MAKALAH
KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)
Di Susun oleh:
1.
Eva nur
alfia
2.
Ita
suryaningsih
3.
Rifan
masruri
4.
Riyana
dinastiwi
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN DIPLOMA III KEPERAWATAN
“INSAN
CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas
rahmat dan hidayah-Nya saya selaku penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah
keperawatan dengan tema “KB dengan IUD / AKDR” sebagai tugas kelompok dalam semester ini.
Makalah
keperawatan ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan,
baik buku-buku diktat kedokteran dan keperawatan, artikel-artikel nasional dan
internasional dari internet dan lain sebagainya. Semoga saja makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi para pembaca pada
umumnya.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat
terlepas dari kesalahan. Dan penulis menyadari makalah yang dibuat ini jauh
dari sempurna. Karena itu penulis merasa perlu untuk meminta maaf jika ada
sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran
maupun kritikan demi perbaikan yang selalu perlu untuk dilakukan agar kesalahan
- kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan datang.
Jombang,
Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia
merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat
di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas
program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan
fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan
dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan
dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka
pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan
dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah
penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi penurunan
angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih.
Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk
negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa (Kusumaningrum, 2009). Pada awal tahun 70-an seorang wanita di
Indonesia rata-rata memiliki 5,6 anak selama masa reproduksinya.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) menunjukkan angka TFR (Total Fertility Rate) pada periode 2002 sebesar
2,6 artinya potensi rata–rata kelahiran oleh wanita usia subur berjumlah 2-3
anak. Pada tahun 2007, angka TFR stagnan pada 2,6 anak. Sekarang ini di samping
keluarga muda yang ketat membatasi anak, banyak pula yang tidak mau menggunakan
KB dengan alasan masing-masing seperti anggapan banyak anak banyak rezeki. Artinya
ada dua pandangan yang berseberangan, yang akan berpengaruh pada keturunan atau
jumlah anak masing-masing (Kusumaningrum, 2009).Menurut SDKI 2002-2003 Pada
tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1
persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW
(6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum, 2009).
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB
namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi
setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih
alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah
salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih
dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi
antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan,
pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status
kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat
pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari
suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan
mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode atau
alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Strategi peningkatan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, terlihat
kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD yang terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa
Tengah, jumlah peserta KB IUD terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233
menjadi 529.805 pada tahun 2005, dan 498.366 pada tahun 2006. Dalam
perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami penurunan dari tahun
ke tahun (Imbarwati, 2009). Berdasarkan data di atas, IUD merupakan salah satu
jenis alat kontrasepsi yang menjadi alternative pilihan bagi masyarakat yang
ingin ber-KB. Oleh karena itu penulis tertarik menyusun makalah tentang
kontrasepsi IntraUterine Device (IUD).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa
definisi kontrasepsi Intrauterine Device?
2. Apa
saja jenis-jenis kontrasepsi IUD?
3. Apa
kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi IUD?
4. Apa
efek samping dan kontara indikasi KB IUD?
5.
Bagaimana cara pemasangan IUD?
C. Tujuan
Tujuan
dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui
alat kontrasepsi IUD
2.
Mengetahui cara kerja, kelebihan, kelemahan dan kontra indikasi IUD
3.
Mengetahui cara kerja dan penggunaan/pemasangan IUD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi
berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen
dalam pelayanan kependudukan/KB. Selain Pelayanan kontrasepsi (PK) juga
terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan
edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex
education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi
genetik, tes keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009).
Tidak
ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena
masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.
Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi
berat jika digunakan.
b.
Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan.
c. Dapat
diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di
masyarakat.
d.
Terjangkau harganya oleh masyarakat.
e. Bila
metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali
kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kusumaningrum, 2009).
Macam-macam
metode kontrasepsi
1.
Metode Sederhana
Kontrasepsi
sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang berkala.
Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan dengan
menggunakan kondom (Kusumaningrum, 2009).
2.
Metode Modern/Efektif
a.
Kontrasepsi Hormonal
v Per-oral: Pil
v Injeksi
/ suntikan
v Subcutis: Implant (alat kontrasepsi bawah
kulit = AKBK)
b. Intra
Uterine Devices (IUD, AKDR)
c.
Kontrasepsi Mantap
v
Pada wanita: Penyinaran, Operatif (Medis
Operatif Wanita/MOW), penyumbatan tuba fallopi secara mekanis.
v
Pada
pria: Operatif (Medis Operatif Pria/MOP), Penyumbatan vas deferens secara
mekanis, penyumbatan vas deferens secara kimiawi (Kusumaningrum, 2009).
Berdasarkan
lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
a)
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang
termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.
b)
Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan
metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP (Kusumaningrum,
2009).
B. Definisi IUD
Intra
Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan
bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai
dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam
rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel
telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh
sperma (Kusmarjadi, 2010). Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan
alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat
kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah
masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan
alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan
terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh
dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009). IUD yaitu alat yang
terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan
dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan
maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
AKDR
(alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya
Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen
dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini
dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan
untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan
sel telur (Kusumaningrum, 2009).
C. Jenis-jenis
Jenis
IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1)
Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
2).Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
3).Multiload
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
4).Lippesloop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009). Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009). Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral
jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu
pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10
tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun
dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).
D. Cara kerja IUD
Cara
kerja kontrasepasi spiral yaitu:
Ø
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopii
Ø
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri
Ø
Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilisasi.
Ø
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).
E. Kelemahan dan kelebihan
Intra
uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu:
Ø
Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai
terus berfungsi sampai dibuka
Ø
Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
Ø
Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang
sampai 5-10 tahu
Ø
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Ø
Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Ø
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Ø
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
Ø
Dapat digunakan sampai menopouse
Ø
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Ø
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Ø
Relatif tidak mahal
Ø
Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika
memakai pil)
Ø
Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
Ø
Dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi
Ø
Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera
setelah pemasangan)
Ø
Efek samping yang rendah
Ø
Dapat menyusui dengan aman
Ø
Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun
pasangannya (Kusmarjadi, 2010).
Ø
Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100
wanita setelah pemakaian selama satu tahun)
Ø
Tidak terganggu faktor lupa
Ø
Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10
tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A)
Ø
Mengurangi kunjungan ke klinik
Ø
Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
(Kusumaningrum, 2009).
IUD baik
untuk wanita yang:
Ø
Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas
yang tinggi, dan jangka panjang
Ø
Tidak ingin punya anak lagi atau ingin
menjarangkan anak
Ø
Memberikan ASI
Ø
Berada dalam masa postpartum dan tidak
memberikan ASI
Ø
Berada dalam masa pasca aborsi
Ø
Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
Ø
Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil
setiap hari
Ø
Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode
hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya.
Ø
Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi
darurat (Kusumaningrum, 2009).
Kelemahan
kontrasepsi IUD yaitu:
Ø
Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar pada infeksi menular
Ø
Efek samping umum terjadi perubahan siklus
haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih
sakit
Ø
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama
3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat
jarang apabila pemasangan benar)
Ø
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Ø
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
yang sering berganti pasangan
Ø
Penyakit radang panggul terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
Ø
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik
diperlukan dalam pemasangan AKDR
Ø
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi
segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
Ø
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya
sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
Ø
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui
(sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
Ø
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD
dari waktu ke waktu (Imbarwati, 2009).
Sedangkan
efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai beberapa jam
setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan dan nyeri
sampai beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD
tembaga (Kusmarjadi, 2010).
Spiral
tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan seksual,
termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah penyakit Anda,
menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa
membuat Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008)
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat
dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c.
Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL)
d.
Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
e.
Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Imbarwati,
2009).
Kelemahan dari penggunaan
IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari
waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan
adalah :
a. 1
bulan pasca pemasangan
b. 3
bulan kemudian
c.
setiap 6 bulan berikutnya
d. bila
terlambat haid 1 minggu
e.
perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).
F. Efek samping
Seminggu
pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral
yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan
lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan
sendirinya sesudah 3 bulan (Zahra, 2008).
Perdarahan
dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang
ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan
(senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya.
Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan
resiko infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009).
Masalah
kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya
radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi
umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena
infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi
seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda
infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa
saja tapi tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral
(perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas)
tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman.
Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra,
2008).
G. Kontra indikasi
Wanita
yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu:
v
Usia reproduktif
v
Keadaan nulipara
v
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang
v
Perempuan menyusui yang menginginkan
menggunakan kontrasepsi
v
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
v
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat
adanya infeksi
v
Risiko rendah dari IMS
v
Tidak menghendaki metoda hormonal
v
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap
hari
v
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari
senggama
v
Perokok
v
Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008).
Jangan
memakai spiral jika:
Ø
sedang hamil atau kemungkinan hamil
Ø
berisiko tinggi terkena penyakit yang menular
lewat hubungan seks (bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila
suami/pasangan punya pasangan lain)
Ø
pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau
rahim, atau infeksi sesudah persalinan/sesudah aborsi
Ø
pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran
fallopian)
Ø
Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar
sangat banyak) diserat rasa sakit yang hebat
Ø
sangat kekurangan darah merah (anemia)
Ø
belum pernah hamil (Zahra, 2008).
Kontra
indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:
• Hamil
atau diduga hamil
•
Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
• Pernah
menderita radang rongga panggul
•
Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
• Riwayat
kehamilan ektopik
•
Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).
Kondisi
dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :
• Kehamilan
• Sepsis
• Aborsi postseptik dalam waktu dekat
• Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
• Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
• Penyakit tropoblastik ganas
• Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium
• Penyakit radang panggul
• PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan
imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
• TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
Wanita
yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah:
ü
Sedang hamil
ü
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
ü
Sedang menderita infeksi alat genital
(vaginitis, servisitis)
ü
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau
sering menderita PRP atau abortus septik
ü
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor
jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
ü
Penyakit trofoblas yang ganas
ü
Diketahui menderita TBC pelvik
ü
Kanker alat genital
ü
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad,
2008).
Komplikasi lain:
ü
merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangan benar)
ü
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
ü
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS
atau yang sering berganti pasangan
ü
Penyakit radang panggul terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
ü
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik
diperlukan dalam pemasangan IUD
ü
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi
segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
ü
Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya
sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
ü
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui
(sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
ü
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik
karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
ü
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD
dari waktu ke waktu.
H. Cara penggunaan atau pemasangan
IUD
dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak
hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah
pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat
dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya
rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai
sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah
abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai
involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang
wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI,
2010).
Prosedur
Kerja Pemasangan IUD Kebijaksanaan
:
1)
Petugas harus siap ditempat.
2) Harus
ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang
pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4)
Alat-alat yang tersedia :
a. Gyn
bed
b.
Timbangan berat badan
c. Tensimeter
dan stetoskop
d. IUD
set steril
e.
Bengkok
f. Lampu
g. Kartu
KB (kl, K IV)
h.
Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja
dengan duk steril
• Sym
speculum
• Sonde
rahim
• Lidi
kipas dan kapas first aid secukupnya.
• Busi /
dilatator hegar
• Kogel
tang
• Pincet
dan gunting
Langkah-langkah
:
1)
Memberi penjelasan kepada calon peserta
mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2)
Melaksanakan anamnese umum
3)
Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang
badan,
mengukur tensimeter.
mengukur tensimeter.
4)
Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan
kandung
kemih.
kemih.
5)
Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6)
Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di
bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
dengan posisi Lithotomi.
7)
Petugas cuci tangan
8)
Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9)
Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10) Melaksanakan
pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
posisi uterus.
11) Pasang
speculum sym.
12) Gunakan
kogel tang untuk menjepit cervix.
13) Masukkan
sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
dan bentuk rahim.
14) Inserter
yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15) Gunting
AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16) Speculum
sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping
mulut rahim.
mulut rahim.
17) Peserta
dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18) Alat-alat
dibersihkan
19) Petugas
cuci tangan
20) Memberi
penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah
pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
21) Membuat
nota pelayanan
22) Menyerahkan
nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi
pelayanan.
23) Mencatat
data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan
:
a)
Bila pada waktu pamasangan terasa ada
obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter.
b)
Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila
fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan
konsultasikan ke dokter.
c)
Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir
atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
d)
Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih
dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati, 2009).
Prosedur
Pencabutan IUD
• Tujuan
umum :
Agar
pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai
dengan kebutuhan.
• Tujuan
khusus :
Mempersiapkan
ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.
Kebijaksanaan
:
1)
Petugas harus siap ditempat
2) Harus
ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang
pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4)Alat-alat
yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :
a. Meja
dengan alas duk steril.
b.
Sarung tangan kanan dan kiri
c. Lidi
kapas, kapas first aid secukupnya.
d. Cocor
bebek / speculum
e.
Tampon tang.
f. Tutup
duk steril
g.
Bengkok
h. Lampu
i.
Timbangan berat badan
j.
Tensimeter dan
k.
Stetoskop
Langkah-langkah
:
1.
Memberi penjelasan kepada calon peserta
mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2.
Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan
kebidanan.
3.
Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang
badan, mengukur tensimeter.
4.
Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5.
Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di
bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.
6.
Bersihkan vagina dengan lysol
7.
Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan
keadaan dan posisi uterus.
8.
Pasang speculum sym.
9.
Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon
tang
10. Setelah
IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
11. Pasien
dirapikan kembali
12. Memberi
penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol
13. Menyerahkan
nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
dengan nota
14. Mencatat
data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke
bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota
ILUNI
FKUI. 2010. Keluarga Berencana(KB).
Kusmarjadi,
Didi. 2010. KB IUD (=Intrauterine divece).
Kusumaningrum,
Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur.
Muhammad. 2008. Alat Kontrasepsi untuk Wanita
(Contraseptive for Female).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar