1. Definisi
Partograf
adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan seluruh
proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan /
masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan
bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.
Partograf
merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan
berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan informasi untuk membuat keputusan
klinik.
Partograf merupakan gambaran persalinan
yang meliputi semua pencatatan
yang berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih
efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran piktogram
terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang
segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang abnormal.
yang berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih
efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran piktogram
terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang
segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang abnormal.
Partograf atau partogram adalah metode
grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan (Farrer,
2001). Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu
bersalin tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau komplikasi
(Saifuddin, 2002).
Gambaran
partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis
perjalanan waktu (horisontal).
Partograf
adalah Gambaran persalinan yang meliputi semua pencatatn yang berhubungan
dengan penatalaksanaannya dan memberikan gambaran piktogram terhadap hal-hal
yang penting dalam persalinan serta tindakan yang segera harus dilakukan
terhadap perkebangan persalinan abnormal.
Partograf dipakai untuk memantau
kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan
dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm fase aktif.
Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan
apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi.
Sesuai
standarisasi WHO (World Health Organization), untuk digunakan di
pelosok-pelosok negara berkembang atau miskin, supaya mudah digunakan oleh
pelayan kesehatan di sarana terbatas. Jika dinilai ada masalah yang memerlukan
intervensi, dapat segera diusahakan untuk dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih
baik.
Dengan
partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan
proses persalinan dengan :
1) perlu / tidaknya dirujuk,
2) perlu / tidaknya induksi infus oksitosin, dan
3) perlu / tidaknya operasi sectio cesarea.
1) perlu / tidaknya dirujuk,
2) perlu / tidaknya induksi infus oksitosin, dan
3) perlu / tidaknya operasi sectio cesarea.
2. Kegunaan utama dari patograf :
a. Mengamati dan mencatat informasi
kemajuan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan
dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
b. Menentukan apakah persalinan berjalan
normal dan mendeteksi dini peralinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi
dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
c. Jika digunakan secara tepat dan
konsisten, maka partograf akan menbantu penolong persalinan untuk :
·
mencatat
kemajuan persalinan.
·
mencatat
kondisi ibu dan janinnya.
·
mencatat
asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
·
menggunakan informasi yang tercatat untuk
seacara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
·
menggunakan informasi yang ada
untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
3. Penggunaan
partograf :
a. untuk semua ibu fase aktif kala I persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan. Partograf harus digunkan, baik tanpa apapun adanya
penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang
disertai dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran disemua
tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll )
c. Secara rutin oleh semua penolong
persalinan yang memberikan asuhan kepala ibu selama persalinan dan kelahiran (
spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran )
Penggunaan partograf secara rutin akan
memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu.
Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan
jiwa mereka.
4. Halaman depan partograf mencantumkan :
a. Informasi tentang ibu
b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Kontraksi uterus
f. Obat-obat dan cairan yang diberikan
g. Kondisi ibu
h. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
a. Informasi tentang ibu
b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Kontraksi uterus
f. Obat-obat dan cairan yang diberikan
g. Kondisi ibu
h. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
5. Aturan Pencatatan dalam Partograf
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
·
Denyut
jantung janin, dicatat setiap 1 jam
·
Air
ketuban, warna air ketuban dicatat setiap melaksanakan pemeriksaan vagina
·
Perubahan
bentuk kepala janin (molding atau molase)
·
Pembukaan
mulut rahim/ serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x)
·
Penurunan
kepala
·
Waktu,
yang menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
·
Jam,
dicatat jam tindkaan
·
Kontraksi,
dicatat setiap ½ jam
·
Oksitosin,
dicatat banyaknya oksitosin pervolume cairan infus dan dalam tetesan per menit,
jika menggunakan oksitosin
·
Obat
yang digunakan, dicatat semua obat lain yang diberikan
·
Nadi, dicatat setiap 30 – 60 menit dan diberi
tanda titik besar (Ÿ)
·
Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam dan
ditandai dengan anak panah
·
Suhu
badan dicatat setiap 2 jam
·
Protein,
aseton dan volume urin dicatat setiap kali ibu berkemih
6. pengisian
partograf bila dalam kondisi:
i.
Partograf mulai
diisi bila :
a. Mereka
yang masuk dalam persalinan :
v
fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur,
frekuensi min.2x/10’, lamanya<20
v
fase
aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20?.
b. Masuk
dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
v bila
infus oksitosin dimulai
v bila
persalinan dimulai
c. Masuk
untuk induksi persalinan :
v pemecahan
ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
v induksi
medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
v bila
persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.
ii.
Partograf
tidak perlu diisi bila :
a. Masuk
dengan kala 1 akhir fase aktif pembukaan 9 cm atau lebih
b. Sectio
cesarea elektif
c. Sectio
cesarea darurat saat datang
d. Usia
kehamilan kurang dari 34 minggu
7. Bahaya
/ komplikasi persalinan sulit / abnormal :
ü kematian
ibu atau kematian bayi atau keduanya
ü ruptura
uteri
ü infeksi
/ sepsis puerperal
ü perdarahan
postpartum
ü Fistel
8. Nilai suatu partograf meliputi :
·
Pencatatan
yang jelas
·
Urutan
waktu yang jelas
·
Diagnosis
suatu kemajuan persalinan yang abnormal
·
Memudahkan
saat penggantian staf atau gilliran dinas
·
Untuk
pendidikan
·
Untuk
penelitian.
9.
Bagian-bagian partograf :
1. Identitas
2. Denyut jantung janin
3. Servikograf
4. Waktu
5. Warna dan adanya Air ketuban
6. Mekonium dalam cairan ketuban
1. Identitas
2. Denyut jantung janin
3. Servikograf
4. Waktu
5. Warna dan adanya Air ketuban
6. Mekonium dalam cairan ketuban
7. Mulase (penyisipan tulang tengkorak janin)
8. Kemajuan Persalinan (
pembukaan serviks dan penurunan presentasi / kepala janin)
9. Kontraksi
uterus
10. Garis
waspada dan garis bertindak
11. Obat
dan cairan yang digunakan
12. Tanda-tanda
vital ibu
13. Urin
14. Catatan
persalinan
a. Identitas
Identitas meliputi :
Identitas meliputi :
v Tanggal – Hari pertama haid terakhir
v Gravida – Taksiran partus
v Para – Nomor
regisster
v Abortus – Pecah ketubaan janin
v Nama
b.
Denyut
Jantung Janin
Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30
menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin ). lalu
menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung
janin dihubungkan)
Setiap
kotak pada bagian ini, menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling
kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu
dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ terpapar
pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100. tetapi, penolong sudah
harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau diatas 160.
Laporan
dengan memberi tanda pada form grafik sesuai frekuensi jantung pada garis
waktu.
c.
Servikograf
Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :
1. Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm.
2. Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
1. Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm.
2. Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk
rumah sakit,
dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.
dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.
Pembukaan mulut rahim
dicatat dengan tanda “X”. Bila pasien masuk rumah
sakit dalam fase aktif, tanda “X” diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu
masuknya pasien ditulis dibawah tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika
pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
Untuk menentukan seberapa jauh bagian terdepan janin turun ke dasar rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1. HI : bidang Sama dengan pintu atas panggul
2. HII : bidang Sejajar dengan H I melalui pinggir / tepi bawah simfisis pubis
3. HIII : bidang Sejajar dengan H I setinggi spina iskiadika
4. HIV : bidang Sejajar dengan H I setinggi ujung tulang koksigeus dan tulang kelangkang ( Os. Sacrum)
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1. HI : bidang Sama dengan pintu atas panggul
2. HII : bidang Sejajar dengan H I melalui pinggir / tepi bawah simfisis pubis
3. HIII : bidang Sejajar dengan H I setinggi spina iskiadika
4. HIV : bidang Sejajar dengan H I setinggi ujung tulang koksigeus dan tulang kelangkang ( Os. Sacrum)
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak,
tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.
atau melepasnya porsio.
d.
Waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan . Dibagian bawah
partograf ( pembukaan servik dan penurunan ) tertera kotak-kotak yang diberi
angka 1 -16. setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Dibawah lajur kotak untuk
waktu mulainya fase aktif. Tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu
30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan catatkan
pembukaan servik digaris waspada kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm
pada pukul 15.00, tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6
yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada
kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri )
Waktu ke-0 dianggap pada saat pasien masuk rumah sakit bukan
pada saat
timbulnya persalinan.
timbulnya persalinan.
Waktu
Pemeriksaan:
v DJJ
setiap 30 menit atau 1 jam
v HIS
setiap 30 menit
v Nadi
setiap 1 jam
v Tekanan
Darah setiap 4 jam
v Suhu
Tubuh setiap 4 jam
e.
Warna
dan adanya air ketuban.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan
pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika
selaput ketuban pecah. Catat temuan- temuan dalam kotak yang sesuai dibawah
lajur DJJ
Dinilai
apakah selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, jika sudah pecah dan keluar
dinilai warna cairan ketubannya. Kode dengan huruf dalam lingkaran.
Gunakan
lambang-lambang berikut ini :
a. U : Ketuban utuh ( belum pecah )
b. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
c. M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
d. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
e. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )
a. U : Ketuban utuh ( belum pecah )
b. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
c. M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
d. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
e. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )
(+) : selaput ketuban
utuh
(-) : selaput ketuban pecah / tidak teraba
(-) : selaput ketuban pecah / tidak teraba
f.
Mekonium
dalam cairan ketuban
tidak
selalu menunjukan adanya gawat janin.
Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda dawat janin selama
proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin ( denyut jantung janin <
100 atau < 180 kali permenit ), ibu segera dirujuk kefasilitas kesehatan
yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu
ke tempat yang memiliki asuhan
kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.
g. Mulase
(penyisipan tulang tengkorak
janin)
Penyusupan adalah indicator penting seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keraspanggul ibu. Tulang
kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya
disproporsi tulang panggul ( CPD). Ketidak mampuan akomodasi akan
benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling
menyusup tidak dapat dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting
sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu
dengan tanda-tanda disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam, nilai penyusup kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Diraba
fisura antara tulang-tulang kepala, dilaporkan dalam angka (+1) sampai (+4)
menurut derajatnya, atau bila tidak ada moulage, beri tanda (-).Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari
ubun-ubun kecil.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1+ : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2+ : tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.
3+ : tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dengan nyata dan tidak dapat dipisahkan.
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1+ : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2+ : tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.
3+ : tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dengan nyata dan tidak dapat dipisahkan.
- Kemajuan Persalinan
i.
Pembukaan
Servik
Dengan
menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
servik setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan
dari setiap pemeriksaan. Tanda ’ X ” harus ditulis di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan servik. Beri tanda untuk temuan – temuan dari
pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di
garis waspada. Hubungkan tanda ’ X ’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
( tidak terputus )
Fase laten partus kala 1 antara 0 sampai
8 jam sampai dengan pembukaan 3 cm. Fase aktif sekitar 7 jam, dengan
perhitungan atau harapan membuka 1 cm setiap jam sampai lengkap.
Sebaiknya pemeriksaan dalam dilakukan
setiap 4 jam pada fase laten, dan tiap 3 jam pada fase aktif. Perkiraan masuk
kala 2 dapat dari observasi jika ada tanda-tanda klinis lain.
ii.
Penurunan presentasi (pada
persalinan normal : kepala) janin
Dapat dari
pemeriksaan Leopold saja maupun dari konfirmasi pemeriksaan dalam, dinilai
dalam berapa perlimaan bagian kepala janin yang masih berada di luar pintu atas
panggul (5/5 belum masuk, sampai 0/5 sudah masuk). Kepala disebut “engaged”
bila bagian terbesar kepala sudah masuk pintu atas panggul.
nilai dan catat turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya
bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Tapi kadangkala, turnnya bagian terbawah /presentasi janin
baru terjadi setelah pembukaan serviksebesar 7 cm. Kata-kata ” turunnya kepala
” dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera disisi yang sama dengan angka
pembukaan servik. Berikan tanda ” O ” pada garis waktu yang sesuia. Sebagai
contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis tanda ”O” dinomer 4, hubungkan
tanda ” O ” dari setiap pembukaan dengan garis tidak terputus
i.
Kontraksi
Uterus
Persalinan yang normal disertai his yang normal. Pada
persalinan normal, makin lanjut persalinan berlangsung, his akan makin lama,
makin sering dan semakin sakit. Diperiksa
dengan meraba dinding rahim di atas umbilikus.
Frekuensi
dihitung berapa kali dalam per 10 menit, dan berapa lama kontraksinya. Hasilnya
digambarkan pada form grafik his sesuai garis waktu pemeriksaan. Gambar isi
kotak sesuai jumlah / frekuensi : isi kotak dengan titik-titik untuk lama
kurang dari 20 detik, dengan arsir garis untuk lama 20-40 detik, dan dengan
blok untuk lama lebih dari 40 detik.
Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten,
dan setiap setengah jam dalam fase aktif. Yang
harus diamati adalah :
v
frekuensi
: diukur jumlah his / 10 menit
v
lama
: dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi perut sampai hilang
Mencatat his
pada partograf yakni Di bawah garis waktu, ada 5 kotak kosong melintang
sepanjang partograf, yang pada sisi kirinya tertulis “ his/10 menit”. Satu
kotak menggambarkan satu his. Kalau ada 2 his dalam 10 menit, ada 2 kotak yang
diarsir.
Ada
3 cara mengarsir :
v < 20 detik ( berupa titik-titik)
v 20-40 detik (garis miring/arsiran)
v > 40 detik ( dihitamkan penuh).
j.
Garis
Waspada dan garis Bertindak.
Garis waspada dimulai pada pembukaan servik 4 cm dan berakhir pada titik di
mana pembukaaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam.
Pencatatan selam fase aktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika
pembukaan ervik mengarah kesebelah kanan garis waspada ( pembukaan < 1
cm/jam ), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit ( misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dll ).
Pertimbangkan pula adanya tindakan interfensi yang
diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan ( rumah
sakit atau puskesmas ) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan
obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh
8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika pembukaan servik berada disebelah kanan
garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan.
Ibu harus tib ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Garis
Waspada dan garis Bertindak :
v
daerah sebelah kiri garis waspada
merupakan garis observasi
v
daerah di antara garis waspada dan garis
tindakan merupakan daerah perlu pertimbangan untuk merujuk atau mengambil
tindakan
v
daerah di sebelah kanan garis tindakan
adalah daerah harus segera bertindak
k.
Obat-obatan / cairan yang digunakan
Dituliskan dalam kolom obat / cairan yang
digunakan sesuai garis waktu.
v
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam satuan tetesan per menit.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam satuan tetesan per menit.
Hal yang diperhatikan :
ü
Jumlah
unit per 500 cc
ü
Jumlah
tetesan per menit
v
Obat-obatan
lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dengan atau cairan intravena dalam kotak yang seuai dengan kolom waktunya.
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dengan atau cairan intravena dalam kotak yang seuai dengan kolom waktunya.
l.
Tanda-tanda
vital Ibu
Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan
dengan nadi dan tekanan darah ibu.
·
Nilai
dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persallinan. (
lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada
kolom yang sesuai (.)
·
Nilai
dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan ada penyulit edema, hipertensi).
Tekanan darah ditulis dengan panah atas bawah untuk sistolik diastolik.
·
Beri
tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai
·
Nilai
dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jika meningkat atau dianggap adanya infeksi ) setiap 2 jam dan catat
temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
ditandai dengan derajat celcius
ditandai dengan derajat celcius
·
Catat adanya
afrekuensi pernafasan
m.
Urin
v Yang diukur adalah Volume urine, protein, aseton
v Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya
setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih).
v proteinuria
(+ / – )
v Albumin
v Glukosa
v Jika
memungkinkan untuk tujuan praktis, gunakan kertas celup berbagai indikator
(strip-test) dimana dapat juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin, leukosit-esterase
dan sebagainya dalam satu kali pemeriksaan kertas yang dicelupkan.
n.
Catatan
Persalinan
v Pencatatan Kemajuan Persalinan
A.
Temuan
yang menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I meliputi :
i.
Kontraksi
teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi
ii.
Kecepatan
pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama persalinan, fase aktif
(dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada)
iii.
Serviks
tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
B.
Temuan
yang menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I meliputi :
i.
Kontraksi
yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
ii.
Atau
kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam selama persalinan
fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada)
iii.
Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah
janin
Pencatatan
selama fase laten persalinan:
Kala
satu dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang dibatasi
oleh pembukaan servik
a. Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm.
b. Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat.
a. Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm.
b. Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat.
Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan
kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten
persalinan. Semua asuahan dan intervenís harus dicatat.
v
Pencatatan
selama fase aktif persalinan ( partograf )
1. informasi tentang ibu.
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ’ Jam’ pada partograf dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Keselamatan dan kenyamanan janin
1. informasi tentang ibu.
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ’ Jam’ pada partograf dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Keselamatan dan kenyamanan janin
v Pencatatan Kemajuan Kondisi Janin
Jika didapati denyut jantung janin tidak normal
(kurang dari 100 atau lebih dari 180 denyut per menit) dicurigai adanya gawat
janin. Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan verteks fleksi
sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi. Jika didapatkan
kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama maka perlu ditangani
penyebab tersebut (Saifuddin, 2002).
Hal-hal
yang diamati pada catatan kemajuan persalinan:
Ø Kemajuan
persalinan
Ø Keadaan janin
Ø Keadaan
ibu
v Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk
mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi,
serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi
baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebabagi catatan persalinan.
Nilai dan catatn asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama
pada kala IV persalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat
keputusan klinik (misalnya pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan).
Selain itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk
menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih
telah dilakukan
v Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur
berikut:
a. Data atau informasi umum
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir
f. Kala IV
a. Data atau informasi umum
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir
f. Kala IV
v
Kondisi
ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secra seksama, yaitu :
ü
Denyut
jantung janin : setiap ½ jam
ü
Frekwensi
dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.
ü
Nadi
: setiap ½ jam
ü
Pembukaan servik : setiap 4 jam.
ü
Penurunan
: setiap 4 jam
ü
Tekanan
darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
ü
Produksi
urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.
Jika ditemui tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi
ibu dan bayi, harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai
apabila dalam diagnosa ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jka
frekwensi kontraksi berkurang dalam satu tay dua jam pertama, nilai ulang
kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda
kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika
kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan dirumah,
penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu
dan bayinya dalam kondis baik. Pesankan pada ibu dan keluargannya untuk
memberitahukan penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekwensi
kontraksi.
v
Asuhan
, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinikn disisi
luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan dalam
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
v
Asuhan,
pengamatan atau keputusan klinik mencakup :
• Jumlah cairan peroral yang diberikan.
• Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
• Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan, dokter umum)
• Persiapan sebelum melakukan rujukan.
• Upaya rujukan.
• Jumlah cairan peroral yang diberikan.
• Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
• Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan, dokter umum)
• Persiapan sebelum melakukan rujukan.
• Upaya rujukan.
v Pencatatan pada lembar belakang partograf.
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang
terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak persalinan kala I sampai persalinan kala IV (termasuk Bayi baru
lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Niali
dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama
peamantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan ). Selain
itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula
digunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan
persalinan bersih dan aman.
sangat membantu pembahasannya mengenai pengertian partograf, terimakasih banyak infonya
BalasHapus