerap
dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak
mata, nyeri takan dan makin nyeri saat menunduk. Kadang mata berair dan peka
terhadap sinar. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah
dengan mengeluarkan nanah.
KOMPLIKASI
Komplikasi Hordeolum terdiri dari :
- Selulitis palpebra
- Abses palpebra
PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh
sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan
secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi
dengan obat antibiotika oral (diminum).
Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut:
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
- Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak
ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-masing jenis
antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
Obat-obat simptomatis (mengurangi
keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen,
asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.
ANJURAN UNTUK PENDERITA
Ajuran untuk penderita hordeolum
yaitu sbb:
- Hindari mengucek-ucek atau menekan hordeolum.
- Jangan memencet hordeolum. Biarkan hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan dengan kasa steril ketika keluar nanah atau cairan dari hordeolum.
- Tutup mata pada saat membersihkan hordeolum.
- Untuk sementara hentikan pemakaian make-up pada mata.
- Lepaskan lensa kontak (contact lenses) selama masa pengobatan.
PENCEGAHAN
- Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di sekitar mata dan Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara perlahan.
- Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
- Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
- Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.
- Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu. *misalnya di jalanan pedesaan.
CARA INSISI
- Diberikan anestesi setempat dengan tetes mata Pantokain.
- Kalau perlu diberikan anestesi umum, misal pada anak-anak atau orang-orang yang sangat takut sebelum diberi anestesi umum.
- Untuk lokal anestesi bisa dipakai prokain 2% dilakukan secara infiltratif dan tetes mata Pantocain 2%.
- Pada hordeolum internum insisi dilakukan pada konjungtiva, kearah muka dan tegak lurus terhadapnya (vertikal) untuk menghindari banyaknya kelenjar-kelenjar yang terkena.
- Pada bordeolum ekstrnum arah insisi horisontal sesuai dengan lipatan kulit.
BAB III
CHALAZION
DEFINISI
Chalazion
adalah benjolan tutup yang disebabkan oleh terhalangnya kelenjar minyak di
dalam kelopak mata atas atau bawah. This lump may
increase in size over days to weeks and may occasionally become red, warm, or
painful. Benjolan ini mungkin peningkatan ukuran lebih dari hari ke
minggu dan kadang-kadang bisa menjadi merah, hangat, atau menyakitkan.


ETIOLOGI
Setiap kelenjar minyak, yang disebut kelenjar Meibomian , menghasilkan
minyak yang mengalir keluar dari kelenjar ke dalam air mata.Pintu keluar minyak
dari kelenjar masing-masing melalui lubang kecil tepat di belakang bulu mata
dari kelopak atas dan bawah. . chalazion A
disebabkan oleh kelenjar minyak menjadi terlalu tebal untuk mengalir keluar
dari kelenjar atau pembukaan kelenjar yang terhalang. , minyak menumpuk di
dalam kelenjar dan membentuk benjolan di kelopak mata. Dinding kelenjar bisa
pecah, melepaskan minyak ke dalam jaringan kelopak mata, peradangan dan
kadang-kadang menyebabkan jaringan parut.
GEJALA
Pada
awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak mata membengkak,
nyeri dan mengalami iritasi.Beberapa hari kemudian gejala tersebut menghilang
dan meninggalkan pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan
tumbuh secara perlahan.Di bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan atau
abu-abu.
Benjolan
pada kelopak yang terjadi dalam beberapa
minggu,keras,tidak hiperemis,tidak nyeri tekan,pseudoptosis,kadang kadang
terjadi perubahan bentuk bols mata akibat tekanan sehingga terjadi kelainan
refraksi.konjungtiva pada daerah tersebut merah dan meninggi.
ü Pembengkakan
kelopak mata atas atau bawah dapat terjadi secara bertahap selama beberapa
minggu.
ü chalazion
Sebuah muncul sebagai benjolan keras lokal yang dapat tumbuh sebagai sebagai
besar 1 / 8 inci.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai
keganasan
PENATALAKSANAAN
Diberikan kompres
hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari,
antibiotic setempat dan sistemik,serta insisi, kadang dapat sembuh atau hilang
sendiri karena di absorbsi,atau dapat dilakukan ekskokleasi isi abses di
dalamnya atau ekstirpasi.Pengompresan akan melunakkan
minyak yang mengeras yang menyumbat saluran dan mempermudah pengaliran serta
penyembuhan.
Kalazio seringkali menghilang
tanpa pengobatan dalam waktu 1 bulan.Jika kalazio terus membesar mungkin perlu
diangkat melalui pembedahan. Diakukan insisi
vertical ke kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva di ikuti kuret bahan
gelatin dan epitel kelenjar.Bila lesi kecil,dapat diberikan injeksi steroid
intralesi atau sebagai kombinasi dari operasi. Pembedahan
biasanya dilakukan dari bawah kelopak mata untuk menghindari pembentukan
jaringan parut di kulit. Dan Obat tetes mata yang mengandung antibiotik
biasanya digunakan beberapa hari sebelum dan sesudah pengangkatan kalazio.
BAB
IV
RETINOBLASTOMA
ANATOMI FISIOLOGI RETINA
Retina adalah suatu membran yang
tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik.
Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora
serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat
makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang
berperan penting untuk tajam penglihatan. Di
tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan
reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat
daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang
di tengahnya agak melekuk dinamakan
eksvakasi foali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk
ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris.
Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel
kerucut (cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh
sel-sel glia yang disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini
membentuk membran pembatas dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas
luar di lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca. Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan merah pada hyperemia.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca. Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan merah pada hyperemia.
Untuk melihat fungsi retina
maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti:
tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan
objektif adalah:
- Elektroretino-gram (ERG)
- Elektro-okulogram (EOG)
- Visual Evoked Respons (VER)
• Fungsi Retina
- Elektroretino-gram (ERG)
- Elektro-okulogram (EOG)
- Visual Evoked Respons (VER)
• Fungsi Retina
Fungsi retina pada dasarnya
adalah menerima bayangan visual yang dikirim
ke otak. Bagian sentral retina atau
daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada
bagian perifer retina.
- Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea, berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan penglihatan warna.
- Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut rhodopsin.
• Komponen-komponen Retina
- Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea, berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan penglihatan warna.
- Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut rhodopsin.
• Komponen-komponen Retina
DEFINISI
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang
berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat
ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar
kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina
dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar
(eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering
terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang
selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma.
Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
Sebagian besar penderita dengan
retinoblastoma aktif ditemukan pada usia 3 tahun, sedang bila terdapat
binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10 bulan. Retinoblastoma
dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi terutama pada anak-anak.
Pada saat terakhir ini terlihat
kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di Indonesia. Kenaikan insiden
tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya penerangan akan
tumor pada anak, sehingga prang tua
penderita lebih cepat memeriksakan mata anaknya.

Contoh
: Retinoblastoma pada usia 3 tahun
ETIOLOGI
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau
diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang
sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang
bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan
secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui
saraf penglihatan ataupun nervus optikus).
PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma merupakan tumor ganas
utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5
tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional, dapat terjadi unilateral
(70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediten
yang diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor dapat
tumbuh ke dalam vitreous (endofilik) dan
tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang sub retina (endofilik).
Kadang-kadang tumor berkembang difus.
Pertumbuhan endofilik
lebih umum terjadi. Tumor endofilik timbul
dari lapisan inti dalam lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe
eksofilik timbul dari lapisan inti luar dan dapat terlihat seperti ablasio
retina yang solid.
Perluasan retina
okuler ke dalam tumor vitreous dapat
terjadi pada tipe endofilik dan dapat timbul sebaran metastase
lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu tumor dapat
meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan
perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah
tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
MANISFESTASI KLINIS
Gejala
retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin
membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di
vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor
terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau
tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak,
melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke
sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi
dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke
kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan, hematogen,ke sumsum tulang
dan visera, terutama hati.
KLASIFIKASI
Ø Terdapat
5 golongan dalm retinoblastoma sbb:
1.
Golongan I,seperti,
Tumor soliter/multiple
kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau
dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2.
Golongan II,seperti,
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10
diameter papil
Prognosis baik
Prognosis baik
3. . Golongan
III,seperti,
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter
berukuran >10 diameter papil
Prognosis meragukan
Prognosis meragukan
4. Golongan IV,seperti,
Tumor multiple sampai ora serata
Progniosis tidak baik
Tumor multiple sampai ora serata
Progniosis tidak baik
5.
Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
Ø Terdapat tiga stadium
dalam retinoblastoma :
1.
Stadium tenang,Pupil lebar, dipupil tampak
refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”
2.
Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
3.
Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
- Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
- Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.
- Elektro-okulogram (EOG)
- Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang.
PENATALAKSANAAN
Semua tujuan terapi adalah merusak
tumor dan mempertahankan penglihatan yang memungkinkan tanpa
membahayakan hidup. Terapi primer retinoblastoma
unilateral biasanya enuklasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu, alternatif
seperti krioterapi, fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.
• Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
• Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
• Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan enuklasi.
• Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.
• Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
• Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
• Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan enuklasi.
• Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Pasien harus terus
dievaluasi seumur hidup karena 20 –
90 % pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas
primer, terutama osteosarkoma.
PROGNOSIS
Tumor
mempunyai prognosis baik bila ditemukan
dini dan intraokuler. Prognosis sangat buruk
bila sudah tersebar ekstra ocular pada
saat pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak melalui saraf
optik yang terkena infiltrasi sel tumor.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi
3, EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar