Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 Agustus 2012

KONJUNGTIVITIS DAN GLAUKOMA


KONJUNGTIVITIS
DAN
GLAUKOMA



 










Oleh:

1.     Ahmad Samsul Arif.
2.     Alfi Septya.
3.     Dwi Nadzirotul.
4.     Ita Suryaningsih.
5.     Rifan Masruri,
6.     Riyana Dinastiwi.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010


A.DEFINISI
Infeksi system penglihatan merupakan kelainan gangguan system penglihatan, terutama konjungtivitis. Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Konjungtivitis dapat menyerang pada semua tingkat usia.

B.ETIOLOGI
  • Virus (pada umumnya adenovirus)
  • Bakteri or kuman ( staphylococcus dan streptococcus )
  • Alergi (cuaca, debu, dll)
  • Bahan kimia ( polusi udara, sabun, kosmetik, dll)
  • Benda asing(kontak lensa)

C. PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing



D. TANDA DAN GEJALA

Manakala penderita pergi berobat, maka dokter akan memeriksa mata untuk memastikan tanda-tanda conjungtivitis, yakni:

  • Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
  • Produksi air mata berlebihan (epifora)
  • Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
  • Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.
  • Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
  • Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein)
  • Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)

Dalam praktek sehari-hari, dokter dapat mengenali jenis konjungtivitis melalui pemeriksaan langsung berdasarkan ciri-ciri spesifik dari berbagai jenis konjungtivitis dan pola penyebarannya. Karenanya tidak diperlukan pemeriksaan Laboratorium untuk menegakkan diagnosa, kecuali pada kasus-kasus tertentu.

E. MACAM-MACAM KONJUNGTIVITIS
  1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri dan mudah menular
Etiologi: staphylococcus dan streptococcus
Manifestasi klinis:
  1. Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis viral adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh virus
Etiologi: biasanya disebabkan adenovirus, herpes simpleks, herpes zoster dll
Manifestasi klinik: terdapat sedikit kotoran pada mata, sedikit gatal.yang disebabkan adenovirus biasanya berjalan akut, terutama mengenai anak-anak dan disebarkan melalui droplet atau kolam renang
  1. konjungtivitis alergi
konjungtiitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi
Etiologi: reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibody humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan dari sindrom steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan predisposisi alergi obat-obatan. Pada pemakai mata palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi alergi.
Manifestasi klinis: mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal dan silau.
  1. konjungtivitis sika
konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat kurangnya sekresi kelenjar lakrimal
etiologi: terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata, musim, akibat penguapan berlebihan, atau karena parut kornea.
Manifestasi klinis: gatal, mata seperti berpasir, silau dan kadang-kadang penglihatan kabur. Sukar menggerakan kelopak mata, mata tampak kering. Pada pemeriksaaan terdapat edemakonjungtiva bulbaris, keluhan berkurang jika mata dipejamkan

F. PENGOBATAN

Pada umumnya konjungtivitis sembuh sendiri (self limited) tanpa pengobatan dalam 10-14 hari. Jika diobati biasanya akan sembuh sekitar 3 hari. Pengobatan yang bersifat spesifik bergantung pada penyebabnya.

Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri, dapat menggunakan antibiotika topikal (obat tetes atau salep), misalnya Gentamycin 0,3%, Chloramphenicol 0,5%, dll. Adapun pengobatan pada konjungtivitis yang disebabkan virus, lebih ditujukan untuk mencegah infeksi sekunder.

kebanyakan penderita konjungtivitis mengobati sendiri dengan obat tetes mata yang dijual bebas sebagai langkah awal. Sebagian sembuh dan sebagian akan berobat ketika dirasa makin berat dan mengganggu.

Pada konjungtivitis karena alergi, ditandai dengan mata merah, gatal, tanpa kotoran mata dan berulang di saat-saat tertentu (misalnya oleh paparan debu dan sejenisnya), dapat menggunakan obat tetes mata antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%, dan sejenisnya), kortikosteroid (deksamethason 0,1%, dan sejenisnya) atau kombinasi keduanya.

Pada konjngtivitis karena virus pengobatannya hanya bersifat sistomatik dan antibiotic diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya.dan hindari pemakaian steroid topical kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan adanya infeksi virus herpes simpleks.
Konjungtivitis akut biasanya disebabkan adenovirus dan dapat sembuh sendiri sehingga pengobatannya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, lubrikasi. Pada kasus berat diberikan antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder beserta steroid topikel.
Konjungtivitis herpetic di obati dengan anti virus dapat diberikan analgesic untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin

Konjungtivitis sika di berikan air mata buatan tanpa zat pengawet karena bersifat toksit bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosintrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air mata.









G. UPAYA PENCEGAHAN

Untuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:
  • Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
  • Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
  • Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
  • Mencuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll) dengan penderita konjungtivitis.
  • Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum.
  • Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

















DAFTAR PUSTAKA

Ø Arif,Kuspuji,Rakhmi,Wahyu,Wiwiek.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga.FKUI,Jakarta 2001






















PENDAHULUAN

Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai 'pencuri penglihatan' karena sering berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak

menyadari mereka menderita penyakit tersebut.Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.



















REVIEW ANATOMI
1.      Anatomi Makro
Terdiri dari :
a)      Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opak di posterior (sklera).Sambungan keduanya disebut limbus.
b)      Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segment posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan dalam kornea.
c)      Korpus siliaris terletak di anterior. Korpus siliaris mengandung otot siliaris polos yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinkan fokus mata berubah-ubah.
d)      Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang terbentang diantara lensa dan korpus siliaris.
e)      Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisis oleh suatu jaringan sel dan kolagen (jaringan trabekula).pada sklera diluar jalinan ini, canal schlemm  mengalirkan akueous humor dari bilik anterior ke dalam sistim vena, sehingga terjadi drainase okueous.Daerah ini dinamakan sudut drainase.














PENGERTIAN

Glaukoma adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringanjaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata.( Klinikmatanusantara, 2008 )

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik (neuropatik optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okuler pada papil saraf.Iskemia tersendiri pada papil saraf optik juga penting.Hilangnya akson juga dapat menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang sentral terkena.( lecturing notes :oftalmologi, 2006 )

ETIOLOGI
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut :
1.      Trauma
2.      Pembedahan mata
3.      Terkait dengan penyakit mata lainnya (misal uveitis )
4.      Peningkatan tekanan vena episklera
5.      Terinduksi steroid

KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma berdasarkan pada mekanisme berkurangnya absorpsi dibagi menjadi
a.      Glaukoma primer
b.      Glaukoma kongenital
c.       Glaukoma sekunder



A.       Glaukoma primer
Dibedakan lagi menjadi :
Ø  Glaukoma sudut terbuka primer
Struktur jalinan trabekula terlihat normal namun terjadi peningkatan resistensi aliran keluar aqueous yang menyebabkan peningkatan tekanan okuler
Ø  Glaukoma sudut terbuka kronis
Epidemiologi
Mengenai 1 dari 200 orang pada populasi diatas 40 tahun, mengenai laki-laki dan perempuan sama banyak.prevalensi meningkat sesuai usia sampai hampir 10% pada populasi berusia lebih dari 80 tahun.Mungkin terdapat riwayat keluarga meski cara penurunan belum jelas.
Genetika
Keluarga derajat pertama(terdekat) pasien dengan glaukoma sudut terbuka kronis memiliki kemungkinan hingga 16% mengalami penyakit ini.pewarisan keadaan ini kompleks.
Penyebabnya adalah :
§  Penebalan lamela trabekula yang mengurangi ukuran pori.
§  Berkurangnya jumlah sel trabekula.
§  Peningkatan bahan ekstraselular pada jalinan trabekula.
Ø  Glaukoma sudut tertutup
Keadaan ini timbul pada mata yang kecil (sering pada hipermetropia) dengan bilik mata anterior yang dangkal.kadang sebagei respon terhadap dilatasi pupil, resistensi ini meningkat dan gradien tekanan menyebabkan iris melengkung ke depan sehingga menutup sudut drainase.
Epidemiologi
Mengenai 1 dari 1000 orang yang berusia lebih dari 40 tahun, perempuan lebih sering terkena dibanding laki-laki.Pasien dengan sudut tertutup primer kemungkinan besar rabun dekat karena berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior lebih padat.



B.   Glaukoma konginetal
Ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.( Klinikmatanusantara,2008 )
Glaukoma kongenital terdiri dari berbagai penyakit.dapat timbul dari lahir ataupun dalam tahun pertama.
Gejala dan tanda :
o   Mata berair berlebihan
o   Peningkatan diameter kornea (buftalmos )
o   Kornea berawan karena edema epitel
o   Terpisahnya membran descement

C.   Glaukoma sekunder
disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes  mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
Pada glaukoma sekunder tekanan intraokuler biasanya meningkat karena tersumbatnya jalinan trabekula.jaringan ini dapat tersumbat oleh :
o   Darah (hifema), setelah trauma tumpul terutama yang merusak sudut (resesi sudut) dan juga penutupan sudut.
o   Sel-sel radang (uveitis).
o   Pigmen dari iris (sindrom dispersi pigmen).
o   Deposisi bahan oleh yang dihasilkan  epitel lensa, iris, dan badan siliar pada jalinan trabekula (glaukoma pseudoeksfoliatif).
o   Obat-obatan yang meningkatkan resistensi jaringan (glaukoma yang terinduksi steroid).
o   Pembuluh darah irs yang abnormal dapat mengobstruksi sudut dan menyebabkan iris melekat pada kornea perifer, sehingga menutup sudut (rubeosis iridis).
o   Melanoma koroid yang besar dapat mendorong iris ke depan mendekati kornea perifer sehingga menyebabkan serangan akut glaukoma sudut tertutup.
o   Katarak dapat membengkak dan mendorong iris kedepan sehingga menutup sudut drainase.
o   Uveitis dapat menyebabkan iris menempel ke jaringan trabekula.


PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan mata secara teratur dan deteksi dini adalah cara terbaik untuk mencegah kerusakan penglihatan akibat glaukoma. Riwayat penyakit Anda akan diteliti dokter spesialis mata Anda untuk mencari faktor resiko glaukoma. Sebuah alat khusus yang disebut Tonometer digunakan untuk mengukur tekanan pada mata.

Ø  Mengukur tekanan okuler dengan Tonometer
Tekanan normal sebesar 15,5 mmHg.Batasannya ditentukan sebagai 2 standar deviasi diatas dan dibawah rata-rata (11-21 mmHg).Pada glaukoma sudut terbuka kronis , tekanan ini biasanya sebesar 22-40 mmHg.Pada glaukoma sudut tertutup, tekanan meningkat hingga diatas 60 mmHg.

Ø  Memeriksa sudut iridokornea dengan lensa Genioskopi
Untuk mengetahui adanya sudut terbuka.

Ø  Pemeriksaan lempeng optik dengan bantuan Oftalmoskop
Cupping merupakan ciri niomal dari lempeng optik.Lempeng dinilai dengan memperkirakan rasio ventrikal mangkuk terhadap lempeng sebagai suatu keseluruhan (rasio mangkuk terhadap lempeng, cup to disc ratio).
Pada mata normal, rasio tidak lebih dari 0,4.namun terdapat kisaran angka yang cukup besar (0-0,8).ukuran amngkuk optik berkaitan dengan ukuran lempeng optik.
Pada glaukoma kronis, mangkuk sentral meluas dan pinggir serabut saraf (pinggir neuroretina) menjadi lebih tipis.

Ø  Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan lapang penglihatan atau Perimetry bertujuan untuk melihat luasnya kerusakan syaraf mata. Selama pemeriksaan ini Anda akan diminta untuk melihat suatu titik di tengah layar dan menekan tombol ketika Anda melihat munculnya titik-titik cahaya di sekitar layar.

Ø  Foto Syaraf Optik
Foto syaraf optik yang baik dapat membantu dokter mata Anda melihat hal-hal detil pada syaraf optik Anda dan sekaligus mendokumentasikan perubahan/perkembangan pada syaraf optik Anda dari waktu ke waktu

TERAPI

Terapi bertujuan untuk mengurangi tekanan intraokuler.Tingkat penurunan tekanan bervariasi diantara pasien, dan tingkat penurunan ini harus meminimalkan hilangnya penglihatan glukomatosa lebih lanjut.hal ini membutuhkan pengawasan yang teliti

Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki kerusakan penglihatan yang terjadi akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau operasi yang bertujuan untuk menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut.Semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.

Ø  Obat-obat Topikal
Penggunaan obat-obat topikal yang sering digunakan dalam terapi glaukoma.pada glaukoma sudut terbuka kronis, penyekat (blocker)-β adrenergik topikal biasanya pilihan pertama (meskipun obat-obat baru telah melampauinya, menawarkan penggunaan dosis yang lebih nyaman dan efek samping lebih sedikit, misal analog prostaglandin).Obat ini bekerja dengan mengurangi aqueous.Penyekat-β selektif-β, yang memiliki sedikit efek samping sistemik telah tersedia namun harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit saluran napas, terutama asma, yang dapat mengalmi eksaserbasi bahkan dengan dosis kecil penyekat-β yang diserap secara sistemik.

Ø Obat Tetes Mata
Obat tetes mata glaukoma adalah bentuk penanganan yang paling umum dan paling awal diberikan oleh dokter mata Anda. Obat tetes mata glaukoma harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter.Dokter mata Anda akan merekomendasikan obat tetes mata glaukoma yang paling sesuai untuk Anda dan memonitor kondisi mata Anda. Ada kalanya dokter mata Anda perlu mengganti jenis maupun dosis obat tetes glaukoma sesuai dengan perkembangan kondisi mata Anda.

Ø Laser Trabeculoplasty (LTP)
Laser Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang biasanya digunakan untuk menangani glaukoma sudut-terbuka. Ada kalanya Anda tetap perlu melanjutkan penggunaan obat tetes mata glaukoma sesudah Laser Trabeculoplasty.

Ø Terapi Bedah
Pembedahan drainase (trabekulektomi) dilakukan dengan membuat fistula diantara bilik anterior dan ruang subkonjungtiva.Operasi ini biasanya efektif dalam menurunkan tekanan intraokuler.secara bermakna.Telah banyak dilakukan secara dini sebagai terapi glaukoma.

Namun terdapat pula komplikasi karena pembedahan diantaranya adalah :
v  Penyempitan bilik anterior pada masa pascaoperasi dini yang berisiko merusak lensa dan kornea.
v  Infeksi intraokuler.
v  Kemungkinan percepatan perkembangan katarak.
v  Kegagalan mengurangi tekanan intraokuler yang adekuat.

Beberapa pengobatan topikal, terutama obat simpatomimetik, dapat meningkatkan pembentukan parut konjungtiva dan menurunkan kemungkinan keberhasilan pembedahan bila saluran drainase yang baru mengalami parut dan menjadi nonfungsional.Pada pasien yang rentan terhadap pembentukan parut, obat antimetabolit (5-fluororurasil dan mitomisin) dapat digunakan pada saat pembedahan untuk mencegah fibrosis.
Penelitian terbaru telah menguji manfaat memodifikasi operasi dengan mengangkat sklera dibawah flap sklera namun tidak membuat fistula ke dalam bilik anterior.manfaat jangka panjang dari prosedur ini masih diteliti.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar