Total Tayangan Halaman

Sabtu, 28 Juli 2012

MAKALAH EMERGENCY DAN OBAT ANESTESI



MAKALAH
EMERGENCY DAN OBAT ANESTESI








Disusun Oleh :
MOH. RUDIANTO
O8121024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya selaku penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Emergensi Dan Obat Anastesi” .
Makalah ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan, baik buku-buku diklat kedokteran dan keperawatan, artikel-artikel nasional dan internasional dari internet dan lain sebagainya. Semoga saja makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi para pembaca pada umumnya.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan. Dan penulis menyadari makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu penulis merasa perlu untuk meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan demi perbaikan yang selalu perlu untuk dilakukan agar kesalahan - kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan datang.


Jombang, Mei 2011

Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kemajuan ilmu kedokteran dewasa ini khususnya dibidang pembedahan tidak terlepas dari peran dan dukungan kemajuan bidang Anestesiologi. Dokter spesialis bedah, sekarang sehari-hari dapat melakukan pembedahan yang luas dan rumit pada bayi baru lahir sampai orang tua dengan kelainan yang berat. Melakukan pembedahan yang lama dan ber jam-jam tanpa rasa sakit sedikitpun adalah akibat dukungan tindakan anestesi yang canggih.
Pada prinsipnya pada pelaksanaan anastesi pada suatu operasi ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari persiapan fisik dan mental pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan persiapan pada hari operasi. Tahap penatalaksanaan  anestesi  yang  terdiri  dari  premedikasi,  masa  anestesi  dan pemeliharaan. Serta tahap pemulihan dan perawatan pasca anestesi. Anestesi spinal merupakan salah satu macam anestesi regional. Efek anestesi tercapaisetelah 20 menit, mungkin akibat difusi pada ruang epidural. Indikasi penggunaananestesi spinal  salah satunya adalah tindakan pada bedah obstetri dan ginekologi.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sbb :
a.       Mengetahui tentang Emergensi dan obat-obatan anastesi
b.      Memenuhi tugas individu





BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu a = tanpa dan aesthesis = rasa, sensasi. Jadi Anestesi dapat diartikan sebagai keadaan tanpa rasa sakit.
Sedangkan Anestesiologi adalah cabang dari beebagai ilmu yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi ataupun pemberian analgesic, pengawasan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan lainnya, pemberian bantuan hidup dasar, perawatan intensif pasien gawat (emergensi), terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan (elektif atau darurat)harus dipersiapkan dengan baik.
Pada prinsipnya pada pelaksanaan anastesi pada suatu operasi ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari persiapan fisik dan mental pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan persiapan pada hari operasi. Tahap penatalaksanaan  anestesi  yang  terdiri  dari  premedikasi,  masa  anestesi  dan pemeliharaan. Serta tahap pemulihan dan perawatan pasca anestesi.
Kunjungan pra anestesi pada pasien yang akan menjalani operasi dan pembedahan  baik  elektif  dan  darurat  mutlak  harus  dilakukan  untuk keberhasilan tindakan tersebut. Adapun tujuan pra anestesi adalah:
a.    Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal.
b.    Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yangsesuai dengan fisik dan kehendak pasien.
       Menentukan status fisik dengan klasifikasi ASA (American SocietyAnesthesiology) :
a.               ASA I Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir,  tanpa kelainan faali, biokimiawi, dan psikiatris. Angka mortalitas 2 %.
b.              ASA II Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. Angka  mortalitas 16 %.
c.               ASA III Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harian terbatas. Angka mortalitas 38 %.
d.             ASA IV  Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, tidak selalu sembuh dengan operasi. Misalnya : insufisiensi fungsi organ, angina menetap. Angka mortalitas 68%.
e.               ASA V Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan operasi hamper tidak ada harapan, tidak diharapkan hidup dalam 24 jam tanpa operasi / dengan operasi. Angka mortalitas 98%. Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) tanda darurat.

B.     PREMEDIKASI ANESTESI
Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun tujuan dari premedikasi antara lain :
·         Memberikan rasa nyaman pada pasien
·         Menghilangkan rasa khawatir
·         Membuat amnesia
·         Memberikan analgesic
·         Mencegah muntah
·         Memperlancar induksi
·         Mengurangi jumlah obat-obat anestesi
·         Menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan
·         Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas.
Obat-Obat yang biasa digunakan anestesi antara lain sbb :
Ø  Sulfas Atropin
Obat ini dapat  mengurangi  sekresi  traktus  respiratorius  danmerupakan obat pilihan utama untuk mengurangi efek bronkhial dan kardial yang berasal dari parasimpatis akibat rangsangan obat anestesi atautindakan operasi.
Pada dosis klinik (0,4 - 0,6 mg) akan menimbulkan bradikardi yang disebabkan perangsangan nervus vagus. Pada dosis yang lebih besar (>2mg) akan menghambat nervus vagus sehingga terjadi takikardi. Efek lainnya yaitu melemaskan tonus otot polosdan menurunkan spasme gastro intestinal.
Atropin tersedia dalam bentuk Atropin sulfas dalam ampul 0,25 mg dan  0,5 mg. Obat ini dapat diberikan secara intra muskuler, intra vena dan subkutan. Untuk dosisnya adalah 0,5 mg atau 0,01 mg/kg BB untuk dewasa dan 0,1 - 0,4 mg untuk anak-anak.
Ø  Pethidin
Pethidin adalah Derivat venil disperidin, suatu obat sintetik dengan rumus molekul yang berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek. Dimana, efek sampan samping dari pethidin tersebut hampir sama dengan mormorfin. Efek analgesic hamper sama dengan morfin, tetapi mula-mula kerja dan masa kerjanya lebih singkat.
Efek sedasi, euphoria dan eksitasi hamper sama dengan morfin, tetapi pethidin dapat menyebabkan kedutan dan tremor akibat rangsangan SSP. Terhadap system respirasi akan mendepresi dan menekan reaksi pusat perbpasan terhadap rangsangan CO2. Obat ini juga meningkatkan kepekaan terhadap alat keseimbangan sehingga menimbulkan muntah, pusing terutama pada penderita berobat jalan serta obat ini dapat mengatasi kejang.
Pethidin biasanya digunakan untuk nyeri berat pada penderita dengan terapi inhibitor monoamine oksidase. Oleh karena tidak adanya kemampuan untuk memetabolisme memetabolisme Pethidin sehingga dapat menyebabkankoma. Dosis Pethidin untuk dewasa 1 mg/kgBB IM. Efek analgetik tercapaidalam 15 menit, efek puncak 45-60 menit durasinya 3-4 jam.
Ø  Diazepam (Valium)
Diazepam merupakan  obat  hipnotik  sedatif  sebagai  premedikasi  untuk menghilangkan rasa takut dan gelisah serta sebagai anti konvulsi yang baik.Dapat mendepresi pusat pernafasan dan sirkulasi.Sediaan dalam bentuk ampul berisi diazepam 10 mg/ml injeksi. Dosis0,2-0,5 mg/kgBB untuk anak 5-10 mg.
Pemberian IV, 30 menit sebeluminduksi.
Ø Midazolam
Midazolam berdasarkan  kecepatan  metabolismenya,  midazolam  termasuk golongan ultra short acting  benzodiazepin yang mempunyai sifat hipnotik sedatif, heart rate meningkat (atropine like effect ), pelemas otot ringan(anti  kejang),  vasodilatasi  perifer,  cepat  melewati  barier plasenta. Midazolam cenderung menimbulkan efek amnesia anterogade.
Selain itu,resiko akan terjadinya efek abstinensi dan rebound  insomnia cukup besar pada obat ini, sehingga jangan digunakan lebih dari 2 minggu. Kontraindikasi terhadap porfiria dan kehamilan. Obat ini memiliki t1/2 dalam plasma : 2 jam.
Dosis untuk premedikasi 0,07 - 0,2 mg/kg BB, induksi0,15 - 0,45 mg/kg BB, drip 0,03 - 0,2 mg / kg BB.
Ø Metoklopramid
Metoklopramid merupakan senyawa golongan benzamid, biasa digunakan sebagaipremedikasi  untuk  mencegah  muntah.
Pada  gaster,  metoklopramidmemperkuat kontraksi terutama pada antrum, memperbaiki kontraktilitasantrum dan duodenum sehingga mempercepat pengosongan isi lambung. Efek pada saluran cerna diperlemah oleh atropin. Dosis untuk penggunaani.m atau i.v 10 mg.

C.    ANESTESI SPINAL
Anestesi regional adalah suatu tindakan anestesi yang menggunakanobat analgetik lokal untuk menghambat hantaran saraf sensorik, sehinggaimpuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara. Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya, sedang penderita tetap sadar.Anestesi spinal (anestesi lumbal, blok subarachnoid) dihasilkan bila kitamenyuntikkan obat analgetik lokal ke dalam ruang subarachnoid di daerahantara vertebra L2-L3 / L3-L4 (obat lebih mudah menyebar ke kranial) atauL4-L5 (obat lebih cenderung berkumpul di kaudal).Indikasi : anestesi spinal dapat digunakan pada hampir semua operasiabdomen bagian bawah (termasuk seksio sesaria), perineum dan kaki. Anestesiini memberi relaksasi yang baik, tetapi lama anestesi didapat dengan lidokain hanya sekitar 90 menit.  Bila digunakan obat lain misalnya bupivakain, sinkokain,atau tetrakain, maka lama operasi dapat diperpanjang sampai 2-3 jam.
Kontra indikasi :
Pasien dengan hipovolemia, anemia berat, penyakitjantung, kelainan pembekuan darah, septikemia, tekanan intrakranial yangmeninggi.
                        Untuk tujuan klinik, pembagian tingkat anestesi spinal adalah sbb :
a.       Sadle back anestesi, yang kena pengaruhnya adalah daerah lumbal bawah dan segmen sacrum.
b.      Spinal rendah, daerah yang mengalami anestesi adalah daerah umbilicus/Th X, disini termasuk daerah thoraks bawah, lumbal dan sacral.
c.       Spinal tengah, mulai dari perbatasan kosta ( Th VI) disini termasuk thoraks bawah, lumbal dan sacral.
d.      Spinal tinggi, mulai garis sejajar papilla mamae, disini termasuk daerah thoraks segmen. Th 4-Th 12, lumbal dan sacral.
e.       Spinal tertinggi, akan memblok pusat motorik dan vasomotorik yang lebih tinggi.
Tehnik Anastesi adalah sbb :
a.       Perlu mengingatkan penderita tentang hilangnya kekuatan motorik dan berkaitan keyakinan kalau paralisisnya hanya sementara.
b.      Pasang infuse minimal 500ml cairan sudah masuk saat menginjeksi obat anastesi local.
c.       Posisi lateral dekubitus adalah posisi yang rutin untuk mengambil lumbal fungsi, tetapi bila kesulitan posisi duduk akan lebih mudah untuk lumbal fungsi. Asisten harus mampu untuk memfleksikan penderita.
d.      Inspeksi : garis yang menghubungkan 2 titik tertinggi krista iliaka kanankiri akan memotong garis tengah punggung setinggi L4-L5
e.       Palpasi : untuk mengenal ruangan antara 2 vertebra lumbalis
f.       Pungsi lumbal hanya antara L2-L3, L3-L4, L4-L5, L5-S1
g.      Setelah tindakan antiseptik daerah punggung pasien dan memakai sarung tangan steril, pungsi lumbal dilakukan dengan penyuntikan jarum lumbalno. 22 lebih halus no. 23, 25, 26 pada bidang median dengan arah 10-30o terhadap bidang horisontal ke arah kranial pada ruang antar vertebra lumbalis yang sudah dipilih. Jarum lumbal akan menembusberturut-turut  beberapa  ligamen,  yang  terakhir  ditembus  adalah duramater subarachnoid.
h.      Setelah stilet dicabut, cairan LCS akan menetes keluar, selanjutnya disuntikkan larutan obat analgesic local kedalam ruang sub arnhoid. Cabut jarum, tutup luka dengan kasa steril.
i.        Monitor tekanan darah setiap 5 menit pada 20 menit pertama, jika terjadi hipotensi diberikan oksigen nasal dan ephedrine IV 5mg, infuse 500-1000cc NaCl atau Hemacel cukup untuk memperbaiki tekanan darah.
Obat yang dipakai untuk kasus tersebut adalah :
Ø  Bupivakain
                Bupivakain ( Decain, Marcain ) adalah  derivate  butyl yang 3 kali lebih kuat dan bersifat long acting ( 5-8 jam ). Obat ini terutama digunakan untuk anestesi daerah luas ( larutan 0,25% - 0,5%) di kombinasi dengan adrenalin 1 : 200.000. derajat  relaksasinya terhadap otot tergantung terhadap keadaannya . Presentase  pengikatannya sebesar 82-96% . Melalui  N- Dealkilasi zat ini dimetabolisme menjadi menjadi pipekoloksilidin (PPX). Ekskresinya melalui kemih 5 % dalam keadaan utuh, sebagian kecil sebagai PPX dan sisanya metabolit-metabolit lain. Plasma t ½ 1,5- 5,5 jam. Untuk kehamilan, samadengan mepivakain  dapat digunakan  selama kehamilan  dengan kadar 2,5-5 mg/ml. Dari semua anestetika lokal, bupivakain adalah yang palingsedikit melintasi plasenta.Berat jenis cairan serebrospinalis (CSS) pada suhu 370c adalah1,003-1,008.
        Anestesi lokal dengan berat jenis yang sama dengan CSSdisebut isobarik sedangkan yang lebih berat dari CSS adalah hiperbarik.Anestesi  lokal  yang  sering  digunakan  adalah  jenis  hiperbarik  yangdiperoleh dengan mencampur anestesi lokal dengan dekstrosa.

Ø  Pethidin
                  Pethidin merupakan narkotik yang sering digunakan untuk premedikasi. Keuntungan penggunaan obat ini adalah memudahkan induksi, mengurangi kebutuhan obat anestesi, menghasilkan analgesia pradan pasca bedah, memudahkan melakukan pemberian pernafasan buatan dan dapat di antagonis dengan naloxon.  Pethidin dapat menyebabkan vasodilatasi perifer, sehingga dapat menyebabkan hipotensi orthostatic. Hal ini akan lebih berat lagi bila digunakan pada pasien hipovolemia. Juga dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan di medulla yang dapat ditunjukkan dengan respon turunnya CO2. Mual dan muntah menunjukkan adanya stimulasi narkotik pada pusat muntah di medulla.
Posisi tidur dapat mengurangi efek tersebut. Sediaan  sbb : Dalam ampul 100 mg/2cc Dosis : 1 mg/ kg BB pemberian : IV, IM, Intradural.
                Keuntungan Dan Kerugian Anestesi Spinal
±                Keuntungan :
·                  Respirasi spontan
·                  Lebih murah
·                  Ideal untuk pasien kondisi fit
·                  Sedikit resiko muntah yang dapat menyebabkan aspirasi paru pada pasien dengan perut penuh.
·                  Tidak memerlukan intubasi
·                  Pengaruh terhadap biokimiawi tubuh minimal
·                  Fungsi usus cepat kembali
·                  Tidak ada bahaya ledakan

±                Kerugian :
·                  Efeknya terhadap system kardiovaskuler lebih dari general system
·                  Menyebabkan post operatif headache
                Komplikasi tindakan anestesi sipinal sbb:
·            Hipotensi berat akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan pemberian cairan eletrolit 100ml atau koloid 500 ml sebelum  tindakan.
·            Brakikardi dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok sampai T-2c.
·            Hipoventilasi akibat paralisis saraf phenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas.
·            Trauma pembuluh darah
·            Trauma saraf
·            Mual muntah
·            Gangguan pendengaran



D.    TERAPI CAIRAN
Prinsip  dasar  terapi cairan  adalah  cairan  yang  diberikan  harusmendekati  jumlah  dan  komposisi  cairan  yang  hilang.
Terapi  cairanperioperatif bertujuan untuk :
·         Memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit, dan darah yang hilang selama operasi
·         Mengatasi syok dan kelainan dan kelainan karena terapi yang diberikan.
Pemberian cairan operasi dapat dibagi : pra operasi terjadi deficit karena kurang makan, puasa, muntah,  penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti pada ileus obstriktif, perdarahan, luka bakar, dll. Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml/kg BB/ jam.
Setiapkenaikan suhu 1° Celcius kebutuhan cairan bertambah 10-15 %.2. Selama operasiDapat  terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhancairan pada dewasa untuk operasi :
·         Ringan= 4 ml/kgBB/jam.
·         Sedang= 6 ml / kgBB/jam
·      Berat = 8 ml / kgBB/jam.
       Bila terjadi perdarahan selama operasi, di mana perdarahan kurangdari 10 % EBV maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3 kali volume darah  yang hilang. Apabila perdarahan lebih dari 10 %maka dapat dipertimbangkan pemberian plasma / koloid / dekstran dengandosis 1-2 kali darah yang hilang.3. Setelah operasiPemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairanselama operasi ditambah kebutuhan sehari-hari pasien.

E.     PEMULIHAN
Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dananestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau recovery roomyaitu ruangan untuk observasi pasien pasca operasi atau anestesi. Ruang pulihsadar batu loncatan sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masihmemerlukan perawatan intensif di ICU. Dengan demikian pasien pasca operasiatau anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena operasiatau pengaruh anestesinya.

F.     ANESTESI OBTETRI
Semua pasien yang masuk dalam obstetri sangat besar kemungkinanmembutuhkan anestesi yang baik yang direncanakan atau emergensi, olehkarena itu seorang ahli anestesi seharusnya menyadari riwayat penyakit sekarang dan dahulu yang berhubungan dengan pasien obstetri.
Pasien yangmembutuhkan  pelayanan  anestesi  untuk  persalinan  atau  SC  seharusnyamendapat evaluasi pre anestesi yang detail. Semua wanita dalam persalinanharus dijaga nutrisi per oral dan diberi cairan iv, biasanya menggunakan cairanRL dalam dextrosa untuk mencegah dehidrasi.
Berbagai macam indikasi untuk sectio caesaria antara lain :
·         Kehamilan beresiko tinggi pada maternal dan fetal
·   Presentasi fetal yang abnormal
·         Keadaan-keadaan gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera.


BAB III
KESIMPULAN
Dalam suatu tindakan anestesi banyak hal yang harus diperhatikan agar tindakananestesi tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan anestesi. Anestesi dalam persalinan harus dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan ibu dan bayi.
Dalam hal ini pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasiyang  melibatkan  anestesi.  Pemeriksaan  yang  baik  dan  teliti  memungkinkan  kita mengetahui kondisi pasien dan memperkirakan masalah yang mungkin timbul sehingga dapat mengantisipasinya serta dapat menentukan teknik anestesi yang akan dipakai.
Selain itu, pemilihan obat dan dosisnya harus benar-benar diperhatikan. Pada makalah ini disajikan kasus penatalaksanaan anestesi regional dengan menggunakan teknik anestesi spinal pada penderita PEB. Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti dansegi anestesi maupun dari tindakan bedahnya. Selama di ruangan pemulihan juga tidak terjadi hal yang memerlukan penanganan serius.


DAFTAR PUSTAKA
Anesthesiology cetakan I. EGC, Jakarta.Cunningham F.G.,et al.  (1995).
Obstetri Williams, edisi 18, editor Devi H.R., EGC,Jakarta.Ery L., (1998).
Belajar Ilmu Anestesi. FK Univ. Diponegoro. Semarang.Kumpulan protokol, (1995),
Penuntun Praktis Anestesi. cetakan I. Penerbit Buku KedokteranEGC, JakartaMorgan G.E., Mikhail M.S., (1992).  
Clinical Anesthesiology. 1sted. A large medicalBook Muhardi, M, dkk. (1989).
Anestesiologi,bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, FKUI,CV Infomedia, Jakarta.Rustam M, (1998).
Tjay, Tan Hoan,Obat - obat Penting , Edisi  4, Jakarta : Depkes RI, 197
http://www.scribd.com/doc/45038551/Isi-Preskes-Fay-Anes





Tidak ada komentar:

Posting Komentar