Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 Agustus 2012

HORDEOLUM,CHALAZION & RETINOBLASTOMA


HORDEOLUM,CHALAZION &
RETINOBLASTOMA
Untitled-4

Di susun oleh:
Didit Novianto
Elis Setyawati
Linda
Rio Maulana
Rohmatul Dwi Sasmita
Wiwin Sumila
Yendra Satria P



                                 PRODI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kami tim penulis makalah mengenai penyakit mata yang berjudul Hordeolum, Chalazion, dan Retinobalstoma mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disajikan dalam bentuk penjelasan, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan mengenai penyakit mata yang berjudul Hordeolum, Chalazion, dan Retinobalstoma.
Kami menyadari bahwa dengan menyusun atau menulis makalah ini masih banyak kekuranganya, kritik dan saran kami harapkan dari teman-teman dan Dosen pembimbing kami.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan bisa mengembangkan pengetahuan kita tentang Hordeolum, Chalazion, dan Retinobalstoma.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Jombang, Nopember 2010


            Tim Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................      i

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir setiap orang mengenal timbilen atau timbil yang dalam bahasa medis disebut Hordeolum. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak-anak hingga orang tua. Disebutkan bahwa angka kejadian pada usia dewasa lebih banyak dibanding anak-anak. Tidak ada perbedaan angka kejadian (insidens rate) antara wanita dengan pria. Adakalanya seseorang mudah banget mengalami timbilen (berulang). Ibaratnya, baru sembuh yang satu, kemudian muncul lagi timbil di tempat yang lain.
Selain itu, ada lagi penyakit mata yang dikenal dengan chalazion dan retinoblastoma. Dimana kalazion merupakan penyumbatan kronis dari kelenjar mata. Biasanya tanda-tanda peradangan sudah hilang sehingga pasien tidak mengeluh adanya nyeri. Terapinya adalah pemberian antibiotic topical dan dapat dipertimbangkan injeksi kortikosteroid. Namun bila tidak berhasil , perlu dipertimbangkan tindakan ekskokleasi.
Sedangkan, Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak. Diman, retinoblastoma terjadi  karena  kehilangan  kedua  kromosom  dari  satu  alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
a.          Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit mata yang dikenal dengan Hordeolum, Chalazion da Retinoblastoma
b.         Mengetahui etiologi, patofisiologi, pencegahan, pengobatan serta penatalaksanaan pada penderita Hordeolum, Chalazion, dan Retinoblastoma.


BAB II
HORDEOLUM
DEFINISI
Hordeolum ( stye ) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll. Hordeolum bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan.
Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan.
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
  1. Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).
  2. Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
ETIOLOGI
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokus) ataupun bakteri moraxella. Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit.
Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis.
Hordeolum bisa timbul secara berulang.
PATOFISIOLOGI
  • Pembentukan nanah terdapat dalam lumen kelenjar
  • Bisa mengenai kelenjar Meibom, Zeis, dan Moll
  • Apabila mengenai kelenjar Meibom, pembengkakan agak besar, disebut hordeolum internum.
  • Penonjolan pada hordeolam ini mengarah kekulit kelopak mata atau kearah konjungtiva. Kalau yang terkena kelenjar Zeis dan Moll; penonjolan kearah kulit palpebra, disebut hordeolum ekstenum.
http://tbn0.google.com/images?q=tbn:awdOV_kFz6QS8M:http://www.aafp.org/afp/980600ap/cart_f5.jpg     Hordeolum 
        Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata. Tanda-tanda hordeolum ini sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan. Adakalanya  nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata.
Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Keluhan yang kerap dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri takan dan makin nyeri saat menunduk. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.
KOMPLIKASI
Komplikasi Hordeolum terdiri dari :
  • Selulitis palpebra
  • Abses palpebra

PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (diminum).
Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut:
  • Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
  • Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
  • Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.
ANJURAN UNTUK PENDERITA
Ajuran untuk penderita hordeolum yaitu sbb:
  • Hindari mengucek-ucek atau menekan hordeolum.
  • Jangan memencet hordeolum. Biarkan hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan dengan kasa steril ketika keluar nanah atau cairan dari hordeolum.
  • Tutup mata pada saat membersihkan hordeolum.
  • Untuk sementara hentikan pemakaian make-up pada mata.
  • Lepaskan lensa kontak (contact lenses) selama masa pengobatan.

PENCEGAHAN
  • Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di sekitar mata dan Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara perlahan.
  • Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
  • Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
  • Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.
  • Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu. *misalnya di jalanan pedesaan.
CARA INSISI
  • Diberikan anestesi setempat dengan tetes mata Pantokain.
  • Kalau perlu diberikan anestesi umum, misal pada anak-anak atau orang-orang yang sangat takut sebelum diberi anestesi umum.
  • Untuk lokal anestesi bisa dipakai prokain 2% dilakukan secara infiltratif dan tetes mata Pantocain 2%.
  • Pada hordeolum internum insisi dilakukan pada konjungtiva, kearah muka dan tegak lurus terhadapnya (vertikal) untuk menghindari banyaknya kelenjar-kelenjar yang terkena.
  • Pada bordeolum ekstrnum arah insisi horisontal sesuai dengan lipatan kulit.


BAB III
CHALAZION
DEFINISI
Chalazion adalah benjolan tutup yang disebabkan oleh terhalangnya kelenjar minyak di dalam kelopak mata atas atau bawah. This lump may increase in size over days to weeks and may occasionally become red, warm, or painful. Benjolan ini mungkin peningkatan ukuran lebih dari hari ke minggu dan kadang-kadang bisa menjadi merah, hangat, atau menyakitkan.
                    
ETIOLOGI
Setiap kelenjar minyak, yang disebut kelenjar Meibomian , menghasilkan minyak yang mengalir keluar dari kelenjar ke dalam air mata.Pintu keluar minyak dari kelenjar masing-masing melalui lubang kecil tepat di belakang bulu mata dari kelopak atas dan bawah. . chalazion A disebabkan oleh kelenjar minyak menjadi terlalu tebal untuk mengalir keluar dari kelenjar atau pembukaan kelenjar yang terhalang. , minyak menumpuk di dalam kelenjar dan membentuk benjolan di kelopak mata. Dinding kelenjar bisa pecah, melepaskan minyak ke dalam jaringan kelopak mata, peradangan dan kadang-kadang menyebabkan jaringan parut.
GEJALA
            Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak mata membengkak, nyeri dan mengalami iritasi.Beberapa hari kemudian gejala tersebut menghilang dan meninggalkan pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh secara perlahan.Di bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan atau abu-abu.
Benjolan pada kelopak  yang terjadi dalam beberapa minggu,keras,tidak hiperemis,tidak nyeri tekan,pseudoptosis,kadang kadang terjadi perubahan bentuk bols mata akibat tekanan sehingga terjadi kelainan refraksi.konjungtiva pada daerah tersebut merah dan meninggi.
ü  Pembengkakan kelopak mata atas atau bawah dapat terjadi secara bertahap selama beberapa minggu.
ü  chalazion Sebuah muncul sebagai benjolan keras lokal yang dapat tumbuh sebagai sebagai besar 1 / 8 inci.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga dicurigai keganasan
PENATALAKSANAAN
Diberikan kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari, antibiotic setempat dan sistemik,serta insisi, kadang dapat sembuh atau hilang sendiri karena di absorbsi,atau dapat dilakukan ekskokleasi isi abses di dalamnya atau ekstirpasi.Pengompresan akan melunakkan minyak yang mengeras yang menyumbat saluran dan mempermudah pengaliran serta penyembuhan.
Kalazio seringkali menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 1 bulan.Jika kalazio terus membesar mungkin perlu diangkat melalui pembedahan. Diakukan insisi vertical ke kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva di ikuti kuret bahan gelatin dan epitel kelenjar.Bila lesi kecil,dapat diberikan injeksi steroid intralesi atau sebagai kombinasi dari operasi. Pembedahan biasanya dilakukan dari bawah kelopak mata untuk menghindari pembentukan jaringan parut di kulit. Dan Obat tetes mata yang mengandung antibiotik biasanya digunakan beberapa hari sebelum dan sesudah pengangkatan kalazio.


BAB IV
RETINOBLASTOMA
ANATOMI FISIOLOGI RETINA
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang  berperan  penting  untuk  tajam penglihatan.  Di  tengah  makula  lutea  terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik,  yang  di  tengahnya  agak  melekuk  dinamakan  eksvakasi  foali.  Arteri  retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1.   Sel bipolar
2.   Sel ganglion
3.   Sel horizontal
4.   Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
1.   Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2.   Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3.   Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4.   Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5.   Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6.   Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7.   Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8.   Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9.   Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca. Warna  retina  biasanya  jingga  dan  kadang-kadang  pucat  pada  anemia  dan iskemia dan merah pada hyperemia.
Untuk  melihat  fungsi  retina  maka  dilakukan  pemeriksaan  subjektif  retina seperti: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah:
-     Elektroretino-gram (ERG)
-     Elektro-okulogram (EOG)
-     Visual Evoked Respons (VER)
•     Fungsi Retina
Fungsi  retina  pada  dasarnya  adalah  menerima  bayangan  visual  yang dikirim  ke  otak.  Bagian  sentral  retina  atau  daerah  makula  mengandung  lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina.
-     Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea, berfungsi  untuk  sensasi  yang  nyata  (penglihatan  yang  paling  tajam)  dan penglihatan warna.
-     Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau cahaya  remang.  Sel  ini  mengandung  pigmen  visual  ungu  yang  disebut rhodopsin.

•     Komponen-komponen Retina

DEFINISI
 Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
Sebagian besar penderita dengan retinoblastoma aktif ditemukan pada usia 3 tahun, sedang bila terdapat binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10 bulan. Retinoblastoma dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi terutama pada anak-anak.
Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di Indonesia. Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya penerangan  akan  tumor  pada  anak,  sehingga  prang  tua  penderita  lebih  cepat memeriksakan mata anaknya.
Contoh : Retinoblastoma pada usia 3 tahun


ETIOLOGI
        Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan ataupun nervus optikus).

PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional, dapat terjadi unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediten yang diwariskan melalui kromosom.
Massa  tumor  dapat  tumbuh  ke  dalam  vitreous  (endofilik)  dan  tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang sub retina (endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang difus.
Pertumbuhan  endofilik  lebih  umum  terjadi.  Tumor  endofilik  timbul  dari lapisan inti dalam lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari lapisan inti luar dan dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid.
Perluasan  retina  okuler  ke  dalam  tumor  vitreous  dapat  terjadi  pada  tipe endofilik dan dapat timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.
Pada  beberapa  kasus  terjadi  penyembuhan  secara  spontan,  sering  terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
MANISFESTASI KLINIS
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan, hematogen,ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.

KLASIFIKASI
Ø  Terdapat 5 golongan dalm retinoblastoma sbb:
1.      Golongan I,seperti,
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2.      Golongan II,seperti,
            Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
            Prognosis baik
      3. . Golongan III,seperti,
             Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
             Prognosis meragukan
     4. Golongan IV,seperti,
                        Tumor multiple sampai ora serata
                         Progniosis tidak baik
    5. Golongan V
                        Setengah retina terkena benih di badan kaca
                        Prognosis buruk
Ø  Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :
1.      Stadium tenang,Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”
2.      Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
3.      Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG
  • Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
  •  Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.
  •  Elektro-okulogram (EOG)
  •  Visual  Evoked  Respons  (VER),  berguna  untuk  mengetahui  adanya  perbedaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang.
PENATALAKSANAAN
Semua tujuan terapi adalah merusak tumor dan mempertahankan penglihatan yang  memungkinkan  tanpa  membahayakan  hidup.  Terapi  primer  retinoblastoma unilateral biasanya enuklasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu, alternatif seperti krioterapi, fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.
•     Bila  tumor  masih  terbatas  intraokuler,  pengobatan  dini  mempunyai  prognosis yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
•     Pada  tumor  yang  masih  intraokuler  dapat  dilakukan  krioterapi,  fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
•     Pada  tumor  intraokuler  yang  sudah  mencapai  seluruh  vitreous  dan  visus  nol, dilakukan enuklasi.
•     Bila  tumor  telah  keluar  bulbus  okuli,  tapi  masih  terbatas  di  rongga  orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Pasien  harus  terus  dievaluasi  seumur  hidup  karena  20  –  90  %  pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.
PROGNOSIS
Tumor  mempunyai  prognosis  baik  bila  ditemukan  dini  dan  intraokuler. Prognosis  sangat  buruk  bila  sudah  tersebar  ekstra  ocular  pada  saat  pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan  dan  Pendokumentasian  Perawatan  Pasien,  Edisi  3,  EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar