OTITIS
MEDIA EKSTERNA, GANGGUAN PENDENGARAN DAN IMPAKSI SERUMEN
![]() |
Oleh:
1.
CHURIYAH AGUSTINA
2.
FIRMAN ROHIMIN
3.
FITRIA APRILIANI
4.
NUR MUSLIMAH R
5.
SITI NUR WAHYUNI
6.
TAUFIK RAHMAN
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaium Wr. Wb.
Alhamdulillah kami panjatkan
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan karena keterbatasan
data dan pengetahuan penulis serta waktu yang ada saat ini, dengan rendah hati penulis
makalah ini mengharap kritik dan saran yang membangun dari kalangan pembimbing
untuk kesempurnaan makalah yang kami kerjakan ini.
Selanjutnya, kami mengucapkan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikanya kegiatan fortofolio untuk mata kuliah Sistem Persepsi dan
sensori, terutama kepada dosen pembimbing. Terlepas dari semua kekurangan
penulisan maklah ini, baik dalam susunan dan penulisanya yang salah, penulis
memohon maaf dan berharap semoga penulisan makalah ini bermanfaat khususnya kepada kami selaku
penulis dan umumnya kepada pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga Allah
senantiasa meberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada siapa saja yang mencintai
pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jombang,
10 November 2010
Tim
Penulis
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupun kronik yang
disebabkan bakteri. Seringkali timbul bersama penyebab lain, seperti jamur,
alergi, atau virus, sehingga sulit dibedakan.
Otitis adalah peradangan pada telinga, sedangkan eksterna artinya luar.
Otitis dapat dikategorikan berdasarkan lokasi tempat terjadinya peradangan. Apabila infeksi terjadi di liang telinga bagian luar
maka diklasifikasikan sebagai otitis eksterna.[1] Sedangkan apabila infeksi terjadi di
liang telinga bagian tengah, maka diklasifikasikan sebagai otitis media, yang biasanya
disebabkan oleh robeknya gendang telinga yang disertai infeksi.Kelainan telinga
dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural/saraf/perseptif, atau
tuli campur. Tuli konduktif disebabkan
kelainan di telinga luar atau telinga tengah. Kelainan telinga luar yang
menyebabkan tuli konduktif ialah atresia
liang telinga,sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, dan osteo
liang telinga
Impaksi Serumen Adalah penumpukan serumen pada kanalis
eksternus dalam jumlah dan warna yang bervariasi.
Impaksi ini dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telingan dan kehilangan pendengaran
Impaksi bermakna pada geriatri sebagai penyebab deficit pendengaran
Usaha untuk membersihkan dengan korek api, kapas atau jepit rambut dapat mengakibatkan trauma yang yang akhirnya menjadi infeksi
Impaksi ini dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telingan dan kehilangan pendengaran
Impaksi bermakna pada geriatri sebagai penyebab deficit pendengaran
Usaha untuk membersihkan dengan korek api, kapas atau jepit rambut dapat mengakibatkan trauma yang yang akhirnya menjadi infeksi
B.Tujuan
1. Untuk memahami definisi,
epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis tentang penyakit pada
persepsi dan sensori.
2. Meningkatkan kemampuan
dalam mengatasi penyakit yang berhubungan dengan persepsi sensori.
PEMBAHASAN
BAB I
A. Otitis Media Eksterna
Otitis eksterna adalah peradangan telinga bagian luar.Otitis
adalah peradangan pada telinga, sedangkan eksterna
artinya luar. Otitis dapat dikategorikan berdasarkan lokasi tempat terjadinya peradangan. Apabila infeksi terjadi di liang telinga bagian luar
maka diklasifikasikan sebagai otitis eksterna. Sedangkan apabila infeksi
terjadi di liang telinga bagian tengah, maka diklasifikasikan sebagai otitis media, yang biasanya disebabkan oleh
robeknya gendang telinga yang disertai infeksi. Apabila infeksi
terjadi pada telinga bagian dalam, maka diklasifikasikan sebagai otitis
interna.
v
Otitis
eksterna adalah radang telinga akut maupun kronik yang disebabkan bakteri.
Seringkali timbul bersama penyebab lain, seperti jamur, alergi, atau virus,
sehingga sulit dibedakan.
v
Faktor predisposisi terjadinya
penyakit ini adalah udara yang hangat dan lembab, PH di liang telinga (PH yang
basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi), trauma ringan dan berenang.
Kejadian otitis eksterna dapat berlangsung
dari peradangan ringan sampai parah yang dikenal dengan otitis nekrotikan
eksterna.Hal ini disebabkan peluruhan sel
kulit yang normal atau serumen
sebagai barier protektif pada saluran telinga bagian luar pada kondisi
kelembaban yang tinggi dan temperatur yang panas.
- OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA
Etiologi :
Staphtaphylococcus aureus, Staphylococcus albus.
Patofisiologi
Infeksi oleh kuman pada kulit di sepertiga luar liang telinga yang
mengandung adneksa kulit, seperti folikel
rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen, sehingga membentuk
furunkel.
Manifestasi Klinis
Rasa nyeri yang hebat, apalagi bila daun telinga disentuh atau
dipegang, gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
Liang telinga tampak bengkak pada tempat tertentu.
Penatalaksanaan
Diberikan antibiotic dalam bentuk salep seperti neomisin, polimiksin
B, atau basitrasin. Atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%), atau
tampon iktiol dalam liang telinga selama 2 hari.
Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanahnya. Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kemudian
dipasang drain untuk mengalirkan nanah. Tidak perlu diberikan antibiotic
sistemik, cukup obat simtomatik, seperti analgesic dan obat penenang.
- OTITIS EKSTERNA DIFUS
Dapat terjadi secara sekunder pasda Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) atau Otitis Media Akut (OMA).
Etiologi
Pseudomonas, Staphylococcus albus, Escherichia Coli, dan
Enterobacter aerogenes.
Manifestasi klinis
Gejala sama dengan Otitis Media Sirkumskripta. Tampak duapertiga
dalam kulit liang telinga sempit, hiperemis, dan edema tanpa batas yang jelas,
serta tidak ditemukan furunkel. Kadang terdapat secret yang berbau, tidak
mengandung lendir. Dapat disetai demam dan pembesaran kelenjar getah bening
regional.
Penatalaksanaan
Masukkan tampon yang mengandung antibiotic ke liang
telinga supaya terjadi kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang.
Dapat diberikan kompres rivanol 1/1.000 selama 2 hari.
Dapat dugunakan
obat tetes telinga yang mengandung polimiksin B/kolistin, neomisin, dan
hidrokortison atau kloramfenikol.
Bila kasus berat,
diperlukan antibiotic sistemik atau oral. Bila terjadi akibat infeksi telinga
tengah maka penyebabnya yang harus diobati.
3. OTITIS
EKSTERNA MALIGNA
Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut
difus di liang telinga luar.
Etiologi
Pseudomonas
Faktor Predisposisi
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga khususnya orang tua
Patofisiologi
Peradangan yang meluas secara progresif
ke lapisan subkutis dan organ sekitar.
Manifestasi klinis
Rasa gatal di liang telinga, unilateral, diikuti nyeri hebat dan
secret yang anyak serta pembengkakan liang telimga. Nyeri akan menghebat dan
liang telinga tertutup jaringan granulasi yang subur.
Komplikasi
Paresis atau parelisis nervus fasial, kondritis, osteitis, dan
osteomielitis, hingga kehancuran tulang temporal.
Penatalaksanaan
Antibiotik dois tinggi terhadap pseudomonas selama 6 minggu. Bila
perlu dilakukan debridement pada jaringan nekrotik di liang telinga dan kavum
timpani. Yang terpenting, gula darah harus dikontrol.
4.OTOMIKOSIS (OTITIS EKSTERNA DIFUS KRONIK)
Etiologi
Jamur, biasanya
aspergillus niger,
pityrosporum, aktinomises, atau candida albicans.
Manifestasi
klinis
Rasa gatal dan
tersumbat di liang telinga. Pada pemeriksaan tampak liang telinga terisi oleh
flamen jamur berwarna keputihan. Seringkali juga terdapat infeksi oleh bakteri
akibat trauma mengorek liang telinga.
Penatalaksanaan
Liang telinga
dibersihkan secara teratur. Dapat diberikan larutan asam asetat 2-5% dalam alhohol
yang diteteskan ke liang telinga, atau salep anti jamur seperti nistatin dan
klotrimazol.
B. GANGGUAN PENDENGARAN
Pengertian
Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli
sensorineural/saraf/perseptif, atau tuli
campur.
Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau
telinga tengah. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif ialah
sumbatan oleh serumen.
Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif
ialah tuba katar/sumbatan tuba eustachius, otitis media, dan dislokasi tulang
pendengaran.
Tuli sensorineural terbagi atas tuli sensorineural
koklea dan retrokoklea.
Tuli sensorineural koklea disebabkan aplasia,
labirintitis, intoksikasi obat ototoksik atau alcohol. Dapat juga disebabkan
tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, dan pemaparan bising.
Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuroma
akustik, tumor sudut pons serebelum, myeloma multipel, cedera otak, perdarahan
otak, dan kelainan otak lainnya.
Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif
dengan menggunakan garpu tala dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.
Tes penala
Idealnya dipakai
garpu tala 512, 1024, dan 2048Hz. Bila tidak mungkin, cukup dipakai 512 Hz
karena tidak terlalu dipengaruhi suara bising sekitar.
Tes rinne
Tujuan:
membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara: penala
digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus, setelah tidak
terdengar, penala dipegang di depan telinga ±2½cm. bila masih terdengar disebut
rinne positif, bila tidak disebut rinne
negative. Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada
hantaran tulang.
Tes weber
Tujuan:
membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.
Cara: penala
digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah dahi/kepala. Bila
bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke
telinga tersebut. Bila terdengar sama keras atau tidak terdengar disebut tidak
ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang
sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut, bila sebaliknya
(lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat
tuli saraf.
Tes schwabach
Tujuan:
membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang
pendengarannya dianggap normal.
Cara: penala
digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak
terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus telinga pemeriksa
yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat terdengar, disebut
memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, disebut
memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya
disrbut sama dengan pemeriksa.
Audiometri
Untuk pemeriksaan
kuantitatif gangguan pendengaran dilakukan pemeriksaan audiometri. Dari
audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal atau tuli, kemudian jenis dan
derajat ketuliannya. Derajat ketulian dihitung dengan indeks Fletcher, yaitu
rata-rata ambang pendengaran pada
frekuensi 500,1.000, dan 2.000Hz. pada interpretasi audiogram harus ditulis
telinga yang mana, apa jenis ketuliannya, bagaimana derajat ketuliannya.
Untuk membedakan
tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pemeriksaan audiologi khusus yang
terdiri dari audiometric khusus, audiometric tutur, audiometric objektif,
pemeriksaan tuli anorganik, dan pemeriksaan audiometric anak.
1. GANGGUAN
PENDENGARAN PADA BAYI DAN ANAK
Gangguan
pendengaran pada bayi dan anak kadang disertai keterbelakangan mental, gangguan
emosional, maupun afasia perkembangan.
Etiologi
1.
Masa prenatal
a.
Genetic herediter
b.
Nongenetik, seperti gangguan
pada masa kehamilan (infeksi bakteri atau virus: campak, parotis), kelainan
struktur anatomic (misalnya akibat obat-obat ototoksik, atresia liang telinga,
aplasia koklea), dan kekurangan zat gizi.
2.
Masa perinatal
Prematuritas,
BB lahir rendah (<2.500 gr), tindakan dengan alat pada proses kelahiran
(ekstraksi vakum, forsep), hiperbilirubinemia(>20mg/100ml), asfiksia, dan
anoksia otak merupakan factor resiko terjadinya ketulia.
3.
Masa postnatal
Adanya
infeksi bacterial/viral seperti rubella, campak, parotis, infeksi otak,
perdarahan pada telinga tengah, dan trauma temporal dapat menyebabkan tuli
saraf atau tuli konduktif.
Ketulian yang
terjadi akibat factor prenatal dan perinatal biasanya adalah tuli saraf dengan
derajat ketulian berat atau sangat berat dan bilateral. Deteksi dini relative
sulit karena membutuhkan waktu lama dan biaya besar. Skrining sebaiknya
diprioritaskan pada anak-anak dengan resiko tinggi. Joint Committee on Infant
Hearing (1990) menetapkan pedoman resiko tinggi ketulian sbb:
1.
Riwayat keluarga dengan
gangguan pendengaran bawaan
2.
Riwayat infeksi prenatal
(TORCHS)
3.
Kelainan anatomi telinga
4.
Lahir premature (<37 minggu)
5.
BB rendah (<1.500 gr)
6.
Persalinan dengan tindakan
7.
Hiperbilirubinemia (20mg/dl
atau lebih tinggi)
8.
Asfiksia berat, nilai Apgar
rendah (0-3).
Bayi dengan 3
macam resiko diatas memiliki kecenderungan menderita ketulian 63 kali lebih
besar daripada bayi normal.
Pemeriksaan penunjang
Terdapat berbagai
jenis pemeriksaan, seperti pemeriksaan free field test (menilai kemampuan anak
dalam memberikan respons terhadap sumber bunyi tersebut), behavioral
observation (0-6 bulan), conditioned test (2-4 tahun), audiometric nada murni
(anak >4 tahun yang kooperatif).
Penatalaksanaan
Anak dengan tuli
saraf harus segera memakai alat bantu dengar. Dilakukan pula penilaian tingkat
kecerdasan oleh psikolog anak untuk dirujuk
dalam pendidikannya.
Pemasangan
implant koklea dilakukan pada keadaan
tuli saraf berat bilateral atau tuli
total bilateral (anak maupun dewasa) yang tidak mendapat manfaat dengan alat
bantu dengar konvensional. Untuk anak dengan tuli saraf berat sejak lahir
implant sebaiknya dipasang pada usia 2 tahun.
2. PRESBIKUSIS
Presbikusis adalah
tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi, terjadi pada usia lanjut, simetris
kiri dan kanan, disebabkan proses degenerasi di telinga dalam.
Etiologi
Terjadi akibat
proses degenerasi yang berhubungan dengan factor-faktor herediter, kebisingan
lingkungan hidup dan kerja, penyakit sistemik, hipertensi, diabetes mellitus,
anemia, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup, atau bersifat multifactor.
Biasanya terjadi pada usia >60 tahun.
Patofisiologi
Terjadi perubahan
struktur koklea dan nervus akustik, berupa atrofi dan degenerasi sel-sel rambut
penunjang pada organ corti, disertai perubahan vascular pada stria vaskularis.
Jumlah dan ukuran sl-sel ganglion dan saraf juga berkurang.
Manifestasi
klinis
Pendengaran kurang
secara perlahan-lahan, progresif, dan simetris pada kedua telinga. Telinga
berdenging. Pasien dapat mendengar suara percakapan tapi sulit memahaminya,
terutama bila cepat dan latarnya riuh. Bila intensitas ditinggikan akan timbul
rasa nyeri.Pada pemeriksaan otoskop tampak membrane timpani suram dan
mobilitasnya berkurang.
Pemeriksaan
penunjang
Tes penala
menunjukkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometric nada murni menunjukkan
tuli saraf nada tinggi, bilateral, dan simetris. Pemeriksaan audiometric tutur
menunjukkan gangguan diskriminasi wicara.
Penatalaksanaan
Pemasangan alat
bantu dengar dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran dan latihan mendengar
oleh ahli terapi wicara. Yang penting adalah pengertian dari orang sekitarnya
untuk berbicara dengan pelan, jelas, dengan kata-kata yang pendek dan tidak
keras.
3. TULI
MENDADAK
Tuli mendadak
adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba dan kedaruratan di bidang otology.
Jenisnya adalah sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, dan
biasanya terjadi pada satu telinga.
Etiologi
Iskemia koklea,
infeksi virus (parotitis, campak, Varicella zoster, Cytomegalovirus, dll),
trauma kepala, trauma bising keras, perubahan tekanan atmosfir, obat ototoksik,
penyakit meniere, dan neuroma akustik.
Manifestasi klinis
Tuli timbul
mendadak atau menahun secara tidak
jelas, kadang sementara atau berulang dalam serangan, tapi biasanya menetap.
Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai tinnitus dan vertigo. Pada infeksi virus timbul mendadak dan biasanya pada satu telinga. Bila
sementara dan tidak berat, mungkin disebabkan spasme.
Pada pemeriksaan
klinis tidak dijumpai kelainan telinga.
Tes penala: rinne
positif, weber lateralisasi ke telinga yang sehat, schwabach memendek. Kesan
tuli sensorineural.
Pemeriksaan
penunjang
Audiometric nada
murni menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat. Pemeriksaan
audiometric tutur menberi hasil tuli sensorineural sedangkan pada audiometric
impedans terdapat kesan tuli sensorineural koklea. Mungkin terdapat paresis
kanal pada tes keseimbangan elektronistagmus. Foto tulang temporal proyeksi
stenvers atau tomografi computer dibuat untuk mencari kemungkinan neuroma akustik. Pemeriksaan
virology dapat juga dilakukan.
Penatalaksanaan














Prognosis
Penyembuhan dapat
sebagian atau lengkap, tapi dapat juga tidak sembuh. Bila terapi dilakukan
selama24 jam, makin besar kemungkinan untuk sembuh. Bila >2 minggu,
kemungkinan sembuh menjadi kecil.
4. TULI AKIBAT BISING
Tuli akibat bising
adalah tuli yang disebabkan paparan oleh bising yang cukup keras dalam jangka
waktu cukup lama, biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Sifatnya
tuli saraf koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga.
Patofisiologi
Bising dengan
intensitas 85 dB atau lebih dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor
pendengaran corti di telinga dalam,
terutama yang berfrekuensi 3.000-6.000Hz.
Factor
predisposisi
Intensitas bising
yang lebih tinggi, frekuensi tinggi, lama terpapar di lingkungan bising
(biasanya >5 tahun), mendapat obat ototoksik, dll.
Manifestasi
klinis
Kurang
pendengaran, kadang tinnitus, sukar menangkap percakapan dengan kekerasan
biasa, bila sudah berat maka yang keras pun sukar dimengerti, pasien mengalami
kesulitan mendengarkan dan memahami percakapan di tempat ramai. Pemeriksaan
otoskop tidak menunjukkan kelainan.
Tes penala: rinne
positif, weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik, dan
schwabach memendek.
Pemeriksaan
penunjang
Pada pemeriksaan
audiometric nada murni didapat kesan tuli sensorineural sedangkan pada pemeriksaan
audiologi khusus terdapat fenomena rekrutmen yang patognomonik untuk tuli saraf
saraf koklea.
Penatalaksanaan
Pasien dianjurkan
pindah bekerja atau memakai alat pelindung telinga. Karena bersifat menetap,
dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar. Psikoterapi untuk menerima keadaan. Latihan pendengaran dengan
alat bantu dengar dibantu dengan membaca ucapan bibir, mimic, dan gerakan
anggota badan, serta bahasa isyarat.juga rehabilitasi suara. Bila terjadi tuli
total bilateral dipertimbangkan untuk pemasangan implant koklea.
Prognosis
Kurang baik karena
menetap dan tidak dapat diobati. Yang terpenting adalah pencegahan.
- Impaksi Serumen
Impaksi serumen adalah gangguan
pendengaran yang tumbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan
menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.
Factor predisposisi
Dermatitis kronik liang telinga luar, liang telinga
sempit, produksi serumen banyak dan kental, adanya benda asing di liang
telinga, eksostosis di liang telinga, terdorongnya serumen oleh jari tangan
atau ujung handuk setelah mandi, atau kebiasaan mengorek telinga.
Manifestasi klinis
Telinga tersumbat sehingga pendengaran berkurang. Rasa
nyeri apabila serumen keras membantu dan menekan dinding liang telinga.
Tinnitus dan vertigo bila serumen menekan membrane timpani.
Penatalaksanaan
Pengeluaran serumen harus dilakukan dalam keadaan
terlihat jelas. Bila serumen cair, maka dibersihkan dengan menggunakan kapas
yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan
pengait, sedangkan bila sukar dapat diberikan tetes telinga karbogliserin 10%
dulu selama 3 hari untuk melunakkannya. Bila serumen terlalu dalam, sehingga
mendekati membrane timpani, dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya
sesuai dengan suhu tubuh agar tidak timbul vertigo. Jika terdapat perforasi
atau riwayat perforasi, tidak boleh diirigasi.
BAB II
PENUTUP
- Kesimpulan
Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupun kronik yang
disebabkan bakteri. Seringkali timbul bersama penyebab lain, seperti jamur,
alergi, atau virus, sehingga sulit dibedakan.
Ø
Gangguan pendengaran pada bayi
dan anak kadang disertai keterbelakangan mental, gangguan emosional, maupun
afasia perkembangan.
Ø
Sumbatan serumen adalah
gangguan pendengaran yang tumbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan
menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.
- Saran
Bahwa setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat
mengetahui dan menghindari hal-hal apa yang dapat
menyebabkan penyakit diatas dan bagaimana cara pencegahan dan perawatan bagi
penderita.
DAFTAR PUSTAKA
1.Mansjoer,arif dkk.2000.Edisi 3 jilid 1.Kapita selekta
kedokteran.Media aesculapius:Jakarta.
2. Soepardi EA,Iskandar N,editor. Buku ajar ilmu penyakit telinga
hidung tenggorok. Edisi 3. Jakarta: Balai
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1997.
3. Soepardi EA,Hadjat F,Iskandar N,editor. Penatalaksanaan penyakit
dan kelainan telinga hidung tenggorok, Jakarta:
Buku penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995.
4. Adams EL, Boies JrLC, Hilger
PA.Boies Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. Philadelphia: we saunders,
1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar