Total Tayangan Halaman

Jumat, 03 Agustus 2012

ACNE VULGARIS


ACNE VULGARIS
logostikes.jpg







DI SUSUN :
1.     Alfi S.
2.     Didit N.
3.     Dyah Retno Palupi
4.     Nur Atita
5.     Sofyan
6.     Sri Rahayu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya selaku penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah Keperawatan dengan tema “acne vulgaris” sebagai  tugas keleompok dalam semester ini.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan, baik buku-buku diktat kedokteran dan keperawatan, artikel-artikel nasional dan internasional dari internet dan lain sebagainya. Semoga saja makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi para pembaca pada umumnya.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan. Dan penulis menyadari makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu penulis merasa perlu untuk meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan demi perbaikan yang selalu perlu untuk dilakukan agar kesalahan - kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.                    



Penulis



BAB I
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Acne vulgaris adalah pembentukan papula, nodul, dan kista pada muka, leher, bahu, dan punggung akibat sumbatan keratin pada dasar dari kelenjar minyak (pilosebaseus) di dekat folikel rambut. Sembilan puluh persen dari penderita adalah mereka dalam usia menjelang dewasa. Bertambahnya produksi androgen yang terjadi selama pubertas meningkatkan produksi sebum, suatu pelumas kulit. Sebum bergabung dongan keratin dan membentuk sumbatan.
Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit pilosebaseus); papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah), nodul (dari komedo tertutup--penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula), dan jaringan parut. komedo (bisa berwarna putih atau hitam), papul (merah), pustul (menonjol dan ada peradangan), nodus (menonjol lebih dari 0,5 cm), hingga jaringan parut hipotrofik (cekung) / hipertrofik (seperti keloid) yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut.
Akne Vulgaris adalah peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi terdiri atas berbagai papul, pustul, nodul, komedo, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan hipertrofik maupun hipotrofik. Pada kasus ini seorang pasien laki-laki berumur 20 tahun datang ke poli kulit kelamin RS dengan keluhan terdapat bintik-bintik di wajah sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien sering mengeluhkan jerawat di pipi yang banyak, namun kemudian bintik-bintik tersebut makin banyak setelah pasien sering memecah dan menggaruk jerawat itu sendiri. Bintik-bintik paling banyak di bagian pipi dan beberapa di bagian dahi. Terasa gatal, tidak nyeri. 

Akne vulgaris merupakan penyakit polimorfik, universal pada remaja, 99% terjadi pada wajah, tetapi dapat terjadi pula pada punggung (60%), dan dada (15%). Kulit berminyak biasanya merupakan salah satu gambaran menonjol.
Akne vulgaris ( jerawat ) penyakit kulit akibat peradangan kronik folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya ( Arif Mansjoer, dkk. 2000 )
Akne vulgaris ( jerawat ) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai pilosebasea ( polikel rambut ) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup ( white head ), komedo terbuka ( black head ), papula, pustul, nodus, dan kista ( Brunner & Suddarth, 2001 )
Acne merupakan kelainan kulit yang paling sering ditemukan pada remaja dan dewasa muda di antara 12 – 35 tahun. Laki-laki dan perempuan terkena sama banyaknya, dengan insidensi tertinggi antara usia 14 – 17 tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16 – 19 tahun untuk anak laki-laki. Kelainan kulit ini semakin nyata pada pubertas dan usia remaja, dan kenyataan tersebut mungkin terjadi karena kelenjar endokrin tertentu yang mempengaruhi sekresi kelenjar sebasea mencapai aktivitas puncaknya pada usia ini.
B.     Etiologi
a.      intrinsik :
·         Genetik ( herediter )
·         RAS
dimana orang kulit berwarna lebih jarang terkena daripada orang kulit putih
·         Hormonal
Hormon androgen mempunyai peranan penting dalam timbulnya jerawat. Hormon ini menjadi aktif dan banyak jumlahnya pada usia remaja, menjelang menstruasi, dan pada saat kehamilan. Hormon ini dapat meningkatkan produksi sebum (minyak), tapi hormone estrogen mengurangi produksi sebum.
Kadar hormon androgen pada kulit pasien ternyata lebih tinggi daripada kadar orang normal. Yang disangka mempunyai peran pada proses keratinitis sel epidermis, komposisi sebum-sebum permeabelitas saluran pilosebasea. Infeksi bakteri corybacreium acnes, staphylococcus albus pytyrosporum ovale mempengaruhi banyak terbentuknya lipase yang penting dalam pembentukkan komedo. Keaktivan kelenjar sebasea sendiri menentukan timbulnya penyakit, kebanyakan pada orang dengan kulit berminyak.
·         karena kerja kuman Propionibacterium acnes (proliferasi dari Propionibacterium acnes)
Bakteri ini merupakan penghuni normal di permukaan kulit manusia. Ia bisa hidup di wajah maupun di punggung. Dalam keadaan normal, ia sebetulnya tidak berbahaya. Cuma, ketika kulit kurang terjaga kebersihannya, ia berulah dan menyebabkan timbulnya jerawat
·         tingginya produksi kelenjar minyak di kulit (sebum).
Itu pula sebabnya jerawat mudah dialami orang yang kulitnya berminyak. dua faktor ini berkumpul, maka jerawat tentu akan lebih mudah terjadi. Artinya, mereka yang kulitnya berminyak dan kurang menjaga kebersihan lebih berpeluang menjadi pelanggan jerawat.
·         adanya gangguan proses pengelupasan lapisan kulit luar.
 Jika ini terjadi, lapisan kulit yang mestinya mengelupas itu malah akan menyumbat saluran kelenjar sebum
·         abnormalitas kretaninisasi folikel sebasea
·         proses inflamasi
sebum,bakteri ( p.acnes ) dan asam asam lemak diduga menyebabkan perkembangan peradangan di sekeliling saluran pilosebasea dan kelenjar sebasea

b.      ekstrinsik :
·         makan makanan berlemak
·         iklim / suhu / kelembaban : dimana pada daerah beriklim tropis lebih banyak karena sinar UV, temperatur dan kelembaban udara mempengaruhi aktivitas kelenjar sebasea.
·         kejiwaan / stress
·         pemakaian kosmetik / pelembab yang mengandung minyak, minyak rambut (hair pomades) dapat memperburuk akne
·         Obat-obatan pemicu timbulnya akne antara lain: kortikosteroid oral kronik yang dipakai untuk mengobati penyakit lain ( seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi ginjal ), dapat menimbulkan vistula dipermukaan kulit wajah. Dada dan punggung. Selain itu ada steroid, lithium, beberapa antiepilepsi, dan iodides.
·         jarang membersihkan muka yang kotor & berminyak
·         merokok
·         kontrasepsi juga dapat memperburuk akne
·         stress
·         kurang tidur (istirahat)
·         faktor – faktor mekanik seperti mengusap, menggesek tekanan, dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne yag sudah ada. Selain itu obat – obatan juga dapat mencetuskan akne sperti, kontrasepsi juga dapat memperburuk akne.Akne pada perempuan yang berusia sekitar 20 an, 30-an dan 40-an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang dasarnya dari minyak dan menimbulkan komedo
Khusus di punggung, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan jerawat makin mudah muncul. Misalnya pemakaian baju yang rangkap-rangkap. Efek ini akan makin bertambah jika yang bersangkutan berada di ruangan yang gerah, panas. Kondisi gerah akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan keringat. Sementara, pada saat yang sama keringat sulit kering karena punggung tertutup oleh pakaian yang tebal. Ditambah lagi, dalam kondisi lembap, kuman juga menjadi lebih mudah berkembang biak.
Ini merupakan salah satu perbedaan penting antara wajah dan punggung. Wajah berada di daerah terbuka, mudah terkena debu, tapi tidak lembap. Punggung sebaliknya. Bagian ini berada di daerah tertutup, tidak mudah kena debu tapi mudah lembap akibat keringat. Jerawat di punggung juga bisa berupa “jerawat yang tidak biasa”. Bintil-bintil mirip jerawat tapi bukan acne vulgaris.
Contohnya, erupsi akneformis. Ini berupa kelainan kulit yang muncul secara tiba-tiba. Bentuknya menyerupai jerawat tapi bukan jerawat biasa. “Jadi, bintil-bintil di punggung itu tidak selalu jerawat,” ujar Sandra. Di wajah pun begitu. Umumnya memang jerawat, tapi tidak semua bintil-bintil adalah jerawat biasa.
Jerawat yang tidak biasa ini misalnya disebabkan oleh efek samping pemakaian obat. Contohnya, kortikosteroid sistemik dan INH. Kortikosteroid biasanya digunakan untuk mengobati alergi atau asma. Sedangkan INH biasa digunakan dalam terapi tuberkulosis paru. Jika seseorang memakai obat-obat ini lalu timbul bintil-bintil di punggungnya, mungkin saja itu bukan jerawat biasa, tapi mungkin erupsi akneformis, misalnya.
Contoh lain jerawat yang tidak biasa adalah bintil-bintil di punggung akibat infeksi jamur tertentu. Bentuknya seperti jerawat biasa. Seperti kita tahu, jerawat ada yang bentuknya bintil-bintil merah, ada pula yang bintil-bintil kuning bernanah. Bentuk seperti ini juga bisa dijumpai pada infeksi jamur tertentu yang lokasinya di punggung.
Secara fisik, bentuk bintil-bintil ini sulit dibedakan dari jerawat biasa. Yang membedakan adalah rasa gatal yang ditimbulkan. Jerawat biasa umumnya tidak begitu gatal, sekalipun sampai bernanah. Tapi khusus jerawat akibat infeksi jamur ini, kata Sandra, gatalnya terasa lebih jelas.

C.    TANDA DAN GEJALA

·         Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh  (tenderness).
·         Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris
·         Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan gejala  sistemik disebut sebagai acne fulminans.
·         Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak psikologis, tanpa melihat tingkat keparahan penyakitnya
·         Erupsi pada kulit ditempat predileksi yaitu muka, bahu, punggung bagian atas, leher, dada dan lengan bagian atas yang berupa komedo, papul, pustule,nodus atau kista dapat disertai rasa gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya berupa pus dan darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas.

D.    Klasifikasi Akne Vulgaris

Akne diklasifikasikan sebagai berikut:
·         Komedonal ( komedo hitam dan komedo putih )
Komedo terbuka









Komedo tertutup


Komedo putih / komedo tertutup kemungkinan besar akan berkembang menjadi pustule dan papula

·         Papulopustular ( papula dan Postula )
papula (komedo tertutup yang pecah), pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah)





VARIAN AKNE :

·         Ekskoriata terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara obsesif, dengan demikian dapat menimbulkan jaringan parut yang banyak sekali


·         Akne konglobata merupakan bentuk akne kistik yang paling berat dengan kista profunda, komedo multiple dan jaringan parut yang nyata. Keadaan ini dapat disertai demam, dan mungkin pasien perlu dirawat dirumah sakit


·         Akne keloidalis memiliki jaringan parut dan keloid multiple di tempat – tepat terdapat lesi akne.



E.     Komplikasi
Lesi akne dapat berlanjut menjadi permanent scarring.Lesi paling dini yang tampak pada kulit adalah komedo. Komedo putih/komedo tertutup kemungkinan besar akan berkembang menjadi papula dan pustule. Komedo hitam/ komedo terbuka memiliki sumbatan berwarmna gelap yang menutup saluran pilosebasea. Komedo ini menghalangi aliran sebum ke permukaan. Sebum,bakteri ( P. acnes ) dan asam-asam lemak diduga menyebabkan perkembangan peradangan di sekeliling saluran pilosebasea dan kelenjar sebasea.
Sekali aliran sebum ke permukaan dihambat oleh komedo,P. acnes akan menghasilkan lipase yang mengubah sebu,m trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam-asam ini bila dikombinasikan dengan bakteri, akan menghasilkan respon peradangan pada dermis. Peradangan ini akan menyebabkan terbentuknya papula eritematosa, pustule yang meradang dan kista yang juga meradang.pad saatnya. Pustule dan kista akan pech, mongering dan sembuh. Papula dan kista yang lebih dalam akan meninggalkan parut permanen,sedangkan jerawat ringan akan sembuh tanpa patut. Kecenderyngan untuk menimbulkan jaringan parut pada kulit juga bergantung pada masing-masing individu dan lebih besar bila individu berusaha untuk mengosongkan isi lesi tersebut. Semua jaringan parut umumnya akan membaik seiring waktu kecuali jenis keloid dan jaringan parut yang berubah.


F.     Tingkatan acne
1.      Akne ringan : komedo < 20. Lesi inflamasi < 15 atau total lesi < 30
2.      Akne sedang : komedo 20-100 stsu lesi inflamasi 15-20, atau total lesi 30-125
3.      Akne berat : kista > 5, komedo > 100, atau lesi inflamasi > 50, total lesi > 125

G.    Proses terjadinya acne vulgaris
  1. Hiperkeratinisasi folikuler. Kelenjar minyak di dalam kulit kita memiliki saluran yang berhubungan dengan dunia luar. Saluran ini dilapisi oleh folikel. Namun ada kalanya folikel-folikel tersebut menebal dan sulit lepas sehingga sebum (minyak) yang dihasilkan oleh kelenjar menjadi tersumbat.
  2. Peningkatan produksi sebum. Ini dipengaruhi oleh hormon androgen.
  3. Kolonisasi Propionibacterium acnes (bakteri penyebab jerawat). Bakteri ini bekerja secara anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Oleh karena kondisi anaerob akibat hiperkeratinisasi folikuler, lama-kelamaan jumlah bakteri menjadi semakin banyak.
  4. Inflamasi. Sebum merupakan makanan bagi Propionibacterium acnes. , Sebum dipecah menjadi asam lemak bebas. asam lemak bebas masih terbentuk dari trigliserida dalam sebum sehingga kekentalan sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea. Asam lemak bebas yang semakin banyak akhirnya dipecah dan oleh karena hal ini bukan sesuatu yang normal terjadi, maka oleh tubuh dianggap sebagai suatu benda asing dan terjadilah reaksi imun (kemotaktik) dan  inflamasi di sekitarnya   (komedogenik ). Pembentukkan pus, nodus, dan kista terjadi sesudahnya
Hasil dari inflamasi yang terjadi di dalam kulit kita dapat kita lihat dari luar sebagai munculnya jerawat yang merah, nyeri, lama-lama berisi pus (nanah), yang sering kali dipecahkan.
H.    Pencegahan

Cara termudah untuk mencegah munculnya jerawat yaitu dengan menghindari atau melakukan kebalikannya dari hal-hal penyebab munculnya jerawat diatas. Berikut ini ada beberapa tips agar Jerawat enggan bertandang di wajah kita lagi :
ü  Agar pencegahan berjalan maksimal, pertama-tama harus dicari dulu penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kuman, maka harus rajin mandi agar kebersihan terjaga, jika perlu mandi tiga kali sehari. Untuk sabun tak perlu sabun khusus, sabun mandi biasa yang bukan sabun antiseptik pun sudah cukup efektif untuk mencegah kuman datang. Selain itu sabun mandi biasa juga bisa mencegah jerawat akibat produksi kelenjar minyak yang berlebih
ü  boleh diminum bersama antasid atau produk dari susu, karena akan mengikat trasiklin menjadi senyawa yang tidak larut, sehingga mengurangi absorpsinya.
ü  Gunakan pembersih khusus seperti lotion atau sabun khusus untuk kulit berjerawat.
ü  Selalu jaga kebersihan kulit wajah, tangan, serta perangkat rias. Begitu juga dengan kebersihan rambut, terutama jika rambut Anda panjang dan berponi, karena minyak serta kotoran yang ada pada rambut dapat menempel pada kulit muka yang akhirnya dapat memicu produksi sebum berlebihan dan munculnya jerawat.
ü  Pilih kosmetik yang larut dalam air, hindari kosmetik yang mengandung minyak.
ü  Hindari makan makanan yang berlemak.
ü  Hindari merokok.
ü  Tidur (istirahat) yang cukup.
ü  Hindari stres.
ü  Mengonsumsi makanan sehat dan seimbang.
ü  Makan buah untuk membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
ü  Minum air putih (minimal 8 gelas sehari) untuk membersihkan ginjal dan hati serta mengeluarkan racun dari dalam, sehingga kulit menjadi sehat, bersih dan cerah.
ü  Olahragalah secara teratur.
I.       Prognosis
·         Pada pria, akne biasanya menghilang pada usia dewasa muda. Lima persen pria masih memiliki akne pada usia 25 tahun.
·         Pada wanita, 12% masih memiliki akne di usia 25 tahun, sedangkan 5% masih memiliki akne di usia 45 tahun.
·         Rata-rata prognosis orang dengan akne adalah baik.

J.      insidens
Akne vulgaris biasanya terjadi pada seseorang antara usia 40 dan 60 tahun.Akne vulgaris dimulai pada usia pubertas/prapubertas. Akne mengenai hamper semua remaja usia 13-19 tahun.dan akne merupakan penyakit terbanyak remaja usia 15-18 tahun.
Akne sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan hilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20 – 30 tahun. Walaupun demikian ada banyak juga orang setengah baya yang mengalami serangan akne. Akne tidak terdapat pada laki – laki yang dikastrasi sebelum puberitas atau pada perempuan yang sudah diooforektomi.

K.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akne memerlukan pendekatan pada prinsip patogenesis akne dengan menghilangkan obstruksi pada saluran sebasea, menurunkan produksi sebum, mengurangi populasi bakteri folikuler dan pengobatan yang ditujukan untuk mendapatkan efek anti inflamasi.
Pengobatan pada kasus ini diperlukan Pengobatan topikal. Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat peradangan penyembuhan lesi.
Obat topikal yang dapat digunakan yaitu Retinoid topical merupakan komedolitik dan anti inflamasi  isotretinoin, tretinoin, adapalene dan Antibiotik topical yang berfungsi untuk melawan Propionibacterium acnes, erythromycin, clindamycin saja atau kombinasi dengan benzoyl peroxida.
Pengobatan sistemik yang diperlukan yaitu antibakteri sistemik ; tetrasiklin (250 mg – 1,0 g/hari), doksisiklin (50mg/hari), eritromisin (4x250 mg/hari, azitromisin 250 mg-500mg seminggu 3 kali. Obat hormonal estrogen (50mg/hari selama 21 hari), antiadrogen siproteron asetat (2 mg/hari), prednison (7,5mg/hari) atau deksametason (0,25-0,5mg/hari). Vitamin A sebagai (50.000 ui-150.000 ui/hari. Antiinflamasi non-steroid ibuprofen (600 mg/hari) dapson (2x100 mg/hari), seng sulfat (2x200mg/hari)
Terapi terbaru yaitu spironolakton yang dikombinasik dengan terapi hormonal estrogen dan antiandrogen terhadap akne, apabila akne disertai gejala sebore ataupun hipertrikosis.
Terapi sinar biru adalah terapi akne dengan memakai sinar biru yang dapat membunuh P.acne .
Pada kasus ini terapi pada pasien yaitu medikamentosa dengan pemberian asam Vitamin A topical 2 kali sehari, pengobatan topikal ini dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat peradangan penyembuhan lesi. Terapi lainnya dengan menggunakan antibiotik topical yaitu ertomycin 2 kali sehari berfungsi untuk melawan Propionibacterium acnes.
a)      Farmakokinetik
Tetrasiklin diabsorpsi 60-80% melalui saluran gastrointestinal. Jika dimakan bersama makanan yang mengandung produk dari susu, maka hanya 10-30% yang diabsorpsi. Efek pengikatan pada proteinnya sedang; tetapi jika diminum bersama obat-obat yang tinggi berikatan dengan protein, dapat terjadi pengambilalihan tempat obat. Waktu paruh obat ini adalah 6-12 jam; obat ini biasanya diminum dua kali sehari. Obat ini diekskresikan tanpa mengalami perubahan ke dalam urin.
Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri. Obat ini dipakai untuk pengobatan Acne dengan dosis rumatan yang lebih rendah dalam jangka waktu beberapa bulan.
b)     Therapy
Pengobatan akne meliputi penghentian pemakaian semua faktor yang dapat mmperberat akne seperti pemakaian make up dan krim pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak. Pembersihan dan penggosokan wajah dengan sabun dapat melenyapkan minyak diperlukan kulit dan melepaskan beberapa komedo. Dianjurkan dengan memakai sabun seperti dial, pernox, postek, neutrogenadan desquam-X wash dan benzoil peroksida
c)      Tindakan nonfarmakologik
Tindakan nonfarmakologik harus dicoba sebelum memulai terapi obat. Agen pembersih yang diresepkan atau yang disarankan diperlukan untuk semua jenis Acne. Kulit harus dengan lembut dibersihkan beberapa kali dalam sehari. Harus dihindari menggosok kuit kuat-kuat. Diet yang baik dan seimbang juga diperlukan. Dulu pernah dipakai vitamin A megadosis untuk mengobati Vitamin A bersifat larut dalam lemak dan akan terkumpul dalam jaringan, terutama pada hati, untuk jangka panjang; oleh karena itu vitamin A dalam dosis berlebihan dapat sangat toksik, sehingga pemberian vitamin A dalam megadosis tidak lagi merupakan terapi yang berlaku untuk mengobati Acne. Vitamin A dosis tinggi juga dapat menimbulkan efek teratogenik pada janin. Juga disarankan untuk mengurangi stres emosional dan meningkatkan dukungan emosional. Jika terapi tidak diperlukan, maka tindakan nonfarmakologik perlu tentu dilakukan.
d)     Farmakoterapi Jerawat
Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk mencegah komplikasi.Secara umum ada dua golongan:
                                i.            Retinoid, misalnya:
·         Isotretinoin
Isotretinoin merupakan bentuk isomer 13-cis sintetis dari tretinoin yang terjadi secara alami (trans-retinoic acid). Struktur kedua agen tersebut berhubungan dengan vitamin A. Menurunkan ukuran kelenjar sebaseus dan produksi sebum. Juga menghambat diferensiasi kelenjar sebaseus dan keratinisasi abnormal.Pasien wanita haruslah memberikan informed consent secara tertulis (dan menandatanganinya), yang menyatakan bahwa mereka akan menggunakan kontrasepsi selama menjalani terapi dan untuk 30 hari paskaterapi.
Total dosis kumulatif yang direkomendasikan sebesar 120-150 mg/kg berat badan, dosis awal (starting dose) sebaiknya <0.5 mg/kg berat badan/hari PO, kemudian dosis dapat dinaikkan hingga 1 mg/kg berat badan/hari.
·         Tretinoin(Retin-A, Retin-A Micro, Avita)
Mekanisme Kerja :
Menghambat pembentukan microcomedo. Menormalkan diferensiasi epidermis folikuler dan menunjukkan (meng-exhibit) anti-inflammatory properties. Tersedia dalam krem 0.025%, 0.05%, dan 0.1%. Juga tersedia dalam bentuk gels 0.01% dan 0.025%.

Dosis :
Dimulai dengan formulasi tretinoin dosis terendah dan dapat ditingkatkan sesuai toleransi tubuh. Berikan hs (sebelum tidur) atau qod. Turunkan dosis bila terjadi iritasi.
·         Adapalene(Differin)
Mekanisme Kerja :
Turunan (derivative) asam naptoat (naphthoic acid) yang mampu mengikat reseptor asam retinoat (retinoic acid). Menormalkan diferensiasi epidermis folikuler dan menunjukkan (meng-exhibit) anti-inflammatory properties. Tersedia dalam sediaan (formulation) krem, gel, solution, dan pledget.

Dosis
Berikan sedikit pada kulit yang berjerawat, diberikan: qd.

·         Tazarotene(Tazorac,AVAGE)
Mekanisme Kerja :
Prodrug retinoid yang memiliki active metabolite modulates differentiation dan proliferation of epithelial tissue; juga memiliki efek antiperadangan (anti-inflammatory) dan immunomodulatory properties. Tersedia preparat krem dan gel 0.05% dan 0.1%.

Dosis
Berikan sedikit saja pada area yang berjerawat, diberikan: qd.

                              ii.            Antibiotik, misalnya:
·         Minocycline (Dynacin, Minocin)
Mekanisme Kerja :
Mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme gram-negatif dan gram-positif. Juga infeksi yang disebabkan oleh organisme klamidia (chlamydial), riketsia (rickettsial), dan mikoplasma (mycoplasmal).Tersedia dalam preparat 50mg, 75mg, dan 100mg.
Dosis :
dewasa 50-100 mg PO bid.
Dosis anak-anak: <8 tahun: tidak direkomendasikan. >8 tahun: mula-mula 4 mg/kg berat badan PO, diikuti dengan 2 mg/kg berat badan q12h.
·         Doxycycline (Bio-Tab, Doryx, Vibramycin)
Mekanisme Kerja :
Agen antibakteri yang efektif melawan organisme gram-positive dan gram-negative.
Dosis :
Tersedia dalam preparat 20mg, 50mg, dan 100mg.
Dosis dewasa: 100 mg PO bid.
Dosis anak-anak: <8 tahun: tidak direkomendasikan. >8 tahun: 2-5 mg/kg berat badan/hari PO/IV dalam 1-2 dosis. terbagi; sebaiknya tidak melebihi 200 mg/hari.
·         Tetracycline (Sumycin)
Mekanisme Kerja :
Agen antibakteri yang efektif melawan organisme gram-positive dan gram-negative.
Dosis :
Dosis dewasa: 250-500 mg PO q6h
Untuk infeksi ringan sampai sedang: 500 mg PO bid atau 250 mg PO qid untuk 7-14 hari.
Dosis anak-anak: <8 tahun: : tidak direkomendasikan. >8 tahun: 25-50 mg/kg/hari (10-20 mg/lb) PO dibagi qid
·         Trimethoprim/sulfamethoxazole (Bactrim, Bactrim DS, Septra, Septra DS).
Mekanisme Kerja :
Antibiotik dengan aktivitas melawan banyak organisme gram-positive dan gram-negative. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihidrofolat (dihydrofolic acid).
Dosis :
Tersedia dosis 80 mg trimethoprim dan 400 mg sulfamethoxazole atau 160 mg trimethoprim dan 800 mg sulfamethoxazole (kekuatan ganda).
Dosis dewasa : 160 mg TMP/800 mg SMZ PO q12h
Dosis anak-anak: 8 mg/kg berat badan/hari TMP/40 mg/kg berat badan/hari SMZ PO/IV dibagi q12h.

Saat digunakan antibiotik sistemik atau topikal, sebaiknya digunakan bersama dengan benzoyl peroxide untuk mengurangi risiko terjadinya resistance.
1.      Topical treatments
Antibiotic topical yang digunakan untuk mengobati akne, papula dan pustula superpisial adalah klindamisin dan ertromisin.Topical retinoids bersifat comedolytic dan anti-inflammatory.Topical retinoids yang paling banyak diresepkan termasuk adapalene, tazarotene, dan tretinoin. Topical retinoids menipiskan stratum corneum, dan berkaitan erat dengan sun sensitivity. Nasihatilah pasien untuk berlindung dari sinar matahari (sun protection), misalnya dengan memakai topi, tabir surya, dll.
Antibiotik topikal yang yang umum diresepkan termasuk erythromycin dan clindamycin dosis tunggal atau dikombinasikan dengan benzoyl peroxide.
Bahan-bahan iritasi, misalnya resorsinol 3%, asam salisilat 3-5%, asam° vit. A 0,05%.  Anti bakteri, misal : tetrasiklin 1%, eritromisin 1%, peroksida° benzoil 2,5%.  Lain-lain : sulfur 4-20%, kortikosteroid, etil laktat 10% dalam° gliserin 5-10% dan etanol 80%.

2.      Systemic treatments
Antibiotik sistemik merupakan terapi mainstay untuk jerawat. Antibiotik kelompok tetracycline umumnya diresepkan untuk akne. Semakin antibiotik bersifat lebih lipofilik, seperti doxycycline dan minocycline, biasanya lebih efektif daripada tetracycline. Antibiotik lainnya, seperti: trimethoprim, dosis tunggal atau dikombinasi dengan sulfamethoxazole, dan azithromycin, dilaporkan bermanfaat.
Antibiotik sistemik merupakan therapy utama untuk akne popular dan pustular ropunda. Pasien biasanya diberi tetrasiklin, eritromisin dan minosiklin.
Anti bakteri : tetrasiklin, minosiklin, kotrimoksasol, lingkomisin,klindamisin.
 Hormon : estrogen, anti androgen, kortikosteroid { intolesi }.Retinol dan vitamin A.
°
 Lain-lain : anti inflamasi non steroid { ibuprofen }, dapson.

Acne yang ringan mungkin memerlukan pembersihan yang lembut dan pemakaian keratolitik (pelarut keratin, seperti benzoil peroksida, resorsinol, asam salisilat). Benzoil peroksida dioleskan sebagai krim, losion, atau gel sekali atau dua kali sehari. Agen ini melonggarkan permukaan epidermis bagian luar yang bertanduk. Acne yang sedang beratnya membutuhkan benzoil peroksida dalam konsentrasi yang lebih tinggi (10%), dan antibiotik topikal, seperti tetrasiklin, antramisin, klindamisin, atau meklosiklin, dapat dipergunakan. Tetrasiklin oral dapat merupakan bagian dari regimen obat. Untuk Acne yang berat, antibiotik oral (tetrasiklin pilihani atau critromisin), dan glukokortikoid topikal dapat diresepkan.

Putih telur dan mentimun adalah dua bahan alami yang mampu membantu menghilangkan jerawat di punggung. Jika fungsi dari putih telur adalah untuk mengangkat sel-sel mati, mentimun untuk menghilangkan nota hitam di kulit. Namun, ada cara untuk mengolah kedua bahan alami tersebut agar berfungsi dengan maksimal. Berikut cara mengolahnya:
  1. Pisahkan putih telur dengan kuningnya, kemudian kocok putih telur hingga kaku.
  2. Potong kecil-kecil mentimun, kira-kira sekitar 3 cm.
  3. Masukan putih telur dan mentimun kedalam blander hingga menjadi jus.
  4. Blender kedua bahan tersebut lalu oleskan ke punggung yang berjerawat hingga kira-kira 15 menit. Kemudian bilas dengan air hangat.
Jika jerawat sudah lenyap, maka permasalahan bisa dikatakan baru saja dimulai. Agar tidak terjangkit jerawat menjengkelkan ini lagi, alangkah bijaksananya mencegah daripada mengobati.
J. pemeriksaan diagnostic
·         Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah diukur kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH).
·         Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai.
·         Pemeriksaan Histopatologis
Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring).

igure 1 Comedonal acne - on forehead with open and closed comedones


Figure 2 Papulopustular acne - numerous erythematous papules and pustules on the face

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwtaWBpO4b0QiMcnBCbabq8-cxokbwa7TyEyyb6zqzdeA8pmiR354FtnwDwMTu8uX6_mhGYuJcY4U8Fjb_PJpRBlNyJWlhDlVe9E_L07YRp0wq1UJiYhjFMxz6FydxuD8Fc2tIf6u-pBvz/s320/acne3.jpg
figure 3 Cystic acne on the chest with erythematous nodules, crusts and scarring

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu_qRpXiDIk8feROPvKbc7WcmboXgpT1NDlYLFCd6P6TCwvI0Kx5DRDbLELhBPZW67RTVukUV3cahPh-SqPvHVNbdrWNqLHoB9Z73y5hPcgt1Z-dGiduGDqYr5EuU9cYTeEkxXSDkUEutO/s320/acne4.jpg
Figure 4 Inflammatory acne with comedones, erythematous papules and nodules on the back of a teenager


K.    Asuhan keperawatan
·         Pengkajian
                                i.            Data Subjektif
ü  Pasien mengeluh gatal pada wajah
ü  Pasien mengeluh nyeri bila disentuh
ü  Pasien mengeluh tentang bagian tubuhnya yang terdapat jerawat
ü  Pasien mengatakan takut tentang bekas jerawatnyA
ü  Pasien mengatakan tidak tahu tentang cara mengatasi jerawatnya
                              ii.            Data Objektif
ü  Terdapat komedo pada wajah, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas
ü   Terdapat pus
ü   Terdapat darah
ü  Pasien tampak cemas
ü  Pasien tampak bertanya-tanya tentang wajahnya
ü  Pasien tampak sering menggaruk-garuk wajahnya

·         Pemeriksaan Fisik
Acne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous. Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun.
Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang nyata.Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat; namun dada, punggung, dan lengan atas juga sering terkena jerawat.
Pada akne komedo (comedonal acne), tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo (comedonal lesions) merupakan lesi akne yang paling awal, sedangkan komedo tertutup (closed comedones) merupakan lesi precursor dari lesi peradangan (inflammatory lesions).
Akne peradangan yang ringan (mild inflammatory acne) bercirikan adanya komedo dan papula peradangan.
Akne peradangan yang sedang (moderate inflammatory acne) memiliki komedo, papula peradangan, dan pustula. Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan dengan akne peradangan yang lebih ringan.
Acne nodulocystic bercirikan komedo, lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang berdiameter lenih dari 5 mm. Seringkali tampak jaringan parut (scarring)

·         Diagnosa Keperawatan
ü  Resiko terjadi penyebaran infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat
ü  Nyeri b/d proses peradangan
ü  Gangguan perubahan citra tubuh b/d keadaan luka
ü  Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakitnya
ü  Ansientas b/d kecacatan
ü  Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit

·         Rencana Keperawatan dan evaluasi
ü  Dx 1
Intervensi:
1.      Observasi keadaan luka pasien
2.      Gunakan tehnik septic dan aseptic selama perawatan luka
3.      Tekankan tehnik cuci tangan yang baik untuk setiap individu yang kontak dengan pasien
4.      Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional:
1.      Mengetahui keadaan luka pasien
2.      Mencegah terpajan organism infeksius
3.      Mencegah kontaminasi silang dan menurunkan resiko penyebaran infeksi
4.      Antibiotic dapat membantu mengurangi penyebaran infeksi
Evaluasi: “tidak terjadi penyebaran infeksi akibat luka jerawat”
ü  Dx 2
Intervensi
1.      Observasi tingkat nyeri pasien(skala 0-10)
2.      Ajarkan pasien tehnik distraksi,relaksasi
3.      Beri posisi yang nyaman
4.      Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional :
1.      Mengetahui derajat nyeri pasien
2.      Distraksi relaksasi dapat membantu meringankan nyeri
3.      Memberikan kenyamanan pada pasien sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
4.      Pemberian analgetik dapat membantu meringankan derajat nyeri pasien
Evaluasi: “ Nyeri pasien dapat diatasi”
ü  Dx 3
Intervensi
1.      Observasi makna perubahan yang dialami oleh pasien
2.      Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan
3.      Catat perilaku menarik diri : peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
Rasional
1.      Mengetahui perasaan pasien tentang keadaannya dan control emosinya
2.      Dukung keluarga dan orang terdekat dapat mempercepat proses penyembuhan
3.      Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat
Evaluasi: “ pasien tidak lagi mengalami gangguan perubahan citra tubuh”
ü  Dx 4
Intervensi
1.      Diskusikan tentang perawatan kulit,contoh :penggunaan pelembab dan pelindung sinar matahari
2.      Berikan HE tentang Higiene,pencegahan dan pengobatan penyakitnya
3.      Tekankan pentingnya mengevaluasi perawatan
Rasional
1.      Meningkatkan perawatan diri setelah pulang dan kemandirian
2.      Meningkatkan pengetahuan pasien
3.      Dukungan jangka panjang continue dan perubahan terapi dibutuhkan untuk mencapai penyembuhan optimal
Evaluasi: “ Pasien mengetahui tentang hygiene, pencengahan dan pengobatan bekas jerawatnya
ü  Dx 5
Intervensi :
1.      Observasi derajat ansietas pasien
2.      Informasikan pasien bahwa perasaannya normal
3.      Berkan kenyaman fisik, lingkungan tenag dan istirahat

Rasional :
1.      Mengetahui tingkat ansietas pasien sehingga dapat memberikan HE yang tepat
2.      Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu pasien meningkatkan beberapa perasaan kontrol emosi
3.      Rasa nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan ansietas
Evaluasi: “ Ansietas pasien dapat diatasi”
ü  Dx 6
Intervensi :
1.      Obeservasi atau catat ukuran, warnadan keadaan kulit di ara sekitar luka
2.      Ubah posisi dengan sering
3.      Beri perawatan kulit sering agar tidak terjadi kering atau lembab
Rasional :
1. Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya
2. Memperbaiki sirkulasi darah
3. Terjadi kering / lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan
Evaluasi: “ Tidak terjadi kerusakan integritas kuli”


Daftar pustaka
R.M. Suryadi Tjekyan; Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris; Media Medika Indonesiana; 2009
2. Harper JC. Acne Vulgaris. Available from: eMedicine Specialities USA. Januari 2007
3. Djuanda A. Hamzah M, Aisyah S. : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 4th Ed, FKUI Jakarta, 2005
4. Harahap Marwali, Ilmu Penyakit Kulit, Jakarta, Hipokrates, 2000, hal 88-94.
Sularsito, et all, 1986, Dermatologis Praktis Edisi 1, Perkumpulanú Ahli Dermato – Venerelogi Indonesia, Jakarta.
 Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,
ú EGC, Jakarta.
 Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 1983, Ilmu Penyakit Kulit Dan
ú Kelamin Edisi III, FKUI, Jakarta.
 Harahap, Mawarli, 1990. Penyakit Kulit. Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
2. Djuanda, A . 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . FKUI : Jakarta.
3. Phipet.blog.friendster.com/2008/04/pengaruh – menstruasi terhadap/jerawat – akne – vulgaris
4. Http=//mariasonhaji.wordpress.com/2008/12/02/antibiotika – topical/
5. Luknanrohimin.bog spot.com/2008/03/asuhan – keperawatan – aknevulgaris
6. Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga. Media Aesculapius: Jakarta


http://aries-balinesepeople.blogspot.com/2010/09/askep-akne-vulgaris-konsep-dasar.html





Tidak ada komentar:

Posting Komentar