ACNE VULGARIS

DI
SUSUN :
1.
Alfi S.
2.
Didit N.
3.
Dyah Retno Palupi
4.
Nur Atita
5.
Sofyan
6.
Sri Rahayu
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan
hidayah-Nya saya selaku penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan dengan tema “acne vulgaris” sebagai
tugas keleompok dalam semester ini.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber reverensi
yang relevan, baik buku-buku diktat kedokteran dan keperawatan, artikel-artikel
nasional dan internasional dari internet dan lain sebagainya. Semoga saja
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi
para pembaca pada umumnya.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat
terlepas dari kesalahan. Dan penulis menyadari makalah yang dibuat ini jauh
dari sempurna. Karena itu penulis
merasa perlu untuk meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun
kritikan demi perbaikan yang selalu perlu untuk dilakukan agar kesalahan -
kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Acne vulgaris adalah pembentukan papula, nodul, dan kista pada muka,
leher, bahu, dan punggung akibat sumbatan keratin pada dasar dari kelenjar
minyak (pilosebaseus) di dekat folikel rambut. Sembilan puluh persen dari
penderita adalah mereka dalam usia menjelang dewasa. Bertambahnya produksi
androgen yang terjadi selama pubertas meningkatkan produksi sebum, suatu
pelumas kulit. Sebum bergabung dongan keratin dan membentuk sumbatan.
Pada
acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit pilosebaseus);
papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat yang mengalami
perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah), nodul (dari komedo
tertutup--penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula), dan jaringan
parut. komedo (bisa berwarna putih atau hitam), papul (merah), pustul (menonjol
dan ada peradangan), nodus (menonjol lebih dari 0,5 cm), hingga jaringan
parut hipotrofik (cekung) / hipertrofik (seperti keloid) yang terjadi akibat
kelainan aktif tersebut.
Akne Vulgaris adalah peradangan menahun folikel
pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.
Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi terdiri atas berbagai papul,
pustul, nodul, komedo, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif
tersebut, baik jaringan hipertrofik maupun hipotrofik. Pada kasus ini seorang
pasien laki-laki berumur 20 tahun datang ke poli kulit kelamin RS dengan
keluhan terdapat bintik-bintik di wajah sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya
pasien sering mengeluhkan jerawat di pipi yang banyak, namun kemudian
bintik-bintik tersebut makin banyak setelah pasien sering memecah dan menggaruk
jerawat itu sendiri. Bintik-bintik paling
banyak di bagian pipi dan beberapa di bagian dahi. Terasa gatal, tidak nyeri.

Akne
vulgaris merupakan penyakit polimorfik, universal pada remaja, 99% terjadi pada
wajah, tetapi dapat terjadi pula pada punggung (60%), dan dada (15%). Kulit
berminyak biasanya merupakan salah satu gambaran menonjol.
Akne
vulgaris ( jerawat ) penyakit kulit akibat peradangan kronik folikel
pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa
komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya ( Arif
Mansjoer, dkk. 2000 )
Akne
vulgaris ( jerawat ) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai pilosebasea
( polikel rambut ) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka,
leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup ( white head ),
komedo terbuka ( black head ), papula, pustul, nodus, dan kista ( Brunner &
Suddarth, 2001 )
Acne merupakan kelainan kulit yang
paling sering ditemukan pada remaja dan dewasa muda di antara 12 – 35 tahun.
Laki-laki dan perempuan terkena sama banyaknya, dengan insidensi tertinggi
antara usia 14 – 17 tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16 – 19 tahun
untuk anak laki-laki. Kelainan kulit ini semakin nyata pada pubertas dan usia
remaja, dan kenyataan tersebut mungkin terjadi karena kelenjar endokrin
tertentu yang mempengaruhi sekresi kelenjar sebasea mencapai aktivitas
puncaknya pada usia ini.
B.
Etiologi
a.
intrinsik :
·
Genetik ( herediter )
·
RAS
dimana
orang kulit berwarna lebih jarang terkena daripada orang kulit putih
·
Hormonal
Hormon
androgen mempunyai peranan penting dalam timbulnya jerawat. Hormon ini menjadi
aktif dan banyak jumlahnya pada usia remaja, menjelang menstruasi, dan pada
saat kehamilan. Hormon ini dapat meningkatkan produksi sebum (minyak), tapi
hormone estrogen
mengurangi produksi sebum.
Kadar
hormon androgen pada kulit pasien ternyata lebih tinggi daripada kadar orang
normal. Yang disangka mempunyai peran pada proses keratinitis sel epidermis,
komposisi sebum-sebum permeabelitas saluran pilosebasea. Infeksi bakteri
corybacreium acnes, staphylococcus albus pytyrosporum ovale mempengaruhi banyak
terbentuknya lipase yang penting dalam pembentukkan komedo. Keaktivan kelenjar
sebasea sendiri menentukan timbulnya penyakit, kebanyakan pada orang dengan
kulit berminyak.
·
karena kerja kuman Propionibacterium acnes (proliferasi
dari Propionibacterium acnes)
Bakteri
ini merupakan penghuni normal di permukaan kulit manusia. Ia bisa hidup di
wajah maupun di punggung. Dalam keadaan normal, ia sebetulnya tidak berbahaya.
Cuma, ketika kulit kurang terjaga kebersihannya, ia berulah dan menyebabkan
timbulnya jerawat
·
tingginya produksi kelenjar minyak di kulit (sebum).
Itu
pula sebabnya jerawat mudah dialami orang yang kulitnya berminyak. dua faktor
ini berkumpul, maka jerawat tentu akan lebih mudah terjadi. Artinya, mereka
yang kulitnya berminyak dan kurang menjaga kebersihan lebih berpeluang menjadi
pelanggan jerawat.
·
adanya gangguan proses pengelupasan lapisan kulit luar.
Jika ini terjadi, lapisan kulit yang mestinya
mengelupas itu malah akan menyumbat saluran kelenjar sebum
·
abnormalitas
kretaninisasi folikel sebasea
·
proses inflamasi
sebum,bakteri
( p.acnes ) dan asam asam lemak diduga menyebabkan perkembangan peradangan di
sekeliling saluran pilosebasea dan kelenjar sebasea
b.
ekstrinsik :
·
makan makanan berlemak
·
iklim / suhu /
kelembaban : dimana pada daerah beriklim tropis lebih banyak karena sinar UV,
temperatur dan kelembaban udara mempengaruhi aktivitas kelenjar sebasea.
·
kejiwaan / stress
·
pemakaian kosmetik /
pelembab yang mengandung minyak, minyak rambut (hair pomades) dapat memperburuk akne
·
Obat-obatan pemicu timbulnya akne antara lain:
kortikosteroid oral kronik yang dipakai untuk mengobati penyakit lain ( seperti
lupus eritematosus sistemik atau transplantasi ginjal ), dapat menimbulkan
vistula dipermukaan kulit wajah. Dada dan punggung. Selain itu ada steroid,
lithium, beberapa antiepilepsi, dan iodides.
·
jarang membersihkan
muka yang kotor & berminyak
·
merokok
·
kontrasepsi juga dapat memperburuk akne
·
stress
·
kurang tidur
(istirahat)
·
faktor – faktor mekanik seperti mengusap, menggesek tekanan,
dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne
yag sudah ada. Selain itu obat – obatan juga dapat mencetuskan akne sperti,
kontrasepsi juga dapat memperburuk akne.Akne pada perempuan yang berusia
sekitar 20 an, 30-an dan 40-an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan
pelembab yang dasarnya dari minyak dan menimbulkan komedo
Khusus di punggung, ada beberapa
faktor lain yang menyebabkan jerawat makin mudah muncul. Misalnya pemakaian
baju yang rangkap-rangkap. Efek ini akan makin bertambah jika yang bersangkutan
berada di ruangan yang gerah, panas. Kondisi gerah akan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan keringat. Sementara, pada saat yang sama keringat sulit kering
karena punggung tertutup oleh pakaian yang tebal. Ditambah lagi, dalam kondisi
lembap, kuman juga menjadi lebih mudah berkembang biak.
Ini merupakan salah satu perbedaan
penting antara wajah dan punggung. Wajah berada di daerah terbuka, mudah
terkena debu, tapi tidak lembap. Punggung sebaliknya. Bagian ini berada di
daerah tertutup, tidak mudah kena debu tapi mudah lembap akibat keringat.
Jerawat di punggung juga bisa berupa “jerawat yang tidak biasa”. Bintil-bintil
mirip jerawat tapi bukan acne vulgaris.
Contohnya, erupsi akneformis. Ini
berupa kelainan kulit yang muncul secara tiba-tiba. Bentuknya menyerupai
jerawat tapi bukan jerawat biasa. “Jadi, bintil-bintil di punggung itu tidak
selalu jerawat,” ujar Sandra. Di wajah pun begitu. Umumnya memang jerawat, tapi
tidak semua bintil-bintil adalah jerawat biasa.
Jerawat yang tidak biasa ini misalnya disebabkan oleh efek
samping pemakaian obat. Contohnya, kortikosteroid sistemik dan INH.
Kortikosteroid biasanya digunakan untuk mengobati alergi atau asma. Sedangkan
INH biasa digunakan dalam terapi tuberkulosis paru. Jika seseorang memakai
obat-obat ini lalu timbul bintil-bintil di punggungnya, mungkin saja itu bukan
jerawat biasa, tapi mungkin erupsi akneformis, misalnya.
Contoh lain jerawat yang tidak biasa adalah bintil-bintil di
punggung akibat infeksi jamur tertentu. Bentuknya seperti jerawat biasa.
Seperti kita tahu, jerawat ada yang bentuknya bintil-bintil merah, ada pula
yang bintil-bintil kuning bernanah. Bentuk seperti ini juga bisa dijumpai pada
infeksi jamur tertentu yang lokasinya di punggung.
Secara fisik, bentuk bintil-bintil ini sulit dibedakan dari
jerawat biasa. Yang membedakan adalah rasa gatal yang ditimbulkan. Jerawat
biasa umumnya tidak begitu gatal, sekalipun sampai bernanah. Tapi khusus
jerawat akibat infeksi jamur ini, kata Sandra, gatalnya terasa lebih jelas.
C.
TANDA DAN GEJALA
·
Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika
disentuh (tenderness).
·
Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris
·
Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan
gejala sistemik disebut sebagai acne fulminans.
·
Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak
psikologis, tanpa melihat tingkat keparahan penyakitnya
·
Erupsi pada kulit ditempat predileksi yaitu muka, bahu,
punggung bagian atas, leher, dada dan lengan bagian atas yang berupa
komedo, papul, pustule,nodus atau kista dapat disertai rasa gatal. Isi komedo
adalah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya berupa pus dan darah.
Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan
lengan bagian atas.
D.
Klasifikasi Akne Vulgaris
Akne diklasifikasikan sebagai berikut:
·
Komedonal ( komedo hitam dan komedo putih )
Komedo terbuka

Komedo
tertutup

Komedo putih / komedo tertutup
kemungkinan besar akan berkembang menjadi pustule dan papula
·
Papulopustular ( papula dan Postula )
papula
(komedo tertutup yang pecah), pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan
pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah)


VARIAN AKNE :
·
Ekskoriata terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat
secara obsesif, dengan demikian dapat menimbulkan jaringan parut yang banyak
sekali

·
Akne konglobata merupakan bentuk akne kistik yang paling
berat dengan kista profunda, komedo multiple dan jaringan parut yang nyata.
Keadaan ini dapat disertai demam, dan mungkin pasien perlu dirawat dirumah
sakit

·
Akne keloidalis memiliki jaringan parut dan keloid multiple
di tempat – tepat terdapat lesi akne.

E.
Komplikasi
Lesi
akne dapat berlanjut menjadi permanent scarring.Lesi paling dini yang tampak
pada kulit adalah komedo. Komedo putih/komedo tertutup kemungkinan besar akan
berkembang menjadi papula dan pustule. Komedo hitam/ komedo terbuka memiliki
sumbatan berwarmna gelap yang menutup saluran pilosebasea. Komedo ini
menghalangi aliran sebum ke permukaan. Sebum,bakteri ( P. acnes ) dan asam-asam
lemak diduga menyebabkan perkembangan peradangan di sekeliling saluran
pilosebasea dan kelenjar sebasea.
Sekali aliran sebum ke permukaan
dihambat oleh komedo,P. acnes akan menghasilkan lipase yang mengubah sebu,m
trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam-asam ini bila dikombinasikan dengan
bakteri, akan menghasilkan respon peradangan pada dermis. Peradangan ini akan
menyebabkan terbentuknya papula eritematosa, pustule yang meradang dan kista
yang juga meradang.pad saatnya. Pustule dan kista akan pech, mongering dan
sembuh. Papula dan kista yang lebih dalam akan meninggalkan parut
permanen,sedangkan jerawat ringan akan sembuh tanpa patut. Kecenderyngan untuk
menimbulkan jaringan parut pada kulit juga bergantung pada masing-masing
individu dan lebih besar bila individu berusaha untuk mengosongkan isi lesi
tersebut. Semua jaringan parut umumnya akan membaik seiring waktu kecuali jenis
keloid dan jaringan parut yang berubah.
F.
Tingkatan acne
1. Akne ringan : komedo < 20. Lesi
inflamasi < 15 atau total lesi < 30

2. Akne sedang : komedo 20-100 stsu
lesi inflamasi 15-20, atau total lesi 30-125
3. Akne berat : kista > 5, komedo
> 100, atau lesi inflamasi > 50, total lesi > 125

G. Proses
terjadinya acne vulgaris
- Hiperkeratinisasi folikuler. Kelenjar minyak di dalam kulit kita memiliki saluran yang berhubungan dengan dunia luar. Saluran ini dilapisi oleh folikel. Namun ada kalanya folikel-folikel tersebut menebal dan sulit lepas sehingga sebum (minyak) yang dihasilkan oleh kelenjar menjadi tersumbat.
- Peningkatan produksi sebum. Ini dipengaruhi oleh hormon androgen.
- Kolonisasi Propionibacterium acnes (bakteri penyebab jerawat). Bakteri ini bekerja secara anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Oleh karena kondisi anaerob akibat hiperkeratinisasi folikuler, lama-kelamaan jumlah bakteri menjadi semakin banyak.
- Inflamasi. Sebum merupakan makanan bagi Propionibacterium acnes. , Sebum dipecah menjadi asam lemak bebas. asam lemak bebas masih terbentuk dari trigliserida dalam sebum sehingga kekentalan sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea. Asam lemak bebas yang semakin banyak akhirnya dipecah dan oleh karena hal ini bukan sesuatu yang normal terjadi, maka oleh tubuh dianggap sebagai suatu benda asing dan terjadilah reaksi imun (kemotaktik) dan inflamasi di sekitarnya (komedogenik ). Pembentukkan pus, nodus, dan kista terjadi sesudahnya
Hasil
dari inflamasi yang terjadi di dalam kulit kita dapat kita lihat dari luar
sebagai munculnya jerawat yang merah, nyeri, lama-lama berisi pus (nanah), yang
sering kali dipecahkan.
H.
Pencegahan
Cara
termudah untuk mencegah munculnya jerawat yaitu dengan menghindari atau
melakukan kebalikannya dari hal-hal penyebab munculnya jerawat diatas. Berikut
ini ada beberapa tips agar Jerawat enggan bertandang di wajah kita lagi :
ü Agar pencegahan berjalan maksimal, pertama-tama harus dicari dulu
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kuman, maka harus rajin mandi agar
kebersihan terjaga, jika perlu mandi tiga kali sehari. Untuk sabun tak perlu
sabun khusus, sabun mandi biasa yang bukan sabun antiseptik pun sudah cukup
efektif untuk mencegah kuman datang. Selain itu sabun mandi biasa juga bisa
mencegah jerawat akibat produksi kelenjar minyak yang berlebih
ü boleh diminum bersama antasid atau produk dari susu, karena akan
mengikat trasiklin menjadi senyawa yang tidak larut, sehingga mengurangi
absorpsinya.
ü Gunakan pembersih khusus seperti lotion atau sabun khusus untuk
kulit berjerawat.
ü Selalu jaga kebersihan kulit wajah, tangan, serta perangkat rias.
Begitu juga dengan kebersihan rambut, terutama jika rambut Anda panjang dan
berponi, karena minyak serta kotoran yang ada pada rambut dapat menempel pada
kulit muka yang akhirnya dapat memicu produksi sebum berlebihan dan munculnya
jerawat.
ü Pilih kosmetik yang larut dalam air, hindari kosmetik yang
mengandung minyak.
ü Hindari makan makanan yang berlemak.
ü Hindari merokok.
ü Tidur (istirahat) yang cukup.
ü Hindari stres.
ü Mengonsumsi makanan sehat dan seimbang.
ü Makan buah untuk membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
ü Minum air putih (minimal 8 gelas sehari) untuk membersihkan ginjal
dan hati serta mengeluarkan racun dari dalam, sehingga kulit menjadi sehat,
bersih dan cerah.
ü Olahragalah secara teratur.
I.
Prognosis
·
Pada pria, akne biasanya menghilang pada usia dewasa muda.
Lima persen pria masih memiliki akne pada usia 25 tahun.
·
Pada wanita, 12% masih memiliki akne di usia 25 tahun,
sedangkan 5% masih memiliki akne di usia 45 tahun.
·
Rata-rata prognosis orang dengan akne adalah baik.
J.
insidens
Akne
vulgaris biasanya terjadi pada seseorang antara usia 40 dan 60 tahun.Akne
vulgaris dimulai pada usia pubertas/prapubertas. Akne mengenai hamper semua
remaja usia 13-19 tahun.dan akne merupakan penyakit terbanyak remaja usia 15-18
tahun.
Akne
sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan hilang
dengan sendirinya pada usia sekitar 20 – 30 tahun. Walaupun demikian ada banyak
juga orang setengah baya yang mengalami serangan akne. Akne tidak terdapat pada
laki – laki yang dikastrasi sebelum puberitas atau pada perempuan yang sudah
diooforektomi.
K.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
akne memerlukan pendekatan pada prinsip patogenesis akne dengan menghilangkan
obstruksi pada saluran sebasea, menurunkan produksi sebum, mengurangi populasi
bakteri folikuler dan pengobatan yang ditujukan untuk mendapatkan efek anti
inflamasi.
Pengobatan
pada kasus ini diperlukan Pengobatan topikal. Pengobatan topikal dilakukan
untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat
peradangan penyembuhan lesi.
Obat
topikal yang dapat digunakan yaitu Retinoid topical merupakan komedolitik
dan anti inflamasi isotretinoin, tretinoin, adapalene dan Antibiotik
topical yang berfungsi untuk melawan Propionibacterium acnes, erythromycin,
clindamycin saja atau kombinasi dengan benzoyl peroxida.
Pengobatan
sistemik yang diperlukan yaitu antibakteri sistemik ; tetrasiklin (250 mg – 1,0
g/hari), doksisiklin (50mg/hari), eritromisin (4x250 mg/hari, azitromisin 250
mg-500mg seminggu 3 kali. Obat hormonal estrogen (50mg/hari selama 21
hari), antiadrogen siproteron asetat (2 mg/hari), prednison (7,5mg/hari) atau
deksametason (0,25-0,5mg/hari). Vitamin A sebagai (50.000 ui-150.000
ui/hari. Antiinflamasi non-steroid ibuprofen (600 mg/hari) dapson (2x100
mg/hari), seng sulfat (2x200mg/hari)
Terapi
terbaru yaitu spironolakton yang dikombinasik dengan terapi hormonal estrogen
dan antiandrogen terhadap akne, apabila akne disertai gejala sebore ataupun
hipertrikosis.
Terapi
sinar biru adalah terapi akne dengan memakai sinar biru yang dapat membunuh
P.acne .
Pada
kasus ini terapi pada pasien yaitu medikamentosa dengan pemberian asam Vitamin
A topical 2 kali sehari, pengobatan topikal ini dilakukan untuk mencegah
pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat peradangan penyembuhan
lesi. Terapi lainnya dengan menggunakan antibiotik topical yaitu ertomycin
2 kali sehari berfungsi untuk melawan Propionibacterium acnes.
a) Farmakokinetik
Tetrasiklin diabsorpsi 60-80% melalui saluran gastrointestinal. Jika
dimakan bersama makanan yang mengandung produk dari susu, maka hanya 10-30%
yang diabsorpsi. Efek pengikatan pada proteinnya sedang; tetapi jika diminum
bersama obat-obat yang tinggi berikatan dengan protein, dapat terjadi
pengambilalihan tempat obat. Waktu paruh obat ini adalah 6-12 jam; obat ini
biasanya diminum dua kali sehari. Obat ini diekskresikan tanpa mengalami
perubahan ke dalam urin.
Tetrasiklin
menghambat sintesis protein bakteri. Obat ini dipakai untuk pengobatan Acne
dengan dosis rumatan yang lebih rendah dalam jangka waktu beberapa bulan.
b) Therapy
Pengobatan akne meliputi penghentian pemakaian semua faktor yang
dapat mmperberat akne seperti pemakaian make up dan krim pelembab yang bahan
dasarnya terbuat dari minyak. Pembersihan dan penggosokan wajah dengan sabun
dapat melenyapkan minyak diperlukan kulit dan melepaskan beberapa komedo.
Dianjurkan dengan memakai sabun seperti dial, pernox, postek, neutrogenadan
desquam-X wash dan benzoil peroksida
c)
Tindakan nonfarmakologik
Tindakan nonfarmakologik harus dicoba sebelum memulai terapi
obat. Agen pembersih yang diresepkan atau yang disarankan diperlukan untuk
semua jenis Acne. Kulit harus dengan lembut dibersihkan beberapa kali dalam
sehari. Harus dihindari menggosok kuit kuat-kuat. Diet yang baik dan seimbang
juga diperlukan. Dulu pernah dipakai vitamin A megadosis untuk mengobati
Vitamin A bersifat larut dalam lemak dan akan terkumpul dalam jaringan,
terutama pada hati, untuk jangka panjang; oleh karena itu vitamin A dalam dosis
berlebihan dapat sangat toksik, sehingga pemberian vitamin A dalam megadosis tidak
lagi merupakan terapi yang berlaku untuk mengobati Acne. Vitamin A dosis tinggi
juga dapat menimbulkan efek teratogenik pada janin. Juga disarankan untuk
mengurangi stres emosional dan meningkatkan dukungan emosional. Jika terapi
tidak diperlukan, maka tindakan nonfarmakologik perlu tentu dilakukan.
d) Farmakoterapi Jerawat
Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk
mencegah komplikasi.Secara umum ada dua golongan:
i.
Retinoid, misalnya:
·
Isotretinoin
Isotretinoin merupakan bentuk isomer 13-cis sintetis
dari tretinoin yang terjadi secara alami (trans-retinoic acid). Struktur kedua
agen tersebut berhubungan dengan vitamin A. Menurunkan ukuran kelenjar sebaseus
dan produksi sebum. Juga menghambat diferensiasi kelenjar sebaseus dan keratinisasi
abnormal.Pasien wanita haruslah memberikan informed consent secara tertulis
(dan menandatanganinya), yang menyatakan bahwa mereka akan menggunakan
kontrasepsi selama menjalani terapi dan untuk 30 hari paskaterapi.
Total dosis kumulatif yang direkomendasikan sebesar
120-150 mg/kg berat badan, dosis awal (starting dose) sebaiknya <0.5 mg/kg
berat badan/hari PO, kemudian dosis dapat dinaikkan hingga 1 mg/kg berat
badan/hari.
·
Tretinoin(Retin-A, Retin-A
Micro, Avita)
Mekanisme Kerja :
Menghambat pembentukan microcomedo. Menormalkan diferensiasi
epidermis folikuler dan menunjukkan (meng-exhibit) anti-inflammatory
properties. Tersedia dalam krem 0.025%, 0.05%, dan 0.1%. Juga tersedia dalam
bentuk gels 0.01% dan 0.025%.
Dosis :
Dosis :
Dimulai dengan formulasi tretinoin dosis terendah dan dapat
ditingkatkan sesuai toleransi tubuh. Berikan hs (sebelum tidur) atau qod.
Turunkan dosis bila terjadi iritasi.
·
Adapalene(Differin)
Mekanisme Kerja :
Turunan (derivative) asam naptoat (naphthoic acid) yang mampu
mengikat reseptor asam retinoat (retinoic acid). Menormalkan diferensiasi
epidermis folikuler dan menunjukkan (meng-exhibit) anti-inflammatory
properties. Tersedia dalam sediaan (formulation) krem, gel, solution, dan
pledget.
Dosis
Berikan sedikit pada kulit yang berjerawat, diberikan: qd.
Dosis
Berikan sedikit pada kulit yang berjerawat, diberikan: qd.
·
Tazarotene(Tazorac,AVAGE)
Mekanisme Kerja :
Prodrug retinoid yang memiliki active metabolite modulates
differentiation dan proliferation of epithelial tissue; juga memiliki efek
antiperadangan (anti-inflammatory) dan immunomodulatory properties. Tersedia
preparat krem dan gel 0.05% dan 0.1%.
Dosis
Berikan sedikit saja pada area yang berjerawat, diberikan: qd.
Dosis
Berikan sedikit saja pada area yang berjerawat, diberikan: qd.
ii.
Antibiotik, misalnya:
·
Minocycline (Dynacin, Minocin)
Mekanisme
Kerja :
Mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme gram-negatif dan gram-positif. Juga infeksi yang disebabkan oleh organisme klamidia (chlamydial), riketsia (rickettsial), dan mikoplasma (mycoplasmal).Tersedia dalam preparat 50mg, 75mg, dan 100mg.
Mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme gram-negatif dan gram-positif. Juga infeksi yang disebabkan oleh organisme klamidia (chlamydial), riketsia (rickettsial), dan mikoplasma (mycoplasmal).Tersedia dalam preparat 50mg, 75mg, dan 100mg.
Dosis :
dewasa 50-100
mg PO bid.
Dosis anak-anak: <8 tahun: tidak direkomendasikan. >8 tahun: mula-mula 4 mg/kg berat badan PO, diikuti dengan 2 mg/kg berat badan q12h.
Dosis anak-anak: <8 tahun: tidak direkomendasikan. >8 tahun: mula-mula 4 mg/kg berat badan PO, diikuti dengan 2 mg/kg berat badan q12h.
·
Doxycycline (Bio-Tab, Doryx,
Vibramycin)
Mekanisme Kerja :
Mekanisme Kerja :
Agen
antibakteri yang efektif melawan organisme gram-positive dan gram-negative.
Dosis :
Tersedia dalam preparat 20mg, 50mg, dan 100mg.
Dosis dewasa: 100 mg PO bid.
Dosis anak-anak: <8 tahun: tidak direkomendasikan. >8 tahun: 2-5 mg/kg berat badan/hari PO/IV dalam 1-2 dosis. terbagi; sebaiknya tidak melebihi 200 mg/hari.
Tersedia dalam preparat 20mg, 50mg, dan 100mg.
Dosis dewasa: 100 mg PO bid.
Dosis anak-anak: <8 tahun: tidak direkomendasikan. >8 tahun: 2-5 mg/kg berat badan/hari PO/IV dalam 1-2 dosis. terbagi; sebaiknya tidak melebihi 200 mg/hari.
·
Tetracycline (Sumycin)
Mekanisme Kerja :
Mekanisme Kerja :
Agen
antibakteri yang efektif melawan organisme gram-positive dan gram-negative.
Dosis :
Dosis dewasa: 250-500 mg PO q6h
Untuk infeksi ringan sampai sedang: 500 mg PO bid atau 250 mg PO qid untuk 7-14 hari.
Dosis anak-anak: <8 tahun: : tidak direkomendasikan. >8 tahun: 25-50 mg/kg/hari (10-20 mg/lb) PO dibagi qid
Dosis dewasa: 250-500 mg PO q6h
Untuk infeksi ringan sampai sedang: 500 mg PO bid atau 250 mg PO qid untuk 7-14 hari.
Dosis anak-anak: <8 tahun: : tidak direkomendasikan. >8 tahun: 25-50 mg/kg/hari (10-20 mg/lb) PO dibagi qid
·
Trimethoprim/sulfamethoxazole
(Bactrim, Bactrim DS, Septra, Septra DS).
Mekanisme Kerja :
Antibiotik dengan aktivitas melawan banyak organisme gram-positive dan gram-negative. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihidrofolat (dihydrofolic acid).
Mekanisme Kerja :
Antibiotik dengan aktivitas melawan banyak organisme gram-positive dan gram-negative. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihidrofolat (dihydrofolic acid).
Dosis :
Tersedia dosis
80 mg trimethoprim dan 400 mg sulfamethoxazole atau 160 mg trimethoprim dan 800
mg sulfamethoxazole (kekuatan ganda).
Dosis dewasa : 160 mg TMP/800 mg SMZ PO q12h
Dosis dewasa : 160 mg TMP/800 mg SMZ PO q12h
Dosis
anak-anak: 8 mg/kg berat badan/hari TMP/40 mg/kg berat badan/hari SMZ PO/IV
dibagi q12h.
Saat digunakan
antibiotik sistemik atau topikal, sebaiknya digunakan bersama dengan benzoyl
peroxide untuk mengurangi risiko terjadinya resistance.
1.
Topical treatments
Antibiotic topical yang digunakan untuk mengobati akne, papula dan
pustula superpisial adalah klindamisin dan ertromisin.Topical retinoids
bersifat comedolytic dan anti-inflammatory.Topical retinoids yang paling banyak
diresepkan termasuk adapalene, tazarotene, dan tretinoin. Topical retinoids
menipiskan stratum corneum, dan berkaitan erat dengan sun sensitivity.
Nasihatilah pasien untuk berlindung dari sinar matahari (sun protection),
misalnya dengan memakai topi, tabir surya, dll.
Antibiotik topikal yang yang umum diresepkan termasuk erythromycin
dan clindamycin dosis tunggal atau dikombinasikan dengan benzoyl peroxide.
Bahan-bahan iritasi, misalnya resorsinol 3%, asam salisilat 3-5%,
asam° vit. A 0,05%. Anti bakteri, misal : tetrasiklin 1%,
eritromisin 1%, peroksida° benzoil
2,5%. Lain-lain : sulfur 4-20%,
kortikosteroid, etil laktat 10% dalam° gliserin
5-10% dan etanol 80%.
2.
Systemic treatments
Antibiotik sistemik merupakan terapi mainstay untuk jerawat. Antibiotik
kelompok tetracycline umumnya diresepkan untuk akne. Semakin antibiotik
bersifat lebih lipofilik, seperti doxycycline dan minocycline, biasanya lebih efektif
daripada tetracycline. Antibiotik lainnya, seperti: trimethoprim, dosis tunggal
atau dikombinasi dengan sulfamethoxazole, dan azithromycin, dilaporkan bermanfaat.
Antibiotik sistemik merupakan therapy utama untuk akne popular dan
pustular ropunda. Pasien biasanya diberi tetrasiklin, eritromisin dan
minosiklin.
Anti bakteri : tetrasiklin, minosiklin, kotrimoksasol,
lingkomisin,klindamisin.
Hormon : estrogen, anti androgen, kortikosteroid { intolesi }.Retinol dan vitamin A.°
Lain-lain : anti inflamasi non steroid { ibuprofen }, dapson.
Hormon : estrogen, anti androgen, kortikosteroid { intolesi }.Retinol dan vitamin A.°
Lain-lain : anti inflamasi non steroid { ibuprofen }, dapson.
Acne
yang ringan mungkin memerlukan pembersihan yang lembut dan pemakaian
keratolitik (pelarut keratin, seperti benzoil peroksida, resorsinol, asam
salisilat). Benzoil peroksida dioleskan sebagai krim, losion, atau gel sekali
atau dua kali sehari. Agen ini melonggarkan permukaan epidermis bagian luar
yang bertanduk. Acne yang sedang beratnya membutuhkan benzoil peroksida dalam
konsentrasi yang lebih tinggi (10%), dan antibiotik topikal, seperti
tetrasiklin, antramisin, klindamisin, atau meklosiklin, dapat dipergunakan.
Tetrasiklin oral dapat merupakan bagian dari regimen obat. Untuk Acne yang
berat, antibiotik oral (tetrasiklin pilihani atau critromisin), dan
glukokortikoid topikal dapat diresepkan.
Putih
telur dan mentimun adalah dua bahan alami yang mampu membantu menghilangkan
jerawat di punggung. Jika fungsi dari putih telur adalah untuk mengangkat
sel-sel mati, mentimun untuk menghilangkan nota hitam di kulit. Namun, ada cara
untuk mengolah kedua bahan alami tersebut agar berfungsi dengan maksimal.
Berikut cara mengolahnya:
- Pisahkan putih telur dengan kuningnya, kemudian kocok putih telur hingga kaku.
- Potong kecil-kecil mentimun, kira-kira sekitar 3 cm.
- Masukan putih telur dan mentimun kedalam blander hingga menjadi jus.
- Blender kedua bahan tersebut lalu oleskan ke punggung yang berjerawat hingga kira-kira 15 menit. Kemudian bilas dengan air hangat.
Jika jerawat sudah lenyap, maka permasalahan bisa dikatakan
baru saja dimulai. Agar tidak terjangkit jerawat menjengkelkan ini lagi,
alangkah bijaksananya mencegah daripada mengobati.
J. pemeriksaan diagnostic
·
Pada pasien wanita dengan nyeri
haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi hormonal sebaiknya
dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah diukur kadar testosteron
totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S,
luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH).
·
Kultur lesi kulit untuk me-rule
out gram-negative folliculitis amat diperlukan ketika tidak ada respon terhadap
terapi atau saat perbaikan tidak tercapai.
·
Pemeriksaan Histopatologis
Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi
dengan a plug of loosely arranged keratin. Seiring kemajuan (progression)
penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo
terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis dan dapat robek (rupture).
Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa follicular rupture.
Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign body reaction).
Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis dapat
berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring).

igure
1 Comedonal acne - on forehead with
open and closed comedones

Figure 2 Papulopustular acne - numerous erythematous papules and
pustules on the face
figure
3 Cystic acne on the chest with
erythematous nodules, crusts and scarring
Figure
4 Inflammatory acne with comedones,
erythematous papules and nodules on the back of a teenager
K.
Asuhan keperawatan
·
Pengkajian
i.
Data Subjektif
ü Pasien mengeluh gatal pada wajah
ü Pasien mengeluh nyeri bila disentuh
ü Pasien mengeluh tentang bagian tubuhnya
yang terdapat jerawat
ü Pasien mengatakan takut tentang
bekas jerawatnyA
ü Pasien mengatakan tidak tahu tentang
cara mengatasi jerawatnya
ii.
Data Objektif
ü Terdapat komedo pada wajah, bahu,
leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas
ü Terdapat pus
ü Terdapat darah
ü Pasien tampak cemas
ü Pasien tampak bertanya-tanya tentang
wajahnya
ü Pasien tampak sering menggaruk-garuk
wajahnya
·
Pemeriksaan Fisik
Acne vulgaris bercirikan adanya
komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous. Komedo dapat
berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa
disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun.
Papula dan pustula terangkat
membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang nyata.Wajah dapat menjadi
satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat; namun dada, punggung, dan
lengan atas juga sering terkena jerawat.
Pada akne komedo (comedonal acne),
tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo (comedonal lesions) merupakan lesi akne
yang paling awal, sedangkan komedo tertutup (closed comedones) merupakan lesi
precursor dari lesi peradangan (inflammatory lesions).
Akne peradangan yang ringan (mild
inflammatory acne) bercirikan adanya komedo dan papula peradangan.
Akne peradangan yang sedang
(moderate inflammatory acne) memiliki komedo, papula peradangan, dan pustula.
Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan dengan akne peradangan yang
lebih ringan.
Acne nodulocystic bercirikan komedo,
lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang berdiameter lenih dari 5 mm.
Seringkali tampak jaringan parut (scarring)
·
Diagnosa Keperawatan
ü Resiko terjadi penyebaran infeksi
b/d pertahanan primer tidak adekuat
ü Nyeri b/d proses peradangan
ü Gangguan perubahan citra tubuh b/d
keadaan luka
ü Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
tentang penyakitnya
ü Ansientas b/d kecacatan
ü Kerusakan integritas kulit b/d
kerusakan permukaan kulit
·
Rencana Keperawatan dan evaluasi
ü Dx 1
Intervensi:
1. Observasi keadaan luka pasien
2. Gunakan tehnik septic dan aseptic
selama perawatan luka
3. Tekankan tehnik cuci tangan yang
baik untuk setiap individu yang kontak dengan pasien
4. Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional:
1. Mengetahui keadaan luka pasien
2. Mencegah terpajan organism infeksius
3. Mencegah kontaminasi silang dan
menurunkan resiko penyebaran infeksi
4. Antibiotic dapat membantu mengurangi
penyebaran infeksi
Evaluasi: “tidak terjadi penyebaran
infeksi akibat luka jerawat”
ü Dx 2
Intervensi
1. Observasi tingkat nyeri pasien(skala
0-10)
2. Ajarkan pasien tehnik
distraksi,relaksasi
3. Beri posisi yang nyaman
4. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional :
1. Mengetahui derajat nyeri pasien
2. Distraksi relaksasi dapat membantu
meringankan nyeri
3. Memberikan kenyamanan pada pasien
sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
4. Pemberian analgetik dapat membantu
meringankan derajat nyeri pasien
Evaluasi: “ Nyeri pasien dapat
diatasi”
ü Dx 3
Intervensi
1.
Observasi makna perubahan yang dialami oleh pasien
2.
Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan
3.
Catat perilaku menarik diri : peningkatan ketergantungan,
manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
Rasional
1.
Mengetahui perasaan pasien tentang keadaannya dan control
emosinya
2.
Dukung keluarga dan orang terdekat dapat mempercepat proses
penyembuhan
3.
Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi
lanjut dan terapi lebih ketat
Evaluasi: “ pasien tidak lagi
mengalami gangguan perubahan citra tubuh”
ü Dx 4
Intervensi
1. Diskusikan tentang perawatan
kulit,contoh :penggunaan pelembab dan pelindung sinar matahari
2. Berikan HE tentang Higiene,pencegahan
dan pengobatan penyakitnya
3. Tekankan pentingnya mengevaluasi
perawatan
Rasional
1.
Meningkatkan perawatan diri setelah pulang dan kemandirian
2.
Meningkatkan pengetahuan pasien
3.
Dukungan jangka panjang continue dan perubahan terapi
dibutuhkan untuk mencapai penyembuhan optimal
Evaluasi: “ Pasien mengetahui
tentang hygiene, pencengahan dan pengobatan bekas jerawatnya
ü Dx 5
Intervensi
:
1. Observasi derajat ansietas pasien
2. Informasikan pasien bahwa
perasaannya normal
3. Berkan kenyaman fisik, lingkungan tenag
dan istirahat
Rasional :
1. Mengetahui tingkat ansietas pasien
sehingga dapat memberikan HE yang tepat
2. Pemahaman bahwa perasaan normal
dapat membantu pasien meningkatkan beberapa perasaan kontrol emosi
3. Rasa nyaman dapat meningkatkan
relaksasi sehingga membantu menurunkan ansietas
Evaluasi: “ Ansietas pasien dapat
diatasi”
ü Dx 6
Intervensi
:
1. Obeservasi atau catat ukuran,
warnadan keadaan kulit di ara sekitar luka
2. Ubah posisi dengan sering
3. Beri perawatan kulit sering agar tidak
terjadi kering atau lembab
Rasional :
1. Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya
2. Memperbaiki sirkulasi darah
3. Terjadi kering / lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan
1. Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya
2. Memperbaiki sirkulasi darah
3. Terjadi kering / lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan
Evaluasi: “ Tidak terjadi kerusakan
integritas kuli”
Daftar pustaka
R.M. Suryadi Tjekyan; Kejadian dan
Faktor Resiko Akne Vulgaris; Media Medika Indonesiana; 2009
2. Harper JC. Acne Vulgaris.
Available from: eMedicine Specialities USA. Januari 2007
3. Djuanda A. Hamzah M, Aisyah S. : Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, 4th Ed, FKUI Jakarta, 2005
4. Harahap Marwali, Ilmu Penyakit
Kulit, Jakarta, Hipokrates, 2000, hal 88-94.
Sularsito, et all, 1986, Dermatologis Praktis
Edisi 1, Perkumpulanú Ahli Dermato – Venerelogi Indonesia,
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,ú EGC, Jakarta.
Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 1983, Ilmu Penyakit Kulit Danú Kelamin Edisi III, FKUI, Jakarta.
Harahap, Mawarli, 1990. Penyakit Kulit. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,ú EGC, Jakarta.
Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 1983, Ilmu Penyakit Kulit Danú Kelamin Edisi III, FKUI, Jakarta.
Harahap, Mawarli, 1990. Penyakit Kulit. Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
2. Djuanda, A . 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . FKUI : Jakarta.
3. Phipet.blog.friendster.com/2008/04/pengaruh – menstruasi terhadap/jerawat – akne – vulgaris
4. Http=//mariasonhaji.wordpress.com/2008/12/02/antibiotika – topical/
5. Luknanrohimin.bog spot.com/2008/03/asuhan – keperawatan – aknevulgaris
6. Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga. Media Aesculapius: Jakarta
2. Djuanda, A . 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . FKUI : Jakarta.
3. Phipet.blog.friendster.com/2008/04/pengaruh – menstruasi terhadap/jerawat – akne – vulgaris
4. Http=//mariasonhaji.wordpress.com/2008/12/02/antibiotika – topical/
5. Luknanrohimin.bog spot.com/2008/03/asuhan – keperawatan – aknevulgaris
6. Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga. Media Aesculapius: Jakarta
http://aries-balinesepeople.blogspot.com/2010/09/askep-akne-vulgaris-konsep-dasar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar