TUGAS KARYA TULIS ILMIAH
Bahaya
Formalin bagi Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh :
EDI ISWANTO
Kelas 1 C
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2011
PENDAHULUAN
Formalin sudah
sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri
sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid memiliki banyak
manfaat, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk
pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai
serangga lain. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan
gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan
produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk
insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur
minyak.
Formalin
merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan
ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin
mempunyai banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde,
Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,
Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide,
Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa
ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid
10-40 persen.
PEMBAHASAN
Ø BAHAYA PAPARAN FORMALIN
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu
mulut dan pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari
lingkungan sekitar. Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik,
mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam
tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga
mengandung formalin. Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit
dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi
pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika
kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua
zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang
menyebabkan kerusakan.
Ø PENANGANAN BILA TERPAPAR FORMALIN
Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin,
tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah
paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan
masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila
terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin.
Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang
banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian
yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar. Bilas
mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan.
Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan
larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam
segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit
atau ke dokter. Bila tertelan segera minum susu atau norit untuk mengurangi
penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau
dibawa ke rumah sakit.Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping
jangka panjang. Biasanya hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam
jumlah kecil. Dalam jangka pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa
gejala atau gejala sangat ringan. Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala
baru timbul.
Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan,
khususnya bagi pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup
gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang
dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut.
Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan
ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap
percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna
apabila terjadi keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya
menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap
bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan
sebelum makan.
Ø BAGAIMANA MENYIKAPINYA?
Isu adanya formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat
makan seharí-hari ini memang harus diwaspadai. Tetapi sebaiknya tidak harus
disikapi secara berlebihan. Bukan berarti kita harus sama sekali tidak makan
tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita tidak harus menghindari bahan
plastik atau melamin untuk alat makan kita. Karena tidak semua bahan makanan
atau alat makan tersebut mengandung formalin. Yang penting konsumen harus jeli
dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli atau dipakai.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang
dilakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan
sejumlah produk pangan seperti ikan asin, mi basah, dan tahu yang memakai
formalin sebagai pengawet. Produk pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar
dan supermarket di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, dan Bekasi. Adanya bahan
aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini sebenarnya sudah lama menjadi
rahasia umum. Tetapi masalah klasik tersebut kembali menjadi pembicaraan hangat
akhir tahun ini karena temuan Balai POM. Fakta ini lebih menyadarkan masyarakat
bahwa selama ini terdapat bahaya formalin yang mengancam kesehatan yang berasal
dari konsumsi makanan sehari-hari.
Saran
Dalam mengonsumsi bahan makanan kita harus mencermati makanan yang
mengandung formalin. Kalau tahu tahan sampai berhari-hari, kenyal dan padat
sangat mungkin mengandung formalin. Sebetulnya, makanan yang mengandung
formalin memiliki bau yang khas, sehingga bisa dideteksi oleh orang awam
sekalipun.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hurni, H. and H. Ohder. 1973. Reproduction study with formaldehyde and
hexamethylenetetramine in beagle dogs. Food Cosmet.
2.
Johannsen, F.R., G.J. Levinskas and A.S. Tegeris. 1986. Effects of formaldehyde
in the rat and dog following oral exposure.
3. Seidenberg, J.M., D.G. Anderson and R.A. Becker. 1986. Validation of an in vivo developmental toxicity screen in the mouse.
3. Seidenberg, J.M., D.G. Anderson and R.A. Becker. 1986. Validation of an in vivo developmental toxicity screen in the mouse.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar