Total Tayangan Halaman

Jumat, 27 Juli 2012

askep meningitis






ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN
MENINGITIS
( Tugas Mata Kuliah Neurobehaviour )





Disusun Oleh :
1.Rindi Dwi Damayanti.
2.Asri Wijayanti.
3.Eka Mey Wulandari.
4.Enik Ambarsari.
5.Ahmad Bara Amrullah.
6.Devi Ayu Sasta.
7.Ana Nur Halimah.


Dosen Pembimbing
Esty Prasetyowati,S.Kep.Ns

PRODI D3 KEPERAWATAN
SEMESTER III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2009
MENINGITIS

A.Definisi
>  Meningen adalah selaput yang menutupi otak dan medula spinalis yang berfungsi sebagai pelindung,pendukung jaringan-jaringan di bawahnya.meningen terdiri dari : Durameter,arachnoid,dan piameter.
( Tuti Pakria,Skp ; 1996 : 25 ).

>  Meningitis adalah radang pada meningen / membran ( selaput ) yang mengelilingi otak dan medula spinalis.
( Arif muttaqim ; 2008 ; 160 ).

> Meningitis adalah radang pada meningen / membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis dan disebabkan oleh bakteri,virus,organ-organ jamur.
( Brunner & Suddarth , 2001 ; 2175 ).

> Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piameter,disebabkan oleh bakteri,virus yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
( Arif mansjoer, 2000 ; 11 ).

B.Klasifikasi
> Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,meningitis dibagi
menjadi 2 :
a).Meningitis purulenta adalah radang selaput otak ( araknoid & piameter ) yang menimbulkan eksudasi berupa pus,disebabkan oleh kuman non spesifik & non virus.
( Ngastiyah,2005 : 184 ).

b).Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.penyebabnya adalah mycobacterium tuber culosa.

>Berdasarkan sesuai dengan faktor penyebabnya :
a).Asepsis / Aseptik / Meningitis Virus
Mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,ensefalitis,leukemia atau darah di ruang subaraknoid.

b).Sepsis / Meningitis Bakterial
Suatu keadaan ketika meningen atau selaput dari otak mengalami peradangan akibat bakteri seperti meningokokus stafilokokus atau basilus influ enza.

c).Meningitis Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel juga merupakan akibat komplikasi penyebaran tuber kulosis primer,biasanya dari paru.
Etiologi
1.Bakteri pembentuk pus,terutama meningokokus ( Neiserria Meningitidis )Streptococcus pneumoniap ( pada Dewasa ) dan Haemophilus Influenzae ( pada anak-anak dan dewasa muda ).

2.Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi seperti meningitis virus disebabkan penyakit karena virus seperti gondok,herpes simpleks dan herpes zouster.

3.Faktor Predisposisi
a.Trauma Kepala
b.Infeksi jalan napas bagian atas
c.Otitis Media
d.Mastoiditis,anemia sel sabit
e.Prosedur bedah saraf
f.Gangguan respon imun ( pengaruh imunologis ).

D.Tanda & Gejala
1.Sakit kepala & demam.sakit kepala akibat iritasi meningen.

2.Perubahan pada tingkat kesadaran.Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit.sesuai perkembangan penyakit,dapat terjadi letargik,tidak responsif dan koma.

3.Rigiditas nukal ( kaku kuduk / leher )
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.

4.Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah abdomen,kaki tidak dapat diekstensikansempurna.

5.Tanda brudzinski
Ketika pasien dibaringkan dan kepala fleksi,timbulnya fleksi pada kedua paha,lutut dan pergelangan kaki dengan fleksi leher mengindikasikan adanya iritasi meningen.

6.Adanya kejang & peningkatan TIK.kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen & edema serebral terdiri dari perubahan TTV ( brakikardia,pernapasan tidak teratur ),sakit kepala,mual,muntah dan penurunan kesadaran.




E.Komplikasi
1.Hidrosefalus
2.Kelumpuhan saraf kranial
3.Tuli akibat kerusakan saraf kranial VIII
4.Stroke karena gangguan / kerusakan hemisfer pada batang otak.
5.Kerusakan serebral pada anak-anak akibat meningitis,khususnya dengan infeksi H.Influenzae dapat mengakibatkan retardasi mental.







































F.PATOFISIOLOGI
Meningitis dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia yang menyebar ke meningen otak & dhaerah medula spinalis bagian atas.Saluran vena yang melalui nasofaring posterior,telinga bagian tengah,dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan  bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah & menyebabkan reaksi radang di dalam meningen & di bawah dhaerah korteks yang dapat menyebabkan trombus & penurunan aliran darah serebral.Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,vaskulitis & hipoperfusi.Eksudat purulent dapat menyebar sampai dasar otak & medula spninalis.Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.Meningitis dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakarnial yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah,edema serebral & peningkatan TIK.  

































G.WOC













































H.Penata Laksanaan

1.Terapi obat anti_infeksi ( Meningitis Tuberkulosa )
>Isoniazid 10-20mg/kg BB/24 jam.Oral,2X sehari maksimal 500mg selama 1 setengah tahun.
>Rifampisin 10-50 mg/kg BB/24 jam.Oral,1X sehari selama 1 tahun.
>Streptomisin sulfat 20-40 mg/kg BB/24 jam,1M,1-2X sehari selama 3 bulan.

2.Obat anti_infeksi ( Meningitis bakterial )
>Sefalosporin
>Amfisilin 150-200 mg ( 400mg )/kg BB/24 jam,IV 4-6X sehari
>Klorampenikol 50 mg/kg BB/24 jam IV 4X sehari.

3.Pengobatan simtomatis
>Antikonvulsi,diazepam IV ; 0,2-0,5mg/kg BB/dosis,atau fenitoin 5mg/kg BB/24 jam,3X sehari atau fenobarbital 5-7 mg/kg BB/24 jam,3X sehari.
>Anti piretik : Parasetamol / asam salisilat 10 mg/kg BB/dosis.
>Anti edema serebri,diuretik osmotik ( seperti ...........) dapat digunakan u/ mengobati edema serebri.

























KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I.Pengkajian

A.Identitas Klien
Meningitis dapat terjadi pada semua usia.Tidak ada perbandingan antara wanita dan laki-laki.Di indonesia angka kejadian tertinggi meningitis pada bayi & anak adalah pada umur 2 bulan sampai 2 tahun,umumnya pada anak dengan daya tahan tubuh rendah.
Meningitis menjadi endemik di USA & seluruh dunia.tapi insidennya mengalami kemunduran di bagian dunia barat karena peningkatan standar kebersihan dan kehidupan sosial yang baik.kejangkitan paling mungkin terjadi di antara orang yang hidup dalam kondisi padat seperti kota.

B.Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien / orang tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi,kejang dan penurunan tingkat kesadaran.

C.Riwayat penyakit sekarang
serangan,sembuh atau bertambah buruk.
Gejala awal Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai biasanya sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang berat dan iritasi meningen.dan demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu diperhatikan secara mendalam.Bagaimana sifat timbulnya kejang,stimulus apa yang sering menimbulkan kejang & tindakan apa yang telah diberikan dalam menurunkan keluhan kejang tersebut.
Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS,pernahkah menjalani tindakan invasif yang memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama melalui pembuluh darah.

D.Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian terhadap faktor predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan napas bagian atas,otitismedia,mastoiditis,anemia sel sabit,riwayat trauma kepala.Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien terutama apabila ada keluhan batuk produktif.


E.Riwayat penyakit keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit yang sama yang dialami oleh anggota keluarga yang lain,karena meningitis dapat ditularkan.



F.Riwayat psiko_sosial_spiritual
Kaji pada diri klien apakah ada dampak yang timbul pada klien akibat penyakit yang dideritanya seperti ketakutan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal,gangguan citra tubuh.Bagaimana respon emosi klien terhadap penyakitnya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat.

G.Pola aktivitas sehari-hari
a.Nutrisi
Dapat mengalami gangguan berhubungan dengan anoreksia,mual,muntah.

b.Istirahat
Gangguan dalam istirahat berhubungan dengan sakit kepala dan demam.

c.Eliminasi & personal hygien
Dihubungkan dengan penurunan kesadaran dapat mengalami gangguan.

d.Aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam beraktivitas akibat kelemahan fisik & penurunan kesadaran.

H.Pemeriksaan fisik                                                                                        o
a.TTV : klien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh yaitu  38-41 C penurunan denyut nadi,berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.dapat disertai peningkatan frekuensi pernapasan.tekanan darah biasanya normal / meningkat karena tanda-tanda peningkatan TIK.

b.B1 ( Breathing )
>Inspeksi apakah klien batuk,produksi sputum,sesak napas & penggunaan otot bantu pernapasan.
>Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.

c.B2 ( Bloud )
>Pengkajian kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami syok.

d.B3 ( Brain )
1.Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat letargi,stupor dan semi koma.apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting u/ menilai tingkat kesadaran klien.


2.Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien & tingkah lakunya,nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik yang pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.

3.Pemeriksaan saraf kranial
N.I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan & fungsi penciuman tidak ada kelainan.
N.II : Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan,terutama pada meningitis disertai abses serebri.
N.III,IV,VI : Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu kesadaran tanda-tanda perubahan dari fungsi & reaksi pupil akan didapat.kadang-kadang klien mengeluh fotofobia.
N.V : Klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
N.VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal,wajah simetris.
N.VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
N.IX & X : Kemampuan menelan baik.
N.XI : Tidak ada atrofi otot sternokleido Mastoideus dan trapezius.adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher & kaku kuduk ( Rigiditas Nukal ).
N.XII : Lidah simetris,tidak ada deviasi pada satu sisi dan indra pengecap normal.

4.Sistem Motorik
Kekuatan otot menurun kontrol keseimbangan dan koordinasi pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.

5.Pemeriksaan Reflek
Pemeriksaan reflek dalam,pengetukan pada tendon,ligamentum / periostreum derajat reflek pada respon normal.

6.Gerakan involunter
Tidak ditemukan tremor,kedutan saraf.pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum,terutama pada anak dengan meningitis disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi.

7.Tanda kernig positif

8.Tanda Brudzinski positif

e.B4 ( Bladder )
Biasanya didapatkan berkurangnya volume keluaran urine,hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.

f.B5 ( Bowel )
Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung.pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.

g.B6 ( Bone )
Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari ( ADL ).

I.Pemeriksaan Diagnostik
1.Hitung darah lengkap dengan perbedaannya memperlihatkan adanya peningkatan sel darah putih dan neutrofil.

2.Kultur darah mengindikasikan adanya organisme.

3.Analisis cairan otak untuk mengetahui jumlah sel,protein,dan konsentrasi glukosa.kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai semua glukosa dan pada klien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

4.CIE ( counter immuno electrophoresis ) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh,umumnya cairan serebrospinal dan urine.

5.Foto Rontgen paru.

6.CT Scan kepala untuk menentukan adanya edema serebri / penyakit saraf lainnya.Hasilnya biasanya normal,kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

II.Diagnosa Keperawatan
1.Perubahan perfusi jaringan otak b/d peradangan dan edema pada otak & selaput otak.

2.Resiko peningkatan TIK b/d peningkatan volume kranial,edema serebri.

3.Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat napas di otak.

4.Hipertermia b/d inflamasi pada meningen.

5.Nyeri kepala b/d iritasi selaput dan jaringan otak.
III.Intervensi
1.Perubahan perfusi jaringan otak b/d peradangan dan edema pada otak dan selaput otak.

Data penunjang : Malaise,pusing,nausea,muntah,kejang,kesadaran menurun,bingung,koma.

Tujuan : Dalam waktu 3 X 24 jam setelah diberikan intervensi perfusi jaringan otak meningkat.

Kriteria Hasil : >Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar.
>Disorientasi negatif.
>Perfusi jaringan dan oksigenasi baik.
>TTV dalam batas normal.
>Syok dapat dihindari.

Intervensi : 1.Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial selama perjalanan penyakit ( Nadi lemah,tekanan darah meningkat,kesadaran menurun,napas ireguler,reflek pupil menurun ).
R/ Untuk mendeteksi tanda-tanda syok yang harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi awal.

2.Monitor tanda-tanda vital dan neurologis tiap 5-30 menit.
R/ Perubahan-perubahan ini menandakan ada perubahan tekanan intrakranial.

3.Hindari posisi tungkai ditekuk / gerakan-gerakan klien,anjurkan untuk tirah baring.
R/ Untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

4.Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati-hati,cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak perlu dari kepala dan leher,hindari fleksi leher.
R/ Untuk mengurangi tekanan intrakranial.

5.Bantu seluruh aktivitas klien dan gerakan-gerakan klien.anjurkan klien untuk menghembuskan napas dalam bila miring dan bergerak di tempat tidur.
R/ Untuk mencegah keregangan otot yang dapat menimbulkan peningkatan TIK.

6.Beri penjelasan tentang keadaan lingkungan kepada klien.
R/ Mengurangi disorientasi dan untuk klasifikasi persepsi sensori yang terganggu.

7.Kolaborasi pemberian steroid osmotik.
R/ Menurunkan tekanan intrakranial.

2.Resiko peningkatan TIK b/d peningkatan volume intrakranial,edema serebri.

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu 3X24 jam.

Kriteria Hasil : >Klien tidak gelisah.
>Klien tidak mengeluh nyeri kepala,mual-mual dan muntah.
>GCS : 4,5,6.
>Tidak terjadi papiledema.
>TTV dalam batas normal.

Intervensi : 1.Mandiri
Kaji faktor penyebab dari situasi / keadaan individu / penyebab koma /penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
R/ Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi,mengkaji status neurologis / tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan / tindakan pembedahan.

2.Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam.
R/ Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebri terpelihara dengan baik.adanya peningkatan tekanan darah,brakikardi,disrimia,dispnea merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK.

3.Evaluasi pupil,amati ukuran,ketajaman,dan reaksi terhadap cahaya.
R/ Reaksi pupil diatur oleh saraf ketiga kranial yang menunjukkan keutuhan batang otak,ukuran pupil menunjukkan keseimbangan antara parasimpatis dan simpatis.Respon terhadap cahaya merupakan kombinasi fungsi dari saraf kranial II dan III.

4.Pertahankan kepala / leher pada posisi yang netral,usahakan dengan sedikit bantal,hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala.
R/ Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak sehingga TIK dapat meningkat.

5.Berikan periode istirahat antara tindakan perawat dan batasi lamanya prosedur.
R/ Tindakan terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek rangsangan komulatif.
6.Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung,lingkungan yang tenang,sentuhan yang ramah,dan suasana / pembicaraan yang tidak gaduh.
R/ Suasana yang tenang ( Colming effect ) dapat mengurangi respons psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan TIK.

7.Cegah / hindari terjadinya valsava manuver.
R/ Mengurangi tekanan intratorakal,dan intrahdominal yang dapat meningkatkan TIK
.
8.Berikan penjelasan pada klien ( jika sadar ) dan keluarga tentang sebab-akibat TIK meningkat.
R/ Meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan perawatan dan mengurangi kecemasan klien.

9.Observasi tingkat kesadaran dengan GCS.
R/ Perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK.

10.Kolaborasi
Pemberian oksigen sesuai indikasi.
R/ Menurunkan hipoksia dapat meningkatkan vasodilatasi serebri,volume darah,dan menurunkan TIK.

11.Berikan steroid seperti deksametason,metil prednisolon.
R/ Untuk menurunkan inflamasi dan mengurangi edema jaringan.

12.Berikan analgesik norkotik seperti kodein.
R/ Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri.

13.Berikan antipiretik seperti asetaminofen
R/ Menurunkan metabolisme serebri / oksigen. 















DAFTAR PUSTAKA


Batticaca , Fransisca . B . 2008 . Asuhan keperawatan Klien Dengan Gangguan System Persyarafan . Jakarta : Salemba Medika


Brunner & Suddarth . 2001 . Keperawatan Medika Bedah . Edisi 8 . Jakarta : EGC


Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga . Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Muttaqin , Arif . 2008 .Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.


Ngastiyah . 2005 . Perawatan Anak Sakit Edisi 2 . Jakarta : EGC


Pahria , Tuti dkk . 1996 .Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafann . Jakarta : EGD





















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar