MAKALAH
POLIP
HIDUNG, SINUSITIS, &RHINITIS ALERGIKA
Di
Susun Oleh :
Arif
Tri M.
Diyah
Retno P.
M.
Khotib.
Nur
Laela P.
Sri
Rahayu.
Thony
setyawan.
PROGRAM
STUDI D III KEPERAWATAN
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan
“INSAN
CENDEKIA MEDIKA “
JOMBANG
2010-2011
Jl.
K.H. Hasyim Asy’ari 171, Mojosongo – Jombang
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaium
Wr. Wb.
Alhamdulilllah kami panjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah
ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan karena keterbatasan data dan
pengetahuan penulis serta waktu yang ada saat ini, dengan rendah hati penulis
makalah ini mengharap kritik dan saran yang membangun dari kalangan pembimbing
untuk kesempurnaan makalah yang kami kerjakan ini.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima
kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu
tersellesaikanya kegiatan fortofolio untuk mata kuliah sistem Persepsi Sensori,
terutama kepada dosen pembimbing. Terlepas dari semua kekurangan penulisan
maklah ini, baik dalam susunan dan penulisanya yang salah, penulis memohon maaf
dan berharap semoga penulisan makalas ini bermanfaat khususnya kepada kami
selaku penulis dan umumnya kepada pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa
meberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada siapa saja yang mencintai pendidikan.
Amin Ya Robbal Alamin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Jombang,
November 2010
Tim
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………………1
Kata pengantar …………………………………………………………………………2
Daftar isi …………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………5
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..32
BAB
I
PENDAHULUAN
Bila anda
mengalami hidung tersumbat yang menetap dan semakin lama semakin berat ditambah
dengan ingus yang selalu menetes serta gangguan fungsi penciuman, kemungkinan
besar anda menderita polip hidung. Polip hidung terjadi karena munculnya
jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan
ini bisa diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung
diperbesar dengan alat spekulum hidung.
Polip hidung
biasanya menyerang orang dewasa yang kemungkinan disebabkan oleh karena reaksi
hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang berlangsung lama.
Beberapa faktor lain yang meningkatkan kemungkinan terkena polip hidung antara
lain sinusitis (radang sinus) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh
karena kelainan anatomi dan adanya pembesaran pada konka.
BAB II
PEMBAHASAN
POLIP HIDUNG
Polip hidung merupakan salah satu jenis penyakit
telinga, hidung dan tenggorok (THT) yang sudah umum didengar di masyarakat.
Sebagian orang sering menyebutnya sebagai tumbuh daging dalam hidung. Sebagian
orang juga menamainya tumor hidung. Polip Hidung sebenarnya adalah suatu
pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang bersifat jinak.
Polip nasi atau polip hidung adalah
kelainan selaput permukaan / selaput lendir
hidung dan sinus paranasal
berupa tumbuhnya massa lunak yang
bertangkai, yang bersifat jinak, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak
cairan yang
terjadi akibat inflamasi mukosa yang berkepanjangan dalam lapisan hidung
atau sinus. Jaringan ini bisa diamati
langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat
spekulum hidung.
Polip hidung bukan penyakit yang murni berdiri
sendiri. Pembentukannya sangat terkait erat dengan berbagai problem THT lainnya
seperti rinitis alergi, asma, radang kronis pada mukosa hidung-sinus paranasal,
kista fibrosis, intoleransi pada aspirin.
Sampai saat ini para pakar belum mendapatkan jawaban
secara pasti apa yang mendasari munculnya benjolan putih keabu-abuan bertangkai
itu. Namun dari studi dan pengamatan medis, baru ditemukan ada sejumlah faktor
yang “memudahkan” pemunculan benjolan itu. Antara lain radang kronis yang
berulang pada mukosa hidung dan sinus paranasal, gangguan keseimbangan
vasomotor, peningkatan cairan interstitial serta oedema (pembengkakan) mukosa
hidung
Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak
cairan didalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat
inflamasi mukosa. Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan,
dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2
tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel.
Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi adalah
adanya rhinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang
mengemukakan berbagai teori dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa
etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.
Polip
hidung merupakan suatu pertumbuhan sel yang bersifat jinak di selaput
lendir hidung. Kemungkinan penyebabnya adalah reaksi hipersensitif atau
alergi pada mukosa hidung.
Polip hidung ialah massa lunak yang
mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, bewarna putih keabu-abuan yang
terjadi akibat inflamasi mukosa.
Penyebab
Penyebab
terjadinya polip tidak diketahui, tetapi beberapa polip tumbuh karena adanya
pembengkakan akibat infeksi. Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitifitas
atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip
hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi
dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya
polip.
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
1.
Alergi
terutama rinitis alergi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi
hipersensitifitas atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum
diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung
atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.
2.
Sinusitis
kronik (radang
sinus) yang menahun
Polip
hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke
hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir
yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya
terjadi sinusitis.
biasanya
gejala polip disertai dengan adanya rasa pusing, batuk, dan pilek serta hidung
tersumbat yang biasanya hal ini akan dikeluhkan pada pasien yang mengalami
sinusitis alergi.
3. Iritasi (Peradangan
mukosa hidung dan sinus paranasal yang kronik berulang )
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi
seperti deviasi septum dan hipertrofi konka
5. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang
kronik dan berulang
6. Gangguan
keseimbangan vasomotor
7. Edema
awalnya
ditemukan bengkak selaput permukaan yang kebanyakan terdapat pada meatus
medius, kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga selaput
permukaan yang sembab menjadi berbenjol-benjol sehingga timbul edema mukosa
hidung. Bila proses terus membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung
sambil membentuk tangkai sehingga terjadi Polip.
Peningkatan tekanan cairan interstitial sehingga
timbul edema mukosa hidung. Terjadinya edema ini dapat dijelaskan
oleh fenomena Bernoulli, yaitu udara yang mengalir melalui tempat yang sempit
akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya sehingga jaringan yang
lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif tersebut. Akibatnya timbulah
edema mukosa. Keadaan ini terus berlangsung hingga terjadilah polip hidung.
Ada
juga bentuk variasi polip hidung yang disebut polip koana (polip antrum koana).
Polip koana (polip antrum koana) adalah polip yang besar dalam nasofaring dan
berasal dari antrum sinus maksila. Polip ini keluar melalui ostium sinus
maksila dan ostium asesorisnya lalu masuk ke dalam rongga hidung kemudian
lanjut ke koana dan membesar dalam nasofaring.
Polip
banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil)
dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah.
Polip sering ditemukan pada penderita:
- Rinitis alergika
- Asma
- Sinusitis kronis
- Fibrosis kistik.
Gejalanya
Ketika
baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan jika telah matang,
bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan.Polip Hidung kecil biasanya dapat dideteksi sewaktu
endoskopi hidung rutin. Jarang menimbulkan masalah-masalah yang berarti. Namun,
Polip Hidung yang lebih besar biasanya
menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
|
|
|
|
·
Penyumbatan hidung
Karena indera
perasa berhubungan dengan indera penciuman, maka penderita juga bisa mengalami
penurunan fungsi indera perasa dan penciuman
·
Rasa sakit dan tidak nyaman di bagian
wajah atau kening
·
Hilangnya indera penciuman (hiposmia)
·
Bau busuk dari hidung
·
menyebabkan penyumbatan drainase lendir dari sinus ke hidung.
Penyumbatan ini
menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu lama berada
di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis.
·
Hidung tersumbat
sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul.
Semakin lama keluhan dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa
ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus
·
Penyumbatan telinga karena penyumbatan
pembuluh yang menghubungkan hidung ke telinga
·
sering bersuara sengau dan bernafas
melalui mulutnya
·
snoring (ngorok), gangguan tidur dan
penurunan kualitas hidup.
·
Polip sangat besar yang tak diobati
mungkin dapat mengubah bentuk hidung
Bagi
Penderita biasanya mengeluhkan hidung tersumbat, penurunan indra penciuman, dan
gangguan pernafasan. Akibatnya penderita bersuara sengau. Polip biasanya tumbuh
di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti
daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung.
Ketika baru
terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan jika telah matang,
bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan.
Patogenesis
Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik,
disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetik. Menurut teori Brenstein,
terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang
bertubulensi, terutama di daerah sempit di kompleks ostiomeatal.
Terjadi prolaps submukosa yang diikuti
oleh reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan
penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air
sehingga terbentuk polip.
Teori lain mengatakan karena ketidakseimbAngan saraf vasomotor,
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang
menyebabkan edema dan lama kelamaan menjadi polip.
Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab semakin membesar
menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk
tangkai.
Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan
terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan
interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil), sehingga mukosa yang
sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin
membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat sambil
membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip.
Polip
di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering
adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama,
vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa.
Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk
suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus
etmoid. Setelah polip terus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal
ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering
dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis
alergi terutama rinitis alergi perenial yang banyak terdapat di Indonesia
karena tidak adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun.
Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan
obstruksi di meatus medial.
Sayangnya
bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi maka polip hidung
ini rawan untuk kambuh kembali demikian berulang ulang. Oleh sebab itu sangat
diharapkan kepatuhan pasien untuk menghindari hal hal yang menyebabkan alergi
yang bisa menjurus untuk terjadinya polip hidung
Penatalaksanaan
Tujuan utama
pengobatan adalah mengatasii polip dan menghindari penyebab atau faktor
pendorong polip.
Ada 3 macam terapi
polip hidung, yaitu :
·
Medikamentosa
: kortikosteroid, antibiotik & anti alergi.
Terapi
medikamentosa ditujukan pada polip yang masih kecil yaitu pemberian
kortikosteroid sistemik yang diberikan dalam jangka waktu singkat, dapat juga
diberiksan kortikosteroid hidung atau kombinasi keduanya.Tujuan utama
pengobatan adalah mengatasi polip dan menghindari penyebab atau faktor pemicu
terjadinya polip.
Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid, Berikan
kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan belum memasuki rongga hidung.
Caranya bisa sistemik, intranasal atau kombinasi keduanya. Gunakan
kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan dalam jangka waktu singkat. Berikan
antibiotik jika ada tanda infeksi. Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada
polip hidung bisa kita berikan sebelum dan sesudah operasi. Berikan antibiotik
bila ada tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi.Berikan anti
alergi jika pemicunya dianggap alergi.
obat kortikosteroid berupa :
ü Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10
hari, kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off)
ü Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau
prednisolon 0,5 cc, tiap 5 – 7 hari sekali, sampai polipnya hilang.
ü Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat
untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn
kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih
aman. Polip
cenderung tumbuh kembali jika penyebabnya (alergi maupun infeksi) tidak
terkontrol. Pemakaian obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid bisa
memperlambat atau mencegah kekambuhan dan kadang bisa memperkecil ukuran polip
atau bahkan menghilangkan polip.
·
Operasi
: polipektomi & etmoidektomi.
Untuk
polip yang ukurannya sudah besar dan
sifatnya berat maka dilakukan pembedahan untuk
memperbaiki drainase sinus dan membuang bahan-bahan yang terinfeksi
Pembedahan
dilakukan jika :
ü Polip
menghalangi saluran nafas
ü Polip
menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus
ü Polip
berhubungan dengan tumor
ü Pada
anak – anak dengan multipel polip atau kronik rhinosinusitist yang gagal
pengobatan maksimum dengan obat- obatan.
Untuk
polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan
menggunakan senar polip.
Polipektomi
merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan
anestesi lokal, untuk polip yang besar dan menyebabkan kelainan pada hidung,
memerlukan jenis operasi yang lebih besar dan anestesi umum. Kategori
polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati rongga hidung.
Polipektomi sederhana cukup efektif untuk memperbaiki gejala pada hidung,
khususnya pada kasus polip yang tersembunyi atau polip yang sedikit. Surgical
micro debridement merupakan prosedur yang lebih aman dan cepat, pemotongan jaringan
lebih akurat dan mengurangi perdarahan dengan visualisasi yang lebih baik.
Etmoidektomi
atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan
pengangkatan polip sekaligus operasi sinus, merupakan teknik yang lebih baik
yang tidak hanya membuang polip tapi juga membuka celah di meatus media yang
merupakan tempat asal polip yang tersering sehingga akan membantu mengurangi
angka kekambuhan. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar,
berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal. Antibiotik
sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan
sesudah operasi.Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah
profilaksis pasca operasi.
bila
faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi maka polip hidung ini
rawan untuk kambuh kembali demikian berulang ulang. Oleh sebab itu sangat
diharapkan kepatuhan pasien untuk menghindari hal hal yang menyebabkan alergi
yang bisa menjurus untuk terjadinya polip hidung.
Di
samping harus menjalankan pengobatan, penderita penyakit ini juga harus
berpantangan menyantap makanan yang bisa menimbulkan alergi, seperti udang,
kepiting, dan tongkol. Selain itu juga harus menjauhi media penyebab alergi,
berupa debu, serbuk sari (polen), bulu binatang, asap rokok, dan asap pabrik.
·
Kombinasi : medikamentosa & operasi.
Pencegahan
1. Mengatur alergi dan asma. Mengikuti pengobatan
dokter rekomendasi untuk mengelola asma dan alergi. Jika gejala tidak mudah dan
secara teratur di bawah kendali, konsultasi dengan dokter Anda tentang
perubahan rencana pengobatan Anda.
2. Hindari iritasi. Sebisa mungkin, hindari hal-hal
yang mungkin untuk memberikan
kontribusi untuk peradangan atau iritasi sinus Anda, seperti alergen, polusi udara dan
bahan kimia.
kontribusi untuk peradangan atau iritasi sinus Anda, seperti alergen, polusi udara dan
bahan kimia.
3.Hidup bersih yang baik.
Cuci tangan Anda secara teratur dan menyeluruh. Ini adalah salah satu cara
terbaik untuk melindungi terhadap infeksi bakteri dan virus yang dapat
menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus.
4. Melembabkan rumah Anda. Gunakan pelembab ruangan
jika Anda memiliki udara kering di rumah Anda. Hal ini dapat membantu
meningkatkan aliran lendir dari sinus Anda dan dapat membantu mencegah sumbatan
dan peradangan.
5.Gunakan bilasan hidung
atau nasal lavage. Gunakan air garam (saline) spray atau nasal lavage untuk
membilas hidung. Hal ini dapat meningkatkan aliran dan
menghilangkan lendir penyebab alergi dan iritasi. Anda dapat membeli semprotan saline
atau lavage nasal dengan perangkat, seperti sedotan, untuk mngantarkan bilasan. Anda
dapat membuat solusi sendiri dengan mencampurkan 1 / 4 sendok teh (1.2 ml) garam
dengan 2 cangkir (0,5 liter) air hangat. Hindari air garam semprot yang mengandung zat
aditif yang dapat membakar lapisan mukosa hidung Anda
menghilangkan lendir penyebab alergi dan iritasi. Anda dapat membeli semprotan saline
atau lavage nasal dengan perangkat, seperti sedotan, untuk mngantarkan bilasan. Anda
dapat membuat solusi sendiri dengan mencampurkan 1 / 4 sendok teh (1.2 ml) garam
dengan 2 cangkir (0,5 liter) air hangat. Hindari air garam semprot yang mengandung zat
aditif yang dapat membakar lapisan mukosa hidung Anda
Diagnosis
Cara menegakkan
diagnosa polip hidung, yaitu :
·
Anamnesis
Gejala utama penderita polip nasi ialah hidung
tersumbat, mungkin disertai bersin–bersin, rasa nyeri pada hidung disertai
sakit kepala di daerah frontal, terasa ada
massa didalam hidung, gangguan penciuman seperti anosmia & hiposmia. Gejala
sekunder seperti post nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, suara nasal
(bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur, gangguan tidur dan penurunan
kualitas hidup juga dapat terjadi bila disertai kelainan jaringan dan organ di
sekitarnya.
·
Pemeriksaan fisik
ü Inspeksi
Terlihat
deformitas hidung luar sehingga hidung tampak melebar
ü Rhinoskopi
anterior
Memperlihatkan
massa translusen pada rongga hidung. Deformitas septum membuat pemeriksaan
menjadi lebih sulit. Tampak sekret mukus dan polip multipel atau
soliter. Polip kadang perlu dibedakan dengan konka nasi inferior, yakni dengan
cara memasukan kapas yang dibasahi dengan larutan efedrin 1% (vasokonstriktor),
konka nasi yang berisi banyak pembuluh darah akan mengecil, sedangkan polip
tidak mengecil. Polip dapat diobservasi berasal dari daerah sinus etmoidalis,
ostium sinus maksilaris atau dari septum
ü Rhinoskopi
Posterior
Kadang
- kadang dapat dijumpai polip koanal.Sekret mukopurulen ada kalanya berasal
dari daerah etmoid atau rongga hidung bagian superior, yang menandakan adanya
rinosinusitis. Mudah melihat polip yang
sudah masuk ke dalam rongga hidung.
·
Endoskopi
Untuk
melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari kompleks osteomeatal.
- Foto polos rontgen & CT-scan : Untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal ( adanya sinusitis )
- Biopsi : Di anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.
SINUSITIS
Sinus atau sering pula disebut
dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat pada
bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk
memperingan tulang tenggkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan
kanan. Sinus frontalis terletak di bagian dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak di belakang pipi. Sementara
itu, sinus sphenoid dan sinus ethmoid terletak agak lebih dalam di belakang
rongga mata dan di belakang sinus
maksilaris. Dinding sinus terutama dibentuk oleh sel sel penghasil cairan
mukus. Udara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang kecil yang
menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. Jika oleh karena suatu
sebab lubang ini buntu maka udara tidak akan bisa keluar masuk dan cairan mukus
yang diproduksi di dalam sinus tidak akan bisa dikeluarkan.
Definisi
Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum dalam
kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis
adalah suatu peradangan sinus paranasal. Di sekitar rongga hidung
terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris ( terletak di
pipi) , sinus etmoidalis ( kedua mata) , sinus
frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis (
terletak di belakang dahi).
Sinusitis adalah peradangan yang
terjadi pada rongga sinus. Sinusitis banyak ditemukan pada penderita hay fever yang mana pada penderita ini terjadi
pilek menahun akibat dari alergi terhadap debu dan sari bunga. Sinusitis juga
dapat disebabkan oleh bahan bahan iritan seperti bahan kimia yang terdapat pada
semprotan hidung serta bahan bahan kimia lainnya yang masuk melalui hidung.
Jangan dilupakan kalau sinusitis juga bisa disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri.
Penyebab
Sinusitis dapat terjadi bila
terdapat gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus serta adanya
gangguan pengeluaran cairan mukus. Adanya demam, flu, alergi dan bahan bahan
iritan dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostiasehingga lubang drainase
ini menjadi buntu dan mengganggu aliran udara sinus serta pengeluaran cairan
mukus. Penyebab lain dari buntunya ostia adalah tumor dan trauma. Drainase
cairan mukus keluar dari rongga sinus juga bisa terhambat oleh pengentalan
cairan mukus itu sendiri. Pengentalan ini terjadi akibat pemberiaan obat
antihistamin, penyakit fibro kistik dan lain lain. Sel penghasil mukus memiliki
rambut halus (silia) yang selalu bergerak untuk mendorong cairan mukus keluar
dari rongga sinus. Asap rokok merupakan biang kerok dari rusaknya rambut halus
ini sehingga pengeluaran cairan mukus menjadi terganggu. Cairan mukus yang
terakumulasi di rongga sinus dalam jangka waktu yang lama merupakan tempat yang
nyaman bagi hidupnya bakteri, virus dan jamur.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis :
·
Rhinogenik (penyebab kelainan atau
masalah di hidung), Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat
menyebabkan sinusitis
·
Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya
kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham
atas (pre molar dan molar)
Pada Sinusitis Akut, yaitu:
1.
Infeksi virus
Sinusitis akut bisa
terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
2.
Bakteri
Di
dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal
tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae).
Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat
pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya
akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi
sinus akut.
3.
Infeksi jamur
Infeksi
jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan,
contohnya jamur Aspergillus.
4.
Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi
dan juga penderita rhinitis vasomotor.
5.
Septum nasi yang bengkok
6.
Tonsilitis yg kronik
Macam-Macam Sinusitis
Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu
berdasarkan lamanya penyakit (akut, subakut, khronis) dan berdasarkan jenis
peradangan yang terjadi (infeksi dan non infeksi). Disebut sinusitis akut bila
lamanya penyakit kurang dari 30 hari. Sinusitis subakut bila lamanya penyakit
antara 1 bulan sampai 3 bulan, sedangkan sinusitis khronis bila penyakit
diderita lebih dari 3 bulan. Sinusitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus
walau pada beberapa kasus ada pula yang disebabkan oleh bakteri. Sedangkan
sinusitis non infeksi sebagian besar disebabkan oleh karena alergi dan iritasi
bahan bahan kimia. Sinusitis subakut dan khronis sering merupakan lanjutan dari
sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
Gejala
Gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala,
nyeri pada daerah wajah, serta demam. Hampir 25% dari pasien sinusitis akan
mengalami demam yang berhubungan dengan sinusitis yang diderita. Gejala lainnya
berupa wajah pucat, perubahan warna pada ingus, hidung tersumbat, nyeri
menelan, dan batuk. Beberapa pasien akan merasakan sakit kepala bertambah hebat
bila kepala ditundukan ke depan. Pada sinusitis karena alergi maka penderita
juga akan mengalami gejala lain yang berhubungan dengan alerginya seperti gatal
pada mata, dan bersin bersin.
Gejala sinusitis yang biasanya terjadi adalah :
1. Pilek yang berlangsung lama. Biasanya penderita tidak menyadari
dirinya terkena sinusitis, karena gejalanya sering didahului pilek yang
berlangsung lama sehingga dianggap biasa.
2. Bila sudah terjadi penumpukan cairan dalam rongga maka kepala menjadi
sakit, terutama jika sedang menunduk.
3. Kadang pendengaran berkurang dan badan meriang, sementara ingus terus
mengalir.
4. Kehilangan nafsu makan dan indera penciuman menjadi lemah.
Gejala khas
dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita
bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama,
yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala
tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
- Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala. Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
- Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
- Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Gejala lainnya adalah:
- tidak enak badan
- demam
- letih, lesu
- batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari
- hidung meler atau hidung tersumbat
Demam dan
menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus. Selaput
lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin keluar nanah
berwarna kuning atau hijau.
Diagnosa
Sinusitis sebagian besar sudah
dapat didiagnosa hanya berdasarkan pada riwayat keluhan pasien serta
pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter. Hal ini juga disebabkan karena
pemeriksaan menggunakan CT
Scan dan MRI yang walaupun memberikan hasil lebih
akurat namun biaya yang dikeluarkan cukup mahal. Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang
mirip nanah, serta pembengkakan disekitar mata dan dahi. Pemeriksaan
menggunakan CT Scan dan MRI baru diperlukan bila sinusitis gagal
disembuhkan dengan pengobatan awal. Rhinoskopi, sebuah cara untuk melihat
langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan
penyedotan cairan sinus dengan menggunakan jarum suntik untuk dilakukan
pemeriksaan kuman. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan jenis infeksi yang
terjadi.
Untuk sinusitis yang disebabkan
oleh karena virus maka tidak diperlukan pemberian antibiotika. Obat yang biasa
diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang rasa nyeri seperti
parasetamol dan dekongestan. Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh
bakteri bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala
yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati
dengan menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika berdasarkan jenis bakteri
yang paling sering menyerang sinus karena untuk mendapatkan antibiotika yang
benar benar pas harus menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu lama.
Lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus adalah Streptococcus, pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes.
Antibiotika yang dipilih harus
dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika antara
lain amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole. Jika tidak
terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan
amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10
sampai 14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu untuk
melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang khronis, dapat
dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
PENGOBATAN
Perawatan
pasca tindakan :
-
beri antrostomi dilakukan pada kedua belah sinus maksila, maka kedua belah
hidung tersumbat oleh tampon. Olehkarena itu pasien harus bernafas melalui
mulut, dan makanan yang diberikan harus lunak.
-
tampon diangkat pada hari ketiga, setelah itu, bila tidak terdapat perdarahan,
pasien boleh pulang.
Perawatan
pasca bedah :
-
beri kompres es di pipi, untuk mencegah pembengkakan di pipi pasca-bedah.
-
perhatikan keadaan umum : nadi, tensi,suhu
-
perhatikan apakah ada perdarahan mengalir ke hidung atau melalui mulut. Apabila
terdapat perdarahan, maka dokter harus diberitahu.
-
makanan lunak
-tampon
dicabut pada hari ketiga.
Untuk
sinusitis yang disebabkan oleh karena virus maka tidak diperlukan pemberian
antibiotika. Obat yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang
rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan. Curiga telah terjadi sinusitis
infeksi oleh bakteri bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang
bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri
umumnya diobati dengan menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika
berdasarkan jenis bakteri yang paling sering menyerang sinus karena untuk
mendapatkan antibiotika yang benar benar pas harus menunggu hasil dari biakan
kuman yang memakan waktu lama. Lima jenis bakteri yang paling sering
menginfeksi sinus adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus,
dan Streptococcus pyogenes. Antibiotika yang dipilih harus dapat
membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika antara lain
amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole. Jika tidak terdapat
perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan
amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10
sampai 14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu untuk
melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang khronis, dapat
dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
Berikut adalah tips untuk penanganan
sinusitis :
1. Pemberian antibiotik, untuk mengobati
infeksi yang terjadi.
2. Kompres hangat dengan memakai handuk
untuk mengurangi nyeri di sekitar wajah.
3. Tinggal di lingkungan udara yang
bersih.
4. Mencegah lebih baik daripada
mengobati. Banyaklah mengkonsumsi vitamin C apabila dirasa tubuh kurang fit dan
rajinlah berolahraga untuk mempertebal daya tahan tubuh kita. Apabila terkena
penyakit pilek yang membandel atau serangan flu lebih dari seminggu.
5. Manfaatkan dengan air panas. Saat
mandi, gunakan shower air hangat, usap dahi, hidung dan dagu dengan waslap yang
dibasahi air panas, agar lubang hidung terbuka lebar. Rongga hidung yang kering
lebih mudah terinfeksi daripada yang basah.
6. Perbanyak memakan makanan yang pedas,
umumnya makanan berbumbu pedas dapat memperlebar lubang hidung.
7. Usahakan hidung selalu dalam kondisi
lembab, terutama tatkala cuaca di luar panas terik.
8. Perbaiki daya tahan tubuh. Caranya,
istirahat yang cukup dan makan panganan yang penuh gizi. kurangi merokok atau
kalau bisa berhenti merokok.
Tanaman herbal yang dapat digunakan
untuk membantu mengatasi sinusitis adalah sambiloto yang berkhasiat
meningkatkan imunitas dan meluruhkan dahak.
Komplikasi
Komplikasi yang serius jarang terjadi, namun kemungkinan
yang paling gawat adalah penyebaran infeksi ke otak yang dapat membahayakan
kehidupan.
RHINITIS ALERGIKA
Rhinitis alergika (allergic rhinitis) terjadi karena
sistem kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan terhadap partikel-partikel yang
ada di udara yang kita hirup. Sistem kekebalan tubuh kita menyerang
partikel-partikel itu, menyebabkan gejala-gejala seperti bersin-bersin dan
hidung meler. Partikel-partikel itu disebut alergen yang artinya
partikel-partikel itu dapat menyebabkan suatu reaksi alergi.
Rinitis
Alergika secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung dimana
terjadi suatu proses inflamasi pada mukosa nasal. . Inflamasi ini bisa bersifat
akut atau kronik dan mengarah kepada sekumpulan gejala seperti bersin-bersin,
gatal di hidung, rhinorrea, berkurangnya penciuman, dan hidung tersumbat.
Rinitis alergika merupakan penyakit saluran nafas
yang sering dijumpai pada anak, disamping asma dan sinusitis. Sekitar 40% anak pernah
mengalami rinitis alergika sampai usianya mencapai 6 tahun. Rinitis alergika merupakan
penyakit yang didasari oleh proses inflamasi. Terdapat hubungan yang erat
antara saluran nafas bagian atas dan bawah.
Hubungan antara rinitis-sinusitis-asma telah lama
diketahui sehingga dalam penanganannya pun selalu dikaitkan antara ketiganya.
Pada pasien asma sering sekali timbul gejala rinitis seperti pilek (keluarnya
cairan dari hidung), gatal, kadang-kadang tersumbat, dan terasa panas pada
hidung. mempunyai rhinitis alergika, biasanyaa mempunyai
gejala selama beberapa tahun (kronik). mungkin mempunyai gejala sepanjang
tahun, atau hanya pada saat-saat tertentu saja. Dengan berjalannya waktu,
alergen mungkin menjadi tidak begitu mempengaruhi dan gejala-gejala mungkin
menjadi tidak separah sebelumnya. juga bisa mengalami komplikasi seperti
sinusitis ataupun infeksi telinga.
Penyebab
Rhinitis alergika (allergic rhinitis) terjadi karena
sistem kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan terhadap partikel-partikel yang
ada di udara yang kita hirup. Sistem kekebalan tubuh kita menyerang
partikel-partikel itu, menyebabkan gejala-gejala seperti bersin-bersin dan
hidung meler. Partikel-partikel itu disebut alergen yang artinya
partikel-partikel itu dapat menyebabkan suatu reaksi alergi.alergem itu berupa
partikel debu, bulu binatang
Gejala
- Bersin berulangkali, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (Reaksi mukosa hidung akan menimbulkan gejala obstruksi aliran udara, sekresi, bersin, dan rasa gatal )
- Hidung meler ( karena Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan )
- postnasal drip ( Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus )
- Mata gatal, berair
- Telinga, hidung, dan tenggorokan gatal
- Terjadi sumbatan hidung ( Bila tidak terdapat deformitas tulang hidung maka sumbatan hidung disebabkan oleh pembengkakan mukosa dan sekret yang kental )
- Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak
·
kesulitan bernafas saat tidur. Interaksi dari
kondisi pernafasan ini menunjukkan suatu pola yang sama akan adanya inflamasi
pada saluran pernafasan atas dan bawah.
·
Pasien dengan alergi sering mengeluhkan gejala
seperti lemah, letih, sukar berkonsentrasi, berkurangnya kewaspadaan serta
berkurangnya aktivitas psikomotor.
·
Gejala bernapas melalui mulut sering terjadi
pada malam hari yang dapat menimbulkan gejala tenggorokan kering, mengorok,
gangguan tidur, serta gejala kelelahan pada siang hari.
KLASIFIKASI
A. Pembagian
rinitis alergika sebelum ini menggunakan kriteria waktu pajanan
·
rinitis musiman (seasonal allergic
rhinitis)
yang berarti rhinitis
alergika yang dipicu oleh peningkatan jumlah antigen akibat perubahan musim,
seperti tepung sari dan debu diluar rumah.
·
sepanjang tahun (perenial allergic
rhinitis)
yang berarti rhinitis
alergika yang terjadi sepanjang tahun, disebabkan oleh antigen yang menetap
seperti bulu hewan, kutu debu, kecoak dan debu dari dalam rumah
B. Menurut
saat timbulnya, maka rinitis alergik dapat dibagi menjadi rinitis alergik
intermiten (seasonal-acute-occasional allergic rhinitis) dan rinitis
alergik persisten (perennial-chronic-long duration rhinitis).
·
Rinitis alergik intermiten
Rinitis alergik
intermiten mempunyai gejala yang hilang timbul, yang hanya berlangsung selama
kurang dari 4 hari dalam seminggu atau kurang dari empat minggu. Rinitis
alergik musiman yang sering juga disebut hay fever disebabkan oleh
alergi terhadap serbuk bunga (pollen). Penyakit ini sering terjadi yaitu
pada sekitar 10% populasi, biasanya mulai masa anak dan paling sering pada
dewasa muda yang meningkat sesuai bertambahnya umur dan menjadi masalah pada
usia tua. Gejala berupa rasa gatal pada mata, hidung dan tenggorokan disertai
bersin berulang, ingus encer dan hidung tersumbat. Gejala asma dapat terjadi
pada puncak musim. Gejala ini akan memburuk pada keadaan udara kering, sinar
matahari, serta di daerah pedesaan
·
Rinitis alergik persisten
Rinitis alergik
persisten mempunyai gejala yang berlangsung lebih dari 4 hari dalam seminggu
dan lebih dari 4 minggu. Gejala rinitis alergik ini dapat terjadi sepanjang
tahun, penyebabnya terkadang sama dengan rinitis non alergik. Gejalanya sering
timbul, akan tetapi hanya sekitar 2-4 % populasi yang mengalami gejala yang
berarti. Rinitis alergik biasanya mulai timbul pada masa anak, sedangkan
rinitis non alergik pada usia dewasa. Alergi terhadap tungau debu rumah
merupakan penyebab yang penting, sedangkan jamur sering pada pasien yang
disertai gejala asma dan kadang alergi terhadap bulu binatang. Alergen makanan
juga dapat menimbulkan rinitis tetapi masih merupakan kontroversi. Pada orang
dewasa sebagian besar tidak diketahui sebabnya.
Gejala rinitis
persisten hampir sama dengan gejala hay fever tetapi gejala gatal
kurang, yang mencolok adalah gejala hidung tersumbat. Semua penderita dengan
gejala menahun dapat bereaksi terhadap stimulus nonspesifik dan iritan.
C. klasifikasi
rinitis alergik yang baru menurut ARIA
(Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma ) sesuai dengan derajat beratnya penyakit.
·
rhinitis alergika ringan intermitten
rhinitis alergica
ringan ditandai dengan gejala yang muncul sesekali. pasien dapat melakukan
aktivitas sehari-harinya (seperti bersekolah, bekerja, berolahraga) dengan
baik, tidur tidak terganggu, dan tidak ada gejala yang berat.
·
rhinitis alergika sedang berat
intermitten
ditandai dengan gejala
yang mengganggu kinerja harian, tidur, atau kualitas kehidupan.rhinitis
alergika intermiten ditandai dengan gejala yang berlangsung lebih kurang 4 hari
dalam seminggu dan lebih dari 4 minggu dalam setahun. Tingkat keparahannya tergantung
pada seberapa besar gejala mengganggu kinerja harian, tidur atau kualitas
hidup.
aktivitas sehari-hari
pasien tidak dapat berjalan dengan baik, tidur terganggu, dan terdapat gejala
yang berat.
·
rhinitis alergika ringan persisten
·
rhinitis alergika sedang berat persisten
Diagnosa
Dokter anda biasanya mendiagnosa rhinitis alergika
dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang anda derita,
aktivitas anda, dan kehidupan rumah , dan dengan memeriksa pasien. Jika ini
semua tidak dapat memastikan bahwa
menderita rhinitis alergika, maka mungkin dokter akan menyarankan untuk melakukan:
- Skin test, dimana dokter akan menaruh sejumlah kecil cairan alergen tertentu ke kulit anda untuk melihat apakah cairan tersebut menimbulkan reaksi alergi pada pasien.
- Tes laboratorium untuk melihat apakah ada zat-zat tertentu dalam darah yang menunjukkan bahwa menderita rhinitis alergika.
Perjalanan
alamiah rinitis dan asma
·
Masih sedikitpenelitian yang
mengemukakan tentang perjalanan alamiah rinitis alergika. Hagy dan Sittipane
meneliti pada 903 anak balita yang diikuti selama 23 tahun. Setelah 23 tahun
didapatkan hasil bahwa 10,6% menjadi asma dan 43% menjadi rinitis alergika.
Dari penelitian tersebut disimpulkan pula bahwa anak dengan rinitis alergika
mempunyai risiko 3 kalilebih tinggi dibanding non rinitis untuk menjadi asma.
Peneliti lain (Luoma)meneliti pada 154 anak rinitis alergika berusia 3-17 tahun
dan diikuti selama 10 tahun. Hasil penelitiannya adalah 15% bebas tanpa
rinitis, 50 tetap, dan 20% berkembang menjadi asma. Magnan mendapatkan hasil
pada anak rinitis alergi yang mempunyai riwayat asma pada keluarganya 9,8 kali
lebih tinggi dibanding pada anak rinitis tanpa riwayat asma pada keluarga.
PENGOBATAN
Pengobatan awal untuk rinitis alergika
musiman adalah antihistamin. Pemberian antihistamin kadang disertai dengan
dekongestan (misalnya pseudoefedrin
atau fenilpropanolamin)
untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan
darah tinggi harus diawasi secara ketat.
Bisa juga diberikan obat semprot hidung
natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang.
Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan
gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid; tidak dianjurkan
untuk memberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut). Obat tetes atau obat
semprot hidung yang mengandung dekongestan dan bisa diperoleh tanpa resep
dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu lama karena bisa memperburuk atau
memperpanjang peradangan hidung. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk
membuang polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus.
FARMAKOTERAPI
·
Penggunaan obat-obat topikal dan sistemik untuk
mengobati rhinitis adalah dasar dari pengobatan penyakit ini.
·
ANTIHISTAMIN
·
Pengobatan utama untuk ehinitis alergika selama
lebih dari setengah abad adalah penggunaan antagonis H1 reseptor oral atau
lebih dikenal dengan anti histamine. Antihistamin adalah antagonis yag
kompetitif dari H1 yang bisa dijumpai pada mukosa nasal. Antihistamin mengikat
reseptor H1 sehingga mencegah histamine terikat dengan receptor atau pada
antihistamin generasi terbaru, mengubah struktur dari reseptor dan
menonaktifkannya.
·
Antihistamin sudah digunakan sejak tahun 1940an.
Antihistamin generasi pertama memiliki afinitas yang buruk dalam mengikat
reseptor H1 dan memiliki index terapi yang rendah. Sehingga sering digunakan
dalam dosis yang tinggi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Obat ini, seperti
dipenhidramin, chlorpeniramin, tripolidin, dan promethazin kesemuanya memiliki
efek pada reseptor, tetapi efek ini tidaklah spesifik. Obat-obat ini memiliki
sifat lipofilik sehingga dengan gampang menembus sawar darah otak dan
mempengaruhi reseptor sentral dari H1 sehingga menyebabkan sedasi serta
pengurangan kognitif dan psikomotor. Selain dari efek antihistaminnya,
obat-obat ini juga memiliki efek kolinergik dan muskarinik. Akibat dari faktor
yang tidak selektif inilah, antikolinergik memiliki efek mulut kering,
pandangan kabur dan meningkatnya frekwensi mucous.
·
Selama lebih dari dua dekade, antihistamin baru
sudah semakin dikembangkan sehingga berdampak lebih poten, lebih selektif pada
reseptor H1, tidak menembus sawar otak yang mengakibatkan berkurangnya efek
sedasi. Antihistamin generasi baru ini adalah astemizole, terfenadine,
loratadin, fexofenadin, cetirizine dan desloratadin. Dua obat yang disebutkan
pertama kali diketahui memiliki interaksi dengan sistem sitokrom P450 di hati,
yang bisa menghasilkan toksis cardiac jika digunakan bersamaan dengan obat yang
dimetabolisme dengan cara yang sama. Toksisitas ini membuat ditariknya
terfenadin dan astemazol dari pasaran amerika pada tahun 1990an.
·
Semua sisa antihistamin generasi kedua lainnya
memiliki efektifitas yang baik untuk terapi rhinitis alergika. Semuanya
bersifat non sedasi, atau pada cetirizin bersifat sedasi ringan, tidak ada
satupun yang berinteraksi dengan sitokrom 450. semuanya amat efektif untuk
mengurangi gejala iritatif pada rhinitis alergika, termasuk bersin dan gatal
dan juga berefek dalam mengatasi rhinorrea. Antihistamin sebagai agen tunggal
memiliki efek yang kecil untuk menangani hidung tersumbat, sehingga harus
dikombinasikan dengan obat-obatan lain jika keluhan utama yang dirasakan adalah
hidung tersumbat. Antihistamin tidak cocok digunakan untuk pasien rhinitis
vasomotor dan sering diresepkan dengan tidak sesuai pada pasien dengan rhinitis
non alergika. Karena rhinitis non alergika adalah suatu penyakit yang tidak
diperantarai histamine, maka pemberian antihistamin kurang bermanfaat.
·
Salah satu antihistamin topical, azelastin,
biasanya tersedia untuk terapi rhinitis di amerika serikat. Obat ini bisa
digunakan baik untuk pengobatan rhinitis alergika maupun rhinitis vasomotor dan
ditenggarai memiliki efek pada kongesti hidung.obat ini memiliki onset kerja
yang cepat dan kinerja yang baik. Salah satu kekurangannya hanya efek
sedasinya, walaupun digunakan secara topical dan juga pada rasa tidak nyaman
pada sebagian kecil orang.
·
Panduan terbaru dari penatalaksanaan rhinitis
alergika tidak merekomendasikan penggunaan antihistamin yang bersifat sedative.
(25). Dalam keadaan tertentu dimana seorang dokter terpaksa menggunakan
antihistamin golongan pertama ini, pasien harus diperingatkan akan potensi
sedasi dan efek samping lainnya. Catatan medis yang ditujukan pada pasien yang
mengkonsumsi obat-obat ini agar tidak mengendarai kendaraan bermotor atau
mengoperasikan mesin amat diperlukan.
·
DEKONGESTAN
Karena hidung tersumbat adalah keluhan utama pasien dengan rhinitis
alergika dan juga sering dijumpai pada pasien rhinitis non alergik,
vasokonstriktor oral maupun topical sering diresepkan oleh dokter untuk
mengurangi gejala hidung tersumbatnya. Dekongestan adalah golongan agonis
reseptor α-adrenergik yang bisa menyebabkan kontraksi dari vena pada jaringan
hidung. Dekongestan efektif pada pasien dengan hidung tersumbat dan memiliki
toleransi yang baik.
Dekongestan tersedia dalam kemasan oral untuk efek sistemik maupun dalam
kemasan topikal untuk memberikan efek langsung pada mukosa nasal. Penggunaan
yang paling sering dari preparat nasal adalah phenileprin dan oksimetazolin.,
yang bisa mengurangi kongesti hidung, tetapi memiliki efek rebound kongesti
terutama jika digunakan dalam waktu yang lama.penggunaan obat-obatan ini
disarankan untuk terapi antara 3 sampai 5 hari. Setelah periode itu, mukosa
akan resisten terhadap efek dekongestan sehingga memerlukan pengobatan yang
lebih sering. Walaupun dekongestan nasal ini efisien, resiko ketergantungan dan
takifilaksis membuat pemakaiannya harus dibatasi.
Dekongestan oral juga sering digunakan untuk mengatasi hidung tersumbat.
Obat-obatan yang sering digunakan adalah pseudoefedrin, sebuah agen
α-adrenergik sistemik yang poten. Obat lain yang popular digunakan adalah
phenilpropanolamin (PPA) yang kemudian ditarik dari pasarn amerika serikat
karena membuat insiden stroke hemorraghik menjadi meningkat pada wanita muda.
Obat-obatan ini memiliki efisiensi yang baik dalam mengurangi obstruksi nasal
dan berpotensi kecil untuk terjadinya rebound pada rhinitis dan kongesti.
Walaupun penggunaan oral dekongestan dapat mengurangi gejala, namun lingkup
kerjanya yang luas membuatnya memiliki banyak efek samping yang harus diawasi.
Efek samping yang diketahui antara lain, efek pada sistem saraf pusat seperti
insomnia, cemas, gugup, gampang marah, tremor, kurang istirahat dan sakit
kepala. Efek samping sistemik yang ditimbulkan antara lain adalah mual, muntah,
palpitasi, aritmia, hipertensi, angina dan retensi urin. Efek tersebut
tergantung pada dosis yang digunakan. Selain itu, oral dekongestan bisa
meningkatkan tekanan intraocular dan mencetuskan glaucoma.pasien dengan
penyakit jantung, hipertensi dan glaucoma memiliki resiko yang tinggi untuk
penggunaan oral dekongestan sehingga harus dihindari penggunaannya. Bahkan pada
pasien yang sehat sekalipun, oral dekongestan harus digunakan dengan dosis
terkecil yang mampu untuk mengurangi gejala dan dalam tempo waktu sesingkat
mungkin.
·
STABILISATOR SEL MAST
Stabilisator sel mast bisa digunakan untuk mengobati rhinitis alergika.
Preparat cromolyn-sodium tersedia dipasaran sebagai terapi dari rhinitis
alergika. Obat ini menstabilkan membrane dari sel mast di mukosa nasal.
Mengurangi kemampuan sel itu untuk melakukan degranulasi dan mencegah
terbentuknya histamine dimukosa nasal. Untuk memaksimalkan kinerja dari obat
ini, maka harus digunakan sebelum terpapar oleh allergen, karena obat ini tidak
efektif jika digunakan ketika sel mast sudah ber-degranulasi. Selain itu, obat
ini memiliki efek medikasi yang ringan disertai masa paruh yang pendek ketika
berada dijaringan. Obat ini hanya efektif untuk rhinitis alergika dan tidak
berguna untuk penyakit non alergik.
·
KORTIKOSTEROID
Preparat steroid efektif untuk semua bentuk rhinitis, baik yang alergik
maupun yang non alergik. Preparat ini tersedia dalam bentuk oral maupun
parenteral dan juga dalam sediaan spray intranasal. Kortikosteroid bekerja
sangat baik dalam mengurangi gejala rhinitis jika digunakan secara sistemik
tetapi memiliki efek samping yang cukup signifikan. Injeksi berkala sudah
diguakan sejak dulu namun tidak direkomendasikan untuk saat ini berdasarkan
pada guideline terbaru managemen rhinitis alergika.(17). Kortikosteroid oral
bisa digunakan untuk jangka waktu yang pendek.
Kortikosteroid topical menjadi pengobatan utama pada pasien dengan
rhinitis alergika dan rhinitis non alergika dan banyak analisa mengatakan bahwa
kegunaannya lebih efektif daripada antihistamin dalam managemen rhinitis
alergika.(26). Agen topical ini diperkenalkan pada tahun 1970an dan menjadi
alternatif pengganti kortikosteroid sistemik baik untuk tatalaksana rhinitis
alergika maupun non alergika. Kortikosteroid nasal topical dikenal mampu untuk
menurunkan neutrofil dan kemotaksis eoshinofil pada hidung dan juga bisa
menurunkan edema intraseluler. Ia juga mengurangi berbagai mediator inflamasi
lainnya termasuk interleukin (IL)-6, IL-8, granulocyte-macrofhage colony
stimulating factor (GM-CSF) dan IL-4 serta IL-5.
Dalam satu decade terakhir, kortikosteroid topical nasal sudah digunakan
secara luas dan sudah menunjukkan tingkat keamanan yang tinggi.Ia memiliki efek
samping yang kecil baik local maupun sistemik dan pada kasus mometasone maupun
fluticason, keduanya tidak memiliki efek samping sistemik seperti supresi
pertumbuhan yang diukur dengan stadiometri selama setahun pada anak-anak pre
pubertas. Kedua preparat terbaru ini mengurangi absorbsi sistemik dan
bioavaibilitas dan karena itulah ia kurang memiliki efek sistemik.
Steroid nasal topical menunjukkan tingkat keamanan dan keefektifitasan
pada terapi rhinitis alergika pada anak-anak yang berusia dua tahun keatas.
Obat ini bisa digunakan untuk terapi gejala dan juga sekaligus profilaksis pada
pasien dengan rhinitis alergi musiman. Efek terapi jangka panjang dengan
kortikosteroid intranasal belum pernah dilaporkan dalam penelitian prospektif.
Karena itu diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat apakah ada efek samping
dari penggunaan jangka panjang dari obat-obatan ini.
Kortikosteroid topical dan sistemik juga berguna untuk terapi rhinitis
non alergik selain dari kegunaannya pada rhinitis alergik. Untuk terapi
rhinitis medikamentosa, penggunaan oral kortikosteroid jangka pendek memegang
peranan penting untuk menghentikan pasien dari ketergantungan dekongestan
topikalnya. Kostikosteroid nasal juga berguna dalam tatalaksana rhinitis
vasomotor khususnya jika digunakan bersamaan dengan spray antikolinergik
topical.
·
LEUKOTRIENE MODIFIERS
Kelompok pengobatan terbaru dari rhinitis alergika adalah Leukotriene
Receptors antagonist (LTRAs). Satu-satunya obat LTRA yang teruji di amerika
serikat untuk terapi rhinitis alergika adalah montelukast. Montelukast
diketahui bermanfaat untuk gejala nasal dan non nasal dari rhinitis alergika.
Karena leukotriene adalah reseptor yang sangat penting untuk fase akhir respon
alergik, sehingga secara logis dapat disimpulkan gangguan pada reseptor
leukotriene dapat bermanfaat dalam tatalaksana rhinitis alergika. LTRA menjadi
jaminan untuk pengobatan rhinitis alergika serta penyakit nasal dan sinus
lainnya dimasa yang akan datang. Tidak ada kasus yang melaporkan adanya
kegunaan LTRA pada pasien dengan rhinitis non alergik.
·
ANTIKOLINERGIK SPRAY TOPIKAL
Salah satu antikolinergik spray nasal, ipratropium bromide tersedia untuk
mengatasi keluhan rhinitis alergika. Ia bekerja dengan cara memblok saraf para
simpatis yang mempersarafi mukosa nasal dan memiliki efek klinis utama
mengurangi keluhan rhinorrea. Ia memiliki efek yang kecil terhadap gejala nasal
dan non nasal tetapi bermanfaat untuk mengatasi rhinorrea yang disebabkan oleh
infeksi virus.
·
ANTI IgE
Pengembangan farmakoterapi menunjukkan adanya manfaat dari penggunaan
monoclonal anti IgE, omalizumab, pada asthma dan rhinitis alergika. Obat ini
digunakan percutaneus mengurangi jumlah IgE secara dramatis, mengurangi jumlah
IgE yang bisa memicu terjadinya reaksi alergi. Omalizumab terbukti bisa
mengobati asthma yang parah dan terbukti bisa memperbaiki kualitas hidup pasien
ini. Studi menunjukkan manfaatnya pada rhinitis alergika, namun harganya yang
tinggi dan penggunaan yang melalui parenteral membuat penggunaannya menjadi
terbatas untuk mengobati rhinitis alergika.
·
IMMUNOTHERAPI
Immunoterapi melibatkan sejumlah kecil antigen yang sensitif terhadap
pasien tersebut untuk kemudian ditingkatkan dosisnya sehingga pasien ini
ter-desensitivitaskan oleh antigen ini. Ini adalah strategi pengobatan yang
ketiga untuk tatalaksana pasien dengan rhinitis alergika jika terapi dengan
medikamentosa dan pencegahan allergen memberikan respon yang negative. Pada immunoterapi
tradisional, sejumlah kecil antigen yang perlahan ditambahkan dosisnya
disuntikkan secara sub kutaneus untuk mengurangi respon pasien terhadap antigen
ini. Keamanan dan efektifitas dari immunoterapi dari rhinitis alergika sudah
diketahui dengan baik, walaupun terdapat sedikit resiko lokal dan sistemik saat
dilakukan immunotherapy subkutaneus.
Mekanisme khusus yang terjadi saat secara fisiologi serta efektifitas
dari immunoterapi didiskusikan secara mendalam pada bab alergi dan immunologi.
Immunoterapi mengurangi respon pasien terhadap pemberian vaksin. Keuntungan
dari immunoterapi tidaklah didapat dalam waktu singkat melainkan dalam beberapa
bulan pertama. Untuk mendapat manfaat yang optimal dari immunoterapi,
pengobatan selama 3-5 tahun direkomendasikan. Walaupun immunoterapi dilakukan
lewat jalur subkutan, terdapat peningkatan angka kejadian keamanan maupun
efektifitasnya secara sublingual (28) karena immunoterapi terlibat dalam
memodulasi respon imun, maka ia tidak berguna pada pasien dengan rhinitis non
alergik.
·
PEMBEDAHAN
Walaupun pembedahan bukanlah tindakan utama dalam penatalaksanaan
rhinitis. Tetapi pembedahan bisa memiliki efek tambahan ada pasien dengan
hidung tersumbat. Pendekatan bedah untuk konkha inferior bisa mengurangi
tahanan hidung dan meningkatkan aliran udara. Tetapi reseksi yang agresif malah
bisa mengarah kepada keringnya hidung dan persepsi blok nasal. Pembedahan
konkha yang konservatif dan sesuai, dirasa mampu untuk mengurangi gejala baik
untuk rhinitis alergika maupun yang non alergika.
Cara menghindari alergen out door
Beberapa
langkah/tips berikut ini dapat membantu anda bahkan jika anda tidak tahu jenis
pollen apa yang membuat anda alergi. Jika anda tahu tipe pollen apa yang
membuat anda alergi itu lebih bagus lagi.
- Tetaplah berada di dalam ruangan/rumah pada waktu pollen sangat banyak di udara. Umumnya pollen sedikit di udara hanya beberapa saat setelah matahari terbit. Mereka kemudian jumlahnya makin banyak dan paling banyak pada tengah hari dan sepanjang siang. Jumlahnya kemudian berkurang menjelang matahari terbenam.
- Tutuplah jendela dan pintu, baik pada siang maupun malam hari. Gunakan AC untuk membantu mengurangi jumlah pollen yang masuk ke dalam rumah anda. Jangan gunakan kipas dengan buangan keluar (exhaust fan) karena dapat membawa lebih banyak pollen masuk ke dalam rumah anda.
- Potonglah rumput di halaman rumah sesering mungkin.
- Cegah membawa pulang
pollen masuk ke rumah setelah anda bepergian:
# Segeralah mandi dan ganti baju dan celana yang anda pakai di luar.
# Keringkan pakaian anda dengan mesin pengering, jangan jemur di luar. - Berliburlah ke tempat lain pada saat musim pollen sedang berlangsung di tempat anda ke tempat di mana tanaman yang membuat anda alergi tidak tumbuh.
- Pindah rumah.
Mold dapat
menyebabkan alergi yang memburuk dalam cuaca lembab. Mold juga memproduksi
spora yang dapat beterbangan di udara luar selama musim panas. Untuk
menghindari kontak dengan spora-spora mold:
- Jangan keluar rumah pada saat hujan atau hari berangin.
- Hindari aktivitas yang membat anda terpapar dengan mold, seperti berkebun (terutama saat bekerja dengan kompos), memotong rumput.
- Buanglah jauh-jauh dari rumah anda daun-daun yang berguguran, potongan rumput, dan kompos.
Di daerah
yang berudara lembab mold di dalam rumah dapat mencetuskan serangan asthma,
rhinitis alergika dan dermatitis alergika.
Beberapa
langkah berikut dapat membantu:
- Bersihkan kamar mandi, bathtubs, shower stalls, shower curtains, dan karet-karet jendela paling sedikit sebulan sekali dengan disinfektan atau cairan pemutih. Gunakan pemutih dengan hati-hati, karena dapat membuat hidung anda teriritasi. Jika hidung anda teriritasi, gejala alergi anda dapat memburuk.
- Rumah harus ada aliran udara yang baik dan kering.
- Gunakan exhaust fan di kamar mandi dan dapur.
- Jangan gunakan karpet.
Oleh karena
orang dewasa menghabiskan 1/3 waktu mereka dan anak-anak menghabiskan ½ dari
waktu mereka di kamar tidur, maka penting agar tidak ada alergen di kamar
tidur. Jangan gunakan kasur, bantal dan guling yang diisi dengan kapuk
KOMPLIKASI
Ø Sinusitis
kronis (tersering)
Ø Poliposis
nasal
Ø Sinusitis
dengan trias asma (asma, sinusitis dengan poliposis nasal dan sensitive
terhadap aspirin)
Ø Asma
Ø Obstruksi
tuba Eustachian dan efusi telingah bagian tengah
Ø Hipertyopi
tonsil dan adenoid
Ø Gangguan
kognitif
DAFTAR
PUSTAKA